BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
a.
Kedelai
Kedelai, atau kacang kedelai, adalah salah satu tanaman
polong-polongan yang menjadi bahan dasar banyak makanan dari Asia Timur seperti
kecap, tahu, dan tempe. Berdasarkan peninggalan arkeologi, tanaman ini telah
dibudidayakan sejak 3500 tahun yang lalu di Asia Timur. (Wikipedia,2014)
Tanaman kedelai dapat tumbuh dengan baik pada jenis tanah
alluvial, regosol, grumosol, latosol, atau andosol.Pertumbuhan tanaman kedelai
kurang baik pada tanah pasir, dan pH tanah yang baik untuk pertumbuhan kedelai
adalah 6-6,5.
Sistem olah tanah adalah olah tanah intensif, olah tanah
minimum, dan tanpa olah tanah. Perlakuan sistem olah tanah sebanyak 3 kali merupakan
yang terbaik dalam meningkatkan tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah cabang
produktif, jumlah polong, bobot 100 biji kering dan berat segar
brangkasan tanaman
kedelai.
Ketergantungan
terhadap kedelai impor sangat memprihatinkan, karena seharusnya kita mampu
mencukupinya sendiri. Ini karena produktivitas rendah dan semakin meningkatnya
kebutuhan kedelai.
Salah satu cara mengatasi masalah tersebut yaitu dengan merekayasa budidaya tanaman kedelai salah satunya yakni menggunakan pupuk organic seperti pupuk kandang sapi, pupuk kandang ayam dan pupuk organik kaya hara Santap NM-I dan NM-2 rakitan Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian (Bahtkabi) serta kombinasinya terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai.
b.
Talas
Talas merupakan tanaman pangan berupa herba menahun. Talas
termasuk dalam suku talas-talasan (Araceae), berperawakan tegak,
tingginya 1 cm atau lebih dan merupakan tanaman semusim atau sepanjang tahun.
Talas mempunyai beberapa nama umum yaitu Taro, Old cocoyam, ‘Dash(e)en’dan
‘Eddo (e)’. Di beberapa negara dikenal dengan nama lain, seperti: Abalong
(Philipina), Taioba (Brazil), Arvi (India), Keladi(Malaya),
Satoimo (Japan), Tayoba (Spanyol) dan Yu-tao(China).
Karakteristik morfologi umbi talas, seperti bentuk, ukuran,
warna umbi dan kenampakan terkait langsung terhadap rancangan suatu alat khusus
atau 2 analisis perilaku produk. Ukuran dan bentuk komoditas sangat berpengaruh
terhadap perhitungan energi dalam proses pendinginan dan pengeringan. Prinsip
pengeringan talas adalah menguapkan air karena ada perbedaan kandungan uap air
di antara udara dan bahan yang dikeringkan. Udara panas mempunyai kandungan uap
air yang lebih kecil dari pada bahan sehingga dapat mengurangi uap air dari
bahan yang dikeringkan. Salah satu faktor yang dapat mempercepat proses
pengeringan adalah udara yang mengalir. Dengan adanya aliran udara maka udara
yang sudah jenuh dapat diganti oleh udara kering sehingga proses pengeringan
dapat berjalan secara terus menerus (Anonima, 2012).
Talas
terdiri dari banyak jenis dan warna daging umbinya bervariasi, yaitu putih,
kuning muda, kuning atau oranye, merah, coklat, ungu, dan lainnya . Di Malang,
banyak dijumpai talas dengan daging umbi berwarna kuning yang memiliki rasa
enak dan tekstur yang pulen. Untuk memperpanjang umur simpan talas, talas dapat
diolah menjadi tepung. Talas memiliki potensi untuk dapat digunakan sebagai
bahan baku tepung-tepungan karena memiliki kandungan pati yang tinggi, yaitu
sekitar 70-80% . Rendemen yang bisa didapatkan pun juga cukup tinggi, yaitu
mencapai 28.7% . Tepung talas dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar dalam
pembuatan cookies.
Menurut Dalimarta
(1999), klasifikasi tanaman talas sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Bangsa : Arales
Suku : Araceae
Marga : Colocasia
Jenis : Colocasia esculenta L Schott
c.
Ubi jalar
Ubi jalar
atau ketela rambat (Ipomoea
batatas L.) adalah sejenis tanaman
budidaya. Bagian yang dimanfaatkan adalah akarnya yang membentuk umbi dengan
kadar gizi
(karbohidrat)
yang tinggi. Di Afrika,
umbi ubi jalar menjadi salah satu sumber makanan pokok
yang penting. Di Asia, selain dimanfaatkan umbinya, daun muda ubi jalar juga
dibuat sayuran. Terdapat pula ubi jalar yang dijadikan tanaman hias
karena keindahan daunnya. (Wikipedia,2014)
Ubi jalar merupakan
sumber karbohidrat dan kalori yang cukup tinggi yang banyak di konsumsi sebagai
bahan pangan. Ubi jalar juga merupakan sumber vitamin dan mineral. Vitamin yang
terkandung dalam ubi jalar antara lain : vitamin A, vitamin C, thiamin (B1) dan
riboflavin (B2), sedangkan mineral yang terkandung dalamubi jalar antara lain :
zat besi (Fe), fosfor (P), kalsium (Ca), dan natrium (Na). Terdapat beberapa
jenis ubi jalar berdasarkan warna kulit serta warna umbi, antara lain ada yang berwarna
putih, kuning, merah dan ungu. Ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.)
mengandung pigmen antosianin yang lebih tinggi dari pada ubi jalar jenis lain.
Antosianin bermanfaat bagi kesehatan tubuh karena dapat berfungsi sebagai
antioksidan, antihipertensi, dan pencegah gangguan fungsi hati. Kandungan
nutrisi ubi jalar ungu juga lebih tinggi dibandingkan ubi jalar jenis lain
terutama kandungan lisin, Mg, K, dan Zn. Ubi jalar ungu banyak digunakan sebagai
bahan baku produk dalam industri pewarna, es krim dan roti. Mutu produk pangan
akan mengalami perubahan (penurunan) selama proses penyimpanan. Umur simpan
produk pangan dapat diperpanjang dengan mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi masa simpan produk. Salah satu upaya memperpanjang masa simpan
dapat dilakukan dengan memperlambat laju penurunan mutu.
2.
Tujuan
1. Mengetahui
budidaya bahan pangan khususnya Kedelai, Talas, Ubi Jalar.
2. Mengetahui
kandungan dan manfaat apa saja yang ada pada Kedelai, Talas, Ubi Jalar.
3. Mengetahui
pengaruh pupuk organic terhadap produktivitas kedelai.
4. mengetahui
pengaruh sistem olah tanah terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai.
5. Mengetahui
model pengeringan lapisan tipis yang sesuai dengan karakteristik talas varietas
Safira dan
perubahan
sifat fisik yang terjadi selama proses pengeringan berlangsung.
6. Mengetahui
pengaruh konsentrasi CaCl2 dan lama perendaman dalam larutan tersebut terhadap
perubahan sifat fisiko kimia ubi jalar ungu, dan umur simpan ubi jalar ungu.
7. Mengetahui
pengaruh konsentrasi starter dan lama fermentasi terhadap total BAL, sifat
fisikokimia dan organoleptik minuman sinbiotik dari ubi jalar ungu.
8. Mengetahui
kombinasi perlakuan terbaik antara konsentrasi starter dan lama fermentasi
untuk memperoleh minuman sinbiotik dengan kualitas baik dan disukai oleh konsumen.
9. Mampu
menerapkan ilmu yang telah diketahui seperti budidaya dan pengolahan pasca
panen.
BAB
II
LANDASAN
TEORI
1.
Budidaya
a.
Kedelai
1.
Syarat
Tumbuh
Tanaman kedelai
merupakan tanaman semusim yang dapat tumbuh baik pada berbagai jenis tanah
dengan syarat drainase tanah cukup baik serta ketersediaan air cukup selama
pertumbuhan tanaman.
Tanaman kedelai dapat tumbuh dengan baik pada jenis tanah
alluvial, regosol, grumosol, latosol, atau andosol.Pertumbuhan tanaman kedelai
kurang baik pada tanah pasir, dan pH tanah yang baik untuk pertumbuhan kedelai
adalah 6-6,5.
a.
Benih
Penggunaan benih
kedelai bermutu merupakan kunci utama dalam memperoleh hasil yang tinggi. Agar
diperoleh tanaman yang seragam dengan populasi optimal harus menggunakan benih
yang bermutu tinggi.
Sifat-sifat benih
kedelai yang bermutu tinggi adalah sebagai berikut :
1. Mempunyai
daya kecambah tinggi yaitu 80%
2. Mempunyai
vigor yang baik(benih tumbuh serentak cepat dan sehat)
3. Murni,
bersih, sehat, bernas, tidak keriput, atau luka bekas serangga
4. Benih
baru
b.
Pengolahan
tanah
Pengolahan tanah
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman
karena dapat menciptakan struktur tanah yang remah, aerase tanah yang baik dan
menghambat pertumbuhan tanaman pengganggu. Selanjutnya Mahmud at al (2002),
mengatakan bahwa pengolahan tanah pada tanaman kedelai pada
prinsipnya bertujuan untuk memperbaiki aerase dan drainase tanah, mengendalikan
gulma, menggemburkan tanah sehingga kecambah mudah tumbuh, dan perakaran dapat
berkembang sempurna. Selanjutnya menurut Adisarwanto (2000), dalam bercocok
tanam kedelai persiapan lahan pertanaman dapat dilakukan dengan pengolahan
tanah sebelum tanam (Maksimum Tillage) dan tanpa olah tanah (Zero Tillage) atau
olah tanah minimum (Minimum Tillage). Perbedaan cara pengolahan tanah akan
mempengaruhi kesuburan tanah sehingga akan berpengaruh juga terhadap
pertumbuhan dan hasil kedelai. Perlu tidaknya tanah diolah dapat dipengaruhi
oleh tingkat kepadatan dan aerasi. Pada tingkat kepadatan yang tinggi akibat
tidak pernah diolah mengakibatkan pertumbuhan akar terbatas, sehingga zona
serapan akar menjadi sempit. Pengolahan tanah sebanyak 3 kali akan menambah
rata-rata jumlah pertumbuhan daun sebesar 5 helai dari sistem pengolahan tanah
sebanyak 1 kali dan 3 helai daun dari sistem pengolahan tanah sebanyak 2 kali.
Sistem olah tanah sebanyak 2 kali akan menaikkan jumlah pertumbuhan daun
sebesar 1.3 helai dari sistem olah tanah sebanyak 1 kali. Perlakuan sistem olah
tanah mempengaruhi banyak sedikitnya jumlah daun dari setiap tanaman kedelai.
Keadaan tanah yang gembur menghasilkan jumlah daun yang lebih banyak dari pada
keadaan tanah yang padat. sistem olah tanah sempurna akan memberikan jumlah
daun yang lebih banyak pada tanaman dari pada sistem tanpa olah tanah.(Ma’sumah,2002)
Lahan tanah bekas tanaman padi tidak perlu melakukan
pengolahan tanah. Kemasaman tanah dapat ditanggulangi dengan pemberian kapur
sehingga kejenuhan alluminium dapat diturunkan, pH tanah dapat dinaikkkan dan
ini erat kaitannya dengan tingkat efisiensi serapan hara oleh tanaman.
Cara pengapuran yang efektif dan efisien dapat dilakukan,
yaitu dengan memperhatikan beberapa faktor:
a) Macam
dan kualitas bahan kapur
b) Kehalusan
bahan kapur
c) Waktu
dan cara pemberian kapur.
Tinggi rendahnya tempat
suatu tanaman yang di usahakan
sangat erat hubungannya
dengan proses metabolisme. Kedelai dapat tumbuh baik sampai ketinggian 1500 m
(dpl) tetapi yang paling baik sampai 650 m dpl, karena berpengaruh terhadap
umur tanaman. Untuk dataran tinggi umur tanaman kedelai menjadi semakin
panjang.
Tersedianya air tanah selama pertumbuhan tanaman sangat
menentukan daya hasil kedelai. Tanaman kedelai tidak akan berbunga bila lama
penyinaran melampaui batas kritis karena kedelai merupakan tanaman hari pendek
c.
Waktu
Tanam
Pemilihan waktu
tanam yang tepat untuk masing-masing daerah amat penting,karna berhubungan erat
dengan tersedianya air untuk pertumbuhan dan menghindari resiko kebanjiran
terutama pada saat tanamanm masih muda selain itu juga untuk menekan atau
menghindari berkembangnya populasi hama atau penyakit.waktu tanam yang tepat
sangat berbeda untuk satu daerah dengan daerah lain.
d.
Penanaman
Pada saat tanam
tiba, hendaknya tanah cukup lembab agar benih cepat tumbuh. Cara penanaman
dapat berbeda beda tergantung dari alat yang digunakan, tekhnik penanaman harus
berpedoman dengan:
1. Jarak
tanam harus teratur agar ruang tumbuh tanaman seragam sehingga memudahkan
pemeliharaan.
2. Dalamnya
penanaman. Benih kedelai ditanam sedalam 2-4cm agar dapat cepat berkecambah dan
tanaman dapat tumbuh kokoh. Cara penanaman tanaman kedelai:
a) Tanam
dengan tugal
b) Tanam
dengan bajak
c) Tanam
sebar
d) Tanam
dengan mesin penanam
e.
Pemupukan
Untuk produksi
yang tinggi dianjurkan memupuk sebagai berikut:
1. Pupuk
dasar
a. Diberikan
pada saat tanam atau sehari sebelum tanamb
b. Dosisnya
yaitu 24,5-48,9 kg urea, 97,8kg TSP dan 49,9kg Kcl per hektar
2. Pupuk
susulan 1
Diberikan pada saat
tanaman berumur 30 hari setelah tanam( menjelang tanaman berbunga) dosisnya
hanya urea saja sebanyak 48,9kg per hektar
Untuk meningkatkan produktivitas pada kedelai yaitu memupuk
dengan pupuk organik seperti pupuk kandang sapi, pupuk kandang ayam dan pupuk
organik kaya hara Santap NM-I dan NM-2 rakitan Balai Penelitian Tanaman
Kacang-kacangan dan Umbi-umbian (Bahtkabi) serta kombinasinya terhadap
pertumbuhan kedelai. (Muzayanah,2014)
f.
Pengairan
& Drainase
Tanaman kedelai
tidak tahan kekeringan namun juga tidak tahan terhadap genangan air. Untuk
pertumbuhan kedelai yang baik dikehendaki air tanah yang dalam. Keadaan lahan
lembab tetapi tidak becek sejak tanaman tumbuh hingga polong berisi penuh,
kemudian lahan kering menjelang panen. Kekeringan pada saat pertumbuhan
mengakibatkan tanaman kerdil, dan kekeringan pada saat berbunga atau pengisian
polong dapat menggagalkan hasil. Tanda tanda kekeringan dapat berupa daun layu,
pertumbuhan terhenti, bunga tidak mekar, polong kosong atau gugur, bila
kekeringan lama tanaman akan mati.
g.
Penyiangan
Tanpa penyiangan
penurunan hasil dapat mencapai 10-50%. Jarak tanam yang rapat seperti 20x20cm
pertumbuhan gulma dapat ditekan apabila daun tanaman kedelai telah menaungi
permukaan tanah penyiangan pertama dilakukan pada saat tanaman berumur 2-4
minggu gulma perlu dihilangkan sampai bersih. Penyiangan kedua dilakukan pada
saat tanaman berbunga yaitu berumur 45 hst untuk varietas berumur genjah atau
60 hari untuk varietas berumur dalam. Penyemprotan dengan herbisida dapat
menggantikan penyiangan yang dilakukan dengan tangan. Herbisida yang cukup
efektif saat ini adalah lasso dengan dosis 4 l/ hektar.
h.
Hama & Penyakit
1. Aphis glycine
Kutu ini dapat dapat
menularkan virus SMV (Soyabean Mosaik Virus). Menyerang pada awal pertumbuhan
dan masa pertumbuhan bunga dan polong. Gejala: layu, pertumbuhannya terhambat.
Pengendalian: (1) Jangan tanam tanaman inang seperti: terung-terungan,
kapas-kapasan atau kacang-kacangan; (2) buang bagian tanaman terserang dan
bakar, (3) gunakan musuh alami (predator maupun parasit); (4) semprot Natural
BVR atau PESTONAdilakukan pada permukaan daun bagian bawah.
2. Kumbang daun
tembukur (Phaedonia inclusa)
Bertubuh kecil, hitam
bergaris kuning. Bertelur pada permukaan daun. Gejala: larva dan kumbang
memakan daun, bunga, pucuk, polong muda, bahkan seluruh tanaman. Pengendalian:
penyemprotan PESTONA.
3. Ulat polong (Ettiela
zinchenella)
Gejala: pada buah
terdapat lubang kecil. Waktu buah masih hijau, polong bagian luar berubah
warna, di dalam polong terdapat ulat gemuk hijau dan kotorannya. Pengendalian :
(1) tanam tepat waktu.
4. Kepik polong
(Riptortis lincearis)
Gejala: polong
bercak-bercak hitam dan menjadi hampa.
5. Lalat kacang
(Ophiomyia phaseoli)
Menyerang tanaman muda yang
baru tumbuh. Pengendalian : Saat benih ditanam, tanah diberi POC NASA, kemudian
setelah benih ditanam, tanah ditutup dengan jerami . Satu minggu setelah benih
menjadi kecambah dilakukan penyemprotan dengan PESTONA. Penyemprotan diulangi
pada waktu kedelai berumur 1 bulan.
6. Kepik hijau (Nezara
viridula)
Pagi hari berada di
atas daun, saat matahari bersinar turun ke polong, memakan polong dan bertelur.
Umur kepik dari telur hingga dewasa antara 1 sampai 6 bulan. Gejala: polong dan
biji mengempis serta kering. Biji bagian dalam atau kulit polong berbintik
coklat.
7. Ulat grayak
(Spodoptera litura)
Gejala : kerusakan pada
daun, ulat hidup bergerombol, memakan daun, dan berpencar mencari rumpun lain.
Pengendalian : (1) dengan cara sanitasi; (2) disemprotkan pada sore/malam hari
(saat ulat menyerang tanaman) beberapa Natural VITURA.
8. Penyakit Layu
Bakteri (Pseudomonas sp.)
Gejala : layu mendadak
bila kelembaban terlalu tinggi dan jarak tanam rapat. Pengendalian : Varietas
tahan layu, sanitasi kebun, dan pergiliran tanaman.
Pengendalian :
Pemberian Natural GLIO
9. Penyakit layu (Jamur
tanah : Sclerotium Rolfsii)
Penyakit ini menyerang
tanaman umur 2-3 minggu, saat udara lembab, dan tanaman berjarak tanam pendek.
Gejala : daun sedikit demi sedikit layu, menguning. Penularan melalui tanah dan
irigasi. Pengendalian; tanam varietas tahan dan tebarkan Natural GLIO di awal.
10. Anthracnose
(Colletotrichum glycine )
Gejala: daun dan polong
bintik-bintik kecil berwarna hitam, daun yang paling rendah rontok, polong muda
yang terserang hama menjadi kosong dan isi polong tua menjadi kerdil.
Pengendalian : (1) perhatikan pola pergiliran tanam yang tepat; (2) Pencegahan
di awal dengan Natural GLIO.
11.Penyakit karat
(Cendawan Phakospora phachyrizi)
Gejala: daun tampak
bercak dan bintik coklat. Pengendalian: (1) cara menanam kedelai yang tahan
terhadap penyakit; (2) semprotkan Natural GLIO + gula pasir.
12. Busuk batang
(Cendawan Phytium Sp)
Gejala : batang
menguning kecoklat-coklatan dan basah, kemudian membusuk dan mati. Pengendalian
: (1) memperbaiki drainase lahan; (2) Tebarkan Natural GLIO di awal.
i.
Panen
1.
Umur panen
umur panen yang tepat akan menghasilkan jumlah dan mutu produksi
kedelai yang cukup tinggi. Panen terlalu awal mengakibatkan banyaknya biji muda
yang akan menjadi butir keriput dalam kondisi kering, dan kurang tahan jika
disimpan.
Sedangkan panen terlambat dapat menimbulkan kerusakan di lapangan
seperti berkecambah, berjamur, busuk, dan berkutu serta kehilangan biji yang
disebabkan polong pecah. Pada kondisi normal, panen dapat dilakukan jika kadar
air biji berkisar antara 20-24%.
Kedua faktor ini juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan seperti
musim, pada musim kemarau panen dapat dipercepat. Tanda tanda tanaman bisa di
panen:
1.
Daun telah menguning
2.
Polong telah mengering dan berwarna
coklat.
3.
Tanaman sudah matang yaitu ≥ 90%
4.
Kulit polong mudah dikupas
b.
Talas
1. Pengolahan
Tanah
Pengolahan tanah bisa menggunakan alat
seperti cangkul, garpu, atau mesin traktor, tanah diolah sampai gembur dengan
kedalaman 20-30 cm. selain itu, pengolahan tanah dimaksudkan untuk
menyingkirkan rumput-rumput dan tanaman liar.
Kemudian setelah proses pembajakan
sebaiknya tanah dibiarkan selam 3 hari, hal ini supaya proses pelapukan dan
oksidasi bahan organik berlangsung lebih sempurna. Setelah itu tanah kemudian
diratakan dan sekaligus pemberian jarak tanam yang disesuaikan dengan luas
lahan yang ada.
Barisan sebaiknya mengarah ke timur agar
matahari bisa menyinari tanaman secara merata. Barisan juga bisa dibuat
bedengan dengan ketionggian gundukan 20 cm. (alfafa,2014)
2. Pemilihan
Benih
Ada beberapa cara untuk mengembangbiakan
talas, diantaranya : dari biji, jaringan, anakan dan stolon, bonggol, dan mata
tunas umbi.
a. Anakan
dan Stolon
Anakan bisa didapatkan dari
tunas-tunas yang tumbuh berdekatan dengan pangkal pohon induk yang sudah dewasa
atau dari ujung-ujung stolon. Anakan yang akan dijadikan bibit harus sudah
cukup besar, umbinya sudah mulai berkembang dan tingginya 60-70 cm.
Bibit lebih dahulu dipelihara di
bedengan yang tanahnya diolah dengan baik dan diberi pupuk organic. Jarak tanam
antar bibit berkisar 10-15 cm dan dirawat secara baik hingga berkembang agak
besar dan siap ditanam di areal penanaman.
Untuk menjaga kelembaban, keseluruhan
bedengan bisa ditutup dengan dedaunan atau diberi atap dari plastic tembus
padang. Cara lainnya adalah dengan menabur bibit-bibit kecil (setelah sebagian
daun dan umbinya dipotong) dalam kantung-kantung plastic berdiameter 7,5 cm di
persemaian yang terbuka. Jaraknya berdempetan dan dirawat hingga berdaun 3-4
helai dan mencapai ketinggian sekitar 50 cm.
b. Bonggol
Budidaya talas dengan menggunakan
bibit bonggol paling sering dilakuka oleh para petani Indonesia. Yang
dimaksud dengan bonggol adalah potongan bagian kepala umbi utama lengkap dengan
pakal pelepah daun sepanjang kira-kira 30 cm. dengan cara ini, satu pohon talas
hanya menghasilkan satu bibit saja.
Beberapa petani berpendapat bahwa
pengembangbiakan melalui bonggol memberikan hasil yang lebih tinggi daripada
melalui cara anakan dan stolon . namun cara ini tidak mampu memenuhi pola tanam
secara luas, masal, dan komersial.
c. Mata
Tunas Umbi
Letak mata tunas biasanya berada di
permukaan umbi yang dilindungi oleh pelepah daun. Bila kuncup ujung dibuang
atau mati, maka mata tunas berpeluang untuk berkembang.
Mata tunas ini bisa dirangsang dan
dijadikan bibit. Caranya, umbi talas dipotong-potong serta diusahakan agar
setiap potongan minimal memiliki satu mata tunas dan bagian umbi yang besarnya
memadai,sehingga berat keseluruhan menjadi 25 gram.
Potongan umbi kemudian ditanam dalam
nampan-nampan yang diisi tanah, pasir, dan pupuk kandang atau kompos dengan
perbandingan 1 : 1 : 1. Untuk mencegah pembusukan, umbi dapat dibalur dengan
fungisida dan diangin-anginkan selama 1-2 hari sebelum disemaikan.
Alas nampan sebaiknya diberi lubang
supaya terterjadi genangan air. Kemudioan calon bibit perlu dirawat dengan
baik, disiram sehari sekali dan ditutup dengan plastic transparan untuk menjaga
kelembaban, namun sinar matahari masih bisa menembus.
Bila sudah muncul tunas sekitar 10-15
cm, sebaiknya segera dipindahkan ke persemaian dederan dengan jarak tanam 20-25
cm. bisa juga disemaikan dalam kantong plastic yang sesuai (berdiameter 7,5-10
cm) agar bisa tumbuuh pesat. Antar kantong diberi jarak agar bibit persemaian
tumbuh sehat. Bibit bisa dipindahkan setelah mencapai ketinggian kira-kira 50
cm.
3. Cara Penanaman
Untuk penanaman bibit talas dilahan terbuka
sebaiknya dilakukan pada waktu awal musim penghujan, karena tanaman talas
sangat rentan dengan kekeringan. Apabila dalam penanam kekurangan air 2-3 hari
maka bibit bisa mengalami kematian.
Bibit cabutan (anakan yang dipotong
daunnya) dapat dibenamkan langsung pada lubang tanam sedalam mungkin hingga
mendekati dasar lubanng. Jika bibit yang disemaikan dalam kantong plastic, maka
plastic harus dibuang terlebih dahulu agar umbi dan akar tidak terganggu.
Untuk menjaga kelembaban tanah dan supaya
tanah subur, maka lahan disekitar perakaran bisa diberi mulsa berupa jerami,
potongan rumput kering, dedaunan, dan lain-lain.
Jika tidak turun hujan maka talas harus
disiram secara teratur. Jika kekurangan air, talas bisa terganggu
pertumbuhannya dan sulit untuk dipulihkan lagi, meskipun disiram dengan air
yang banyak.
4. Pemupukan
Pemupukan awal dilakukan sebelum bibit
ditanam. Pupuk kandang atau kompos sangat baik untuk pupuk awal, berikan satu
cangkul pupu pada setiap lubang. Pemupukan juga bisa diberikan dengan
pupuk anorganik yang mengandung fosfat (ISP, dll) kalium (KCl, dll) sebagai
tambahan. Disis yang diberikan 125 kg TSP dan 150 kg KCl, selain itu pupuk
dengan unsure P da K bisa diberikan.
Pupuk kedua diberikan sekitar 4 minggu
setelah penanaman, dengan pupuk urea dengan dosis sekitar 2 sendok makan per
pohon atau 75 kg/ha. Pemupukan terakhir diberikan ketika tanaman suda
berumur 3 bulan dari penanaman. Pemupukan bisa diberikan pupuk urea dengan
dosis 75 kg/ha dan KCl 150 kg/ha.
5. Penyiangan
dan Pembumbunan
Penyiangan sangat penting untuk
menjaga proses pertumbuhan talas agar tetap baik, karena kalau gulma atau
rumput disekitar tumbuh akan merebut jatah makanan tanaman talas. Proses
penyiangan dilakukan 3 bulan setelah penanaman dilakukan.
6. Pembuangan
Anakan dan Stolon
Pembuangan anakan atau stolon sangat
penting dilakukan, hal ini untuk menjaga agar makanan induknya tidak terganggu.
Akhirnya umbi pun tidak berkembang dengan maksimal.
Pembuangan anakan dan stolon harus
dilakukan dengan hati-hati menggunakan pisau yang tajam, supaya tidak mengenai
indukan. Kalau mengenai indukan akan mengakibatkan tumbuhnya bakteri pada
tanaman tersebut.
Pembuangan anakan pada bagian umbi yang
menempel, jauh sangat sulit dibanding dengan pembuangan stolon. Anakan pada
umbi talas sangat banyak apabila menggunakan bibit talas bogor dibanding dengan
bibit talas bentul yang lebih sedikit.
7. Pembuangan
Bunga
Pembuangan bunga pada talas dimaksudkan
untuk menjaga agar umbi yang dihasilkan dapat memiliki bentuk yang sempurna
tidak cekung. Karena secara tidak langsung pembungaan yang diikuti terbentuknya
buah akan menyedot cadangan makanan yang aada pada umbi.
8. Hama
Belalang dau, penanggulangannya dengan
menyemprotkan pestisida dan menjaga kebersihan di areal tanam.
Ulat daun, penanggulangannya dengan
menyemprotkkan pestisida, diantaranya Carbaryl, Dichorvos, Kuinalfos, Disulfan,
dll.
Tungau, penanggulanggannya dengan
menyempprotkan pestisida, seperti Azodrin, Galectron, Benlate dll
Penyakit
Hawar daun, penanggulangannya dengan
menyemprotkan pestisida, menjaga kebersihan di area tanam, dan membakar daun
yang terserang.
Busuk umbi, penanggulangannya dengan
memilih bibit yang sehat tidak infeksi, rendam bibit dalam air yang diberi
fungisida, memisahkan tanaman yang sakit atau dimusnahkan, jangan mengambil air
dari lahan yang terinfeksi, dan apabila serangan cukup hebat, maka lahan jangan
ditanami talas selama 3 musim tanam.
9. Panen
Pemanen talas dilakukan setelah tanaman
berumur 6-9 bulan, tetapi ada yang memanennya setelah berumur 1 tahun, dan ada
pula kultivar yang 4-5 bulan sudah dapat dipanen; sebagai contoh: talas genjah
masak cepat, talas kawara 5 bulan, dan talas lenvi dan talas dalam. Misalkan di
kota Bogor ada talas bentul, dipanen setelah berumur 8-10 bulan dengan umbi
yang relatif lebih besar dan berwarna lebih muda dan kekuning-kunigan dan masih
ada lagi talas-talas lain, seperti: talas sutera yang dipanen pada umur 5-6
bulan, yang umbinya berwarna kecoklat-coklatan yang dapat berukuran sedang
sampai besar dan masih banyak lagi talas yang ada di bogor (talas mentega atau
talas gambir, talas ketan, dan talas balitung).
Pemanenan dilakukan dengan cara menggali
umbi talas, lalu pohon talas dicabut dan pelepahnya di potong sepanjang 20-30
cm dari pangkal umbi serta akarnya dibuang dan umbinya di bersihkan dari tanah
yang melekat.
10. Hasil panen/pasca panen
Sangat banyak hasil yang
didapatkan dari talas diantaranya yaitu tepung dalam pembuatan cookies. Cookies
umumnya
dikonsumsi sebagai makanan selingan dan dihidangkan saat hari raya besar
keagamaan. Umumnya tepung terigu digunakan sebagai bahan dasar dalam pembuatan cookies.
Sampai saat ini gandum masih sulit tumbuh di Indonesia sehingga tepung terigu
masih harus diimpor dari negara lain. Tepung talas dapat menjadi salah satu
alternatif bahan pengganti tepung terigu dalam pembuatan cookies sehingga
dapat menurunkan jumlah tepung terigu yang diimpor.
11. Prinsip dasar pengeringan
Proses pengeringan
masih banyak digunakan orang, salah satunya dengan menggunakan sinar matahari.
Pengeringan juga bertujuan untuk meningkatkan mutu hasil pertanian. Salah satu
penyebab terjadinya kerusakan produk pertanian ialah adanya akumulasi air di
dalam atau sekitar hasil pertanian dan hal ini dapat dicegah dengan jalan
mengalirkan udara pada sekeliling
hasil pertanian untuk menjaga suhu yang seragam (Santoso, 2012).
c.
Ubi
Jalar
1.
Syarat
Pertumbuhan
a. Tanaman ubi jalar membutuhkan hawa
panas dan udara yang lembab.
b. Daerah yang paling ideal untuk
budidaya ubi jalar adalah daerah yang bersuhu 21-27 derajat C.
c. Daerah yang mendapat sinar matahari
11-12 jam/hari merupakan daerah yang disukai.
d. Pertumbuhan dan produksi yang
optimal untuk usaha tani ubi jalar tercapai pada musim kering (kemarau).
e. Di tanah yang kering (tegalan) waktu
tanam yang baik untuk tanaman ubi jalar
yaitu pada waktu musim hujan, sedang pada tanah sawah waktu tanam yang baik
yaitu sesudah tanaman padi dipanen.
f. Tanaman ubi jalar dapat ditanam di
daerah dengan curah hujan 500-5000 mm/tahun, optimalnya antara 750-1500
mm/tahun.
g. Hampir setiap jenis tanah pertanian
cocok untuk membudidayakan ubi jalar. Jenis tanah yang paling baik adalah pasir
berlempung, gembur, banyak mengandung bahan organik, aerasi serta drainasenya
baik.
h. Penanaman ubi jalar pada tanah
kering dan pecah-pecah sering menyebabkan ubi jalar mudah terserang hama
penggerek (Cylas sp.). Sebaliknya, bila ditanam pada tanah yang mudah becek
atau berdrainase yang jelek, dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman ubi jalar
kerdil, ubi mudah busuk, kadar serat tinggi, dan bentuk ubi benjol.
i. Derajat keasaman tanah adalah
pH=5,5-7,5. Sewaktu muda memerlukan.
2.
Teknik budidaya
a.
Pembibitan
1.
Tanaman
ubi jalar dapat diperbanyak secara generatif dengan biji dan secara vegetatif
berupa stek batang atau stek pucuk.
2.
Perbanyakan
tanaman secara generatif hanya dilakukan pada skala penelitian untuk
menghasilkan varietas baru.
3.
Teknik perbanyakan tanaman ubi jalar yang sering dipraktekan
adalah dengan stek batang atau stek pucuk.
4.
Bahan
tanaman (bibit) berupa stek pucuk atau stek batang harus memenuhi syarat
sebagai berikut:
a. Bibit berasal dari varietas atau
klon unggul.
b. Bahan tanaman berumur 2 bulan atau
lebih.
c. Pertumbuhan tanaman yang akan
diambil steknya dalam keadaan sehat, normal, tidak terlalu subur.
d. Ukuran panjang stek batang atau stek
pucuk antara 20-25 cm, ruas-ruasnya rapat dan buku-bukunya tidak berakar.
e. Mengalami masa penyimpanan di tempat
yang teduh selama 1-7 hari.
5.
Bahan
tanaman (stek) dapat berasal dari tanaman produksi dan dari tunas-tunas ubi
yang secara khusus disemai atau melalui proses penunasan.
6.
Perbanyakan
tanaman dengan stek batang atau stek pucuk secara terus-menerus mempunyai
kecenderungan penurunan hasil pada generasi-generasi berikutnya.
7.
Oleh
karena itu, setelah 3-5 generasi perbanyakan harus diperbaharui dengan cara
menanam atau menunaskan umbi untuk bahan perbanyakan.
Tata cara penyiapan bahan tanaman
(bibit) ubi jalar dari tanaman produksi adalah sebagai berikut:
1. Pilih tanaman ubi jalar yang sudah
berumur 2 bulan atau lebih, keadaan pertumbuhannya sehat dan normal.
2. Potong batang tanaman untuk
dijadikan stek batang atau stek pucuk sepanjang 20-25 cm dengan
menggunakan pisau yang tajam, dan dilakukan pada pagi hari.
3. Kumpulkan stek pada suatu tempat,
kemudian buang sebagian daun-daunnya untuk mengurangi penguapan yang
berlebihan.
4. Ikat bahan tanaman (bibit) rata-rata
100 stek/ikatan, lalu simpan di tempat yang teduh selama 1-7 hari dengan
tidak bertumpuk.
3.
Pengolahan
Media Tanam
a. Persiapan
Penyiapan lahan bagi ubi jalar
sebaiknya dilakukan pada saat tanah tidak terlalu basah atau tidak terlalu
kering agar strukturnya tidak rusak, lengket, atau keras.
b.
Pembentukan
Bedengan
Jika tanah yang akan ditanami ubi
jalar adalah tanah sawah maka pertama-tama jerami dibabat, lalu dibuat
tumpukan selebar 60-100 cm. Kalau
tanah yang dipergunakan adalah tanah tegalan maka bedengan dibuat dengan
jarak 1 meter.
Apabila penanaman dilakukan pada tanah-tanah
yang miring, maka pada musim hujan bedengan sebaiknya dibuat membujur
sesuai dengan miringnya tanah.
Ukuran guludan disesuaikan dengan keadaan
tanah. Pada tanah yang ringan (pasir mengandung liat) ukuran guludan adalah
lebar bawah ± 60 cm, tinggi 30-40 cm, dan jarak antar guludan 70-100 cm.
Pada tanah pasir ukuran guludan
adalah lebar bawah ±40 cm, tinggi 25-30 cm, dan jarak antar guludan 70-100 cm.
Arah guludan sebaiknya memanjang
utara-selatan, dan ukuran panjang guludan disesuaikan dengan keadaan lahan.
Lahan ubi jalar dapat berupa tanah tegalan
atau tanah sawah bekas tanaman padi.
c. Penggunaan
benih unggul
Varietas unggul yang telah dilepas
selain produktivitas tinggi, juga memiliki sifat agak tahan terhadap hama
boleng (Cylas formicarius dan penyakit kudis Sphaceloma batatas
seperti Sari, Boko, Sukuh, Jago dan Kidal, dll
4.
Penanaman
Penanaman ubi jalar di lahan kering
biasanya dilakukan pada awal musim hujan (Oktober), atau awal musim kemarau
(Maret) bila keadaan cuaca normal.
Dilahan sawah, waktu
tanam yang paling tepat adalah segera setelah padi rendengan atau padi gadu,
yakni pada awal musim kemarau.
Stek pucuk ditanam di
guludan dengan jarak dalam barisan 20-30 cm, jarak antar guludan 100 cm,
populasi tanaman sekitar 35.000-50.000 tanaman/ha.
Ubijalar dapat pula
ditanam dalam sistem tumpangsari dengan tingkat naungan tidak lebih 30 %.
Sistem tanam ubi jalar
dapat dilakukan secara tunggal (monokultur) dan tumpang sari dengan kacang
tanah.
a. Sistem
Monokultur :
1.
Buat
larikan-larikan dangkal arah memanjang di sepanjang puncak guludan dengan
cangkul sedalam 10 cm, atau buat lubang dengan tugal, jarak antar lubang 25-30
cm.
2.
Buat
larikan atau lubang tugal sejauh 7-10 cm di kiri dan kanan lubang tanam untuk
tempat pupuk.
3.
Tanamkan
bibit ubi jalar ke dalam lubang atau larikan hingga angkal batang (setek)
terbenam tanah 1/2-2/3 bagian, kemudian padatkan tanah dekat pangkal setek
(bibit).
4.
Masukkan
pupuk dasar berupa urea 23 kg/ha, Sp 36 7 kg/ha, ditambah KCl 15
kg/ha.
b. Sistem
Tumpang Sari
1. Tujuan sistem tumpang sari antara
lain untuk meningkatkan produksi dan pendapatan per satuan luas lahan.
2. Jenis tanaman yang serasi
ditumpangsarikan dengan ubi jalar adalah kacang tanah.
3. Tata cara penanaman sistem tumpang
sari prinsipnya sama dengan sistem monokultur, hanya di antara barisan tanaman
ubi jalar atau di sisi guludan ditanami kacang tanah.
4. Jarak tanam ubi jalar 100 cm x 25-30
cm, dan jarak tanam kacang tanah 30 x 10 cm.
5. Bibit yang telah disediakan dibawa
ke kebun dan ditaruh di atas bedengan.
6. Bibit dibenamkan kira-kira 2/3
bagian kemudian ditimbun dengan tanah kemudian disirami air.
7. Bibit sebaiknya ditanam mendatar,
dan semua pucuk diarahkan ke satu jurusan.
8. Dalam satu alur ditanam satu batang,
bagian batang yang ada daunnya tersembul di atas bedengan.
9. Pada tiap bedengan ditanam 2 deretan
dengan jarak kira-kira 30 cm.
10. Masukkan pupuk dasar berupa urea 27
kg/ha, Sp 36 7 kg/ha, ditambah KCl 15 kg/ha.
5.
Pemupukan
a)
Zat
hara yang terbawa atau terangkut pada saat panen ubi jalar cukup tinggi, yaitu
terdiri dari 70 kg N (± 156 kg urea), 20 kg P2O5 (±42 kg TSP), dan 110 kg K2O
(± 220 kg KCl) per hektar pada tingkat hasil 15 ton ubi basah.
b)
Pemupukan
bertujuan menggantikan unsur hara yang terangkut saat panen, menambah kesuburan
tanah, dan menyediakan unsur hara bagi tanaman.
c)
Dosis
pupuk yang tepat harus berdasarkan hasil analisis tanah atau tanaman di daerah
setempat.
d)
Dosis
pupuk yang dianjurkan secara umum adalah 45-90kg N/ha (100-200 kg
urea/ha) ditambah 25 kg P2O5/ha (±50 kg TSP/ha) ditambah 50 kg
K2O/ha (±100 kg KCl/ha).
e)
Pemupukan
dapat dilakukan dengan sistem larikan (alur) dan sistem tugal.
f)
Pemupukan
dengan sistem larikan mula-mula buat larikan (alur) kecil di sepanjang guludan
sejauh 7-10 cm dari batang tanaman, sedalam 5-7 cm, kemudian sebarkan pupuk
secara merata ke dalam larikan sambil ditimbun dengan tanah.
6.
Penjarangan
dan Penyulaman
Selama 3 (tiga) minggu setelah
ditanam, penanaman ubi jalar harus harus diamati kontinu, terutama bibit yang
mati atau tumbuh secara abnormal. Bibit yang mati harus segera disulam. Cara menyulam adalah
dengan mencabut bibit yang mati, kemudian diganti dengan bibit yang baru,
dengan menanam sepertiga bagian pangkal setek ditimbun tanah. Penyulaman
sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari, pada saat sinar matahari tidak
terlalu terik dan suhu udara tidak terlalu panas. Bibit (setek) untuk
penyulaman sebelumnya dipersiapkan atau ditanam ditempat yang teduh.
7.
Penyiangan
& Pembubunan
Pada sistem tanam tanpa mulsa
jerami, lahan penanaman ubi jalar biasanya mudah ditumbuhi rumput liar (gulma).
Gulma merupakan pesaing tanaman ubi jalar, terutama dalam pemenuhan kebutuhan
akan air, unsur hara, dan sinar matahaari. Oleh karena itu, gulma harus segera
disiangi. Bersama-sama kegiatan penyiangan dilakukan pembumbunan, yaitu
menggemburkan tanah guludan, kemudian ditimbunkan pada guludan tersebut. Penyiangan dan pembubunan tanah biasanya dilakukan pada umur
1 bulan setelah tanam, kemudian diulang saat tanaman berumur 2 bulan.
Tata
cara penyiangan dan pembumbunan meliputi tahap-tahap sebagai berikut:
1. Bersihkan rumput liar (gulma) dengan
kored atau cangkul secara hati-hati agar tidak merusak akar tanaman ubi
jalar.
2. Gemburkan tanah disekitar guludan
dengan cara memotong lereng guludan, kemudian tanahnya diturunkan ke
dalam saluran antar guludan.
3. Timbunkan kembali tanah ke guludan
semula, kemudian lakukan pengairan hingga tanah cukup basah.
8.
Pengairan
a)
Meskipun
tanaman ubi jalar tahan terhadap kekeringan, fase awal pertumbuhan
memerlukan ketersediaan air tanah yang memadai.
b)
Seusai
tanam, tanah atau guludan tempat pertanaman ubi jalar harus diairi, selama
15-30 menit hingga tanah cukup basah, kemudian airnya dialirkan keseluruh
pembuangan.
c)
Pengairan
berikutnya masih diperlukan secara kontinu hingga tanaman ubi jalar berumur
1-2 bulan.
d)
Pada
periode pembentukan dan perkembangan ubi, yaitu umur 2-3 minggu sebelum panen,
pengairan dikurangi atau dihentikan.
e)
Waktu
pengairan yang paling baik adalah pada pagi atau sore hari.
f)
Di
daerah yang sumber airnya memadai, pengairan dapat dilakukan kontinu seminggu
sekali.
g)
Hal
Yang penting diperhatikan dalam kegiatan pengairan adalah menghindari
agar tanah tidak terlalu becek (air menggenang).
h)
Pada
musim kemarau, pengairan merupakan kunci untuk mencapai produktivitas tinggi.
i)
Pengairan
yang cukup dapat menghindarkan ubijalar dari serangan hama boleng (Cylas
formicarius ).
9.
Hama
Dan Penyakit
a.
Hama
Penggerek Batang Ubi Jalar (Omphisa
anastomasalis). Stadium
hama yang merusak tanaman ubi jalar adalah larva (ulat). Cirinya adalah membuat
lubang kecil memanjang (korek) pada batang hingga ke bagian ubi. Di dalam
lubang tersebut dapat ditemukan larva ulat.
Tikus (Rattus
rattus sp) Hama
tikus biasanya menyerang tanaman ubi jalar yang berumur cukup tua atau sudah
pada stadium membentuk ubi. Hama Ini menyerang ubi dengan cara mengerat dan
memakan daging ubi hingga menjadi rusak secara tidak beraturan. Bekas gigitan
tikus menyebabkan infeksi pada ubi dan kadang-kadang diikuti dengan gejala
pembusukan ubi. Pengendalian:
sistem gerepyokan untuk menangkap tikus dan langsung dibunuh; penyiangan
dilakukan sebaik mungkin agar tidak banyak sarang tikus disekitar ubi jalar;
pemasangan umpan beracun, seperti Ramortal atau Klerat.
b.
Penyakit
Kudis atau Scab. Penyebab: cendawan Elsinoe batatas. Gejala: adanya benjolan pada
tangkai sereta urat daun, dan daun-daun berkerut seperti kerupuk. Tingkat
serangan yang berat menyebabkan daun tidak produktif dalam melakukan
fotosintesis sehingga hasil ubi menurun bahkan tidak menghasilkan sama sekali. Pengendalian: pergiliran/rotasi
tanaman untuk memutus siklus hidup penyakit; penanaman ubi jalar bervarietas
tahan penyakit kudis, seperti daya dan gedang; kultur teknik budi daya secara
intensif; penggunaan bahan tanaman (bibit) yang sehat.
BAB
III
PEMBAHASAN
1.
Kedelai
Hasil analisis ragam
menunjukanbahwa sistem olah tanah berpengaruh sangat nyata terhadap peubah
pengamatan tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah cabang produktif, jumlah polong,
berat 100 biji kering dan berat segar brangkasan. pengolahan tanah sebanyak
tiga kali memberikan hasil yang terbaik terhadap komponen pertumbuhan tinggi
tanaman , jumlah daun, serta jumlah cabang produktif dan berbeda nyata dengan
pengolahan tanah sebanyak dua kali dan pengolahan tanah sebanyak satu kali. Dengan
demikian dapat dinyatakan bahwa setiap penambahan sistem olah tanah akan
menaikkan pertumbuhan tinggi tanaman kedelai, jumlah daun dan jumlah cabang
produktif tanaman kedelai. Pengolahan tanah sebanyak 2 kali dapat menaikkan
rata-rata pertumbuhan tinggi tanaman sebesar 0.5 cm dari pengolahan tanah
sebanyak 1 kali. Pengolahan tanah sebanyak 3 kali menaikkan pertumbuhan
rata-rata tinggi tanaman kedelai sebesar 6.6 cm dari pengolahan tanah sebanyak
1 kali dan pertumbuhan rata-rata tinggi tanaman sebesar 6.2 cm dari pengolahan
tanah sebanyak 2 kali. Hal ini disebabkan karena dengan pengolahan tanah
sebanyak tiga kali menjadikan tanah semakin gembur sehingga akar tanaman lebih
mudah masuk kedalam tanah dan lebih mudah menyerap unsur hara yang terdapat didalam
tanah yang dipergunakan oleh tanaman untuk pertumbuhannya. Hal ini sesuai
dengan yang dikemukakan oleh Suwardjono dan Dariah (1995), yang menyatakan
bahwa struktur tanah yang baik menjadikan perakaran berkembang dengan baik
sehingga semakin luas bidang serapan terhadap unsur hara. Selanjutnya menurut Rafiuddin et al (2006), menyatakan bahwa pengerjaan tanah untuk mendapatkan keadaan olah tanah yang baik mempunyai tujuan memberantas gulma, memasukkan dan mencampurkan sisa tanaman kedalam tanah dan menggemburkan tanah
sehingga terdapat keadaan olah tanah
sempurna yang diperlukan oleh akar tanaman
dan akhirnya akan meningkatkan peredaran
udara, infiltrasi air, pertumbuhan
akar dan pengambilan unsure hara
oleh akar. Menurut Situmpul dan
Guritno (1995), tinggi tanaman
merupakan ukuran tanaman yang sering
diamati baik sebagai indikator
pertumbuhan maupun sebagai parameter
yang digunakan untuk mengukur
pengaruh lingkungan atau perlakuan
yang diterapkan. Ini didasarkan atas
kenyataan bahwa tinggi tanaman merupakan
ukuran pertumbuhan yang paling mudah
dilihat Setiap penambahan sistem
olah tanah akan menaikkan pertumbuha
jumlah daun tanaman kedelai. Pengolahan tanah
sebanyak 3 kali akan menambah rata-rata
jumlah pertumbuhan daun sebesar 5 helai dari sistem pengolahan tanah sebanyak 1
kali dan 3 helai daun dari sistem pengolahan tanah sebanyak 2 kali. Sistem olah
tanah sebanyak 2 kali akan menaikkan jumlah pertumbuhan daun sebesar 1.3 helai
dari sistem olah tanah sebanyak 1 kali. Perlakuan sistem olah tanah mempengaruhi
banyak sedikitnya jumlah daun dari setiap tanaman kedelai. Keadaan tanah yang
gembur menghasilkan jumlah daun yang lebih banyak dari pada keadaan tanah yang
padat. Menurut Ma’sumah (2002), sistem olah tanah sempurna akan memberikan
jumlah daun yang lebih banyak pada tanaman dari pada sistem tanpa olah tanah.
Daun memegang peranan yang sangat penting bagi poduktivitas suatu tanaman.
Jumlah dan ukuran daun dipengaruhi oleh genotipe dan factor lingkungan. Faktor
lingkungan yang berpengaruh adalah faktor tanah, air, cahaya dan unsur hara.
Dwidjoseputro (1994), menyatakan bahwa daun merupakan bagian tanaman yang
mempunyai fungsi sangat penting, karena semua fungsi yang lain tergantung pada
daun secara langsung atau tidak langsung.
2.
Talas
BAB
IV
KESIMPULAN
1.
Kedelai
a.
Perlakuan sistem olah tanah yang terbaik dalam meningkatkan tinggi
tanaman, jumlah daun, jumlah caban produktif, jumlah polong, bobot 100 biji kering dan berat segar brangkasan
tanaman kedelai adalah sistem pengolahan
tanah sebanyak 3 kali.
b.
Berdasarkan hasil uji, sistem olah tanah sebanyak 3 kali menunjukan hasil yang berbeda nyata sampai berbeda sangat nyata dengan sistem pengolahan tanah sebanyak 2 kali dan sistem olah tanah sebanyak 1 kali untuk semua peubah pengamatan.
2.
Talas
Faktor rasio tepung talas
dengan pati jagung berpengaruh nyata (α = 5%) terhadap kadar pati, kadar air,
daya kembang, kecerahan (L), kemerahan (a+), dan kekuningan (b+) cookies. Faktor
penambahan margarin berpengaruh nyata (α = 5%) terhadap kadar lemak, daya patah,
kecerahan (L), dan kekuningan (b+) cookies. Pada uji organoleptik mutu
hedonik, faktor rasio tepung talas dengan pati jagung dan faktor penambahan
margarin berpengaruh nyata (α = 5%) pada penilaian panelis terhadap penampakan,
kehalusan tekstur, warna, dan kerenyahan cookies. Cookies perlakuan
terbaik diperoleh dari perlakuan rasio tepung talas dengan pati jagung 60:40
dengan tingkat penambahan margarin 85%. Angka Kecukupan Gizi (AKG) per takaran
saji pada cookies perlakuan terbaik antara lain: lemak 15,20%, protein
1,20%, karbohidrat 6,12%.
3.
Ubi Jalar
1.
Terdapat pengaruh konsentrasi larutan
kalsium klorida (CaCl2) dan lama perendaman
dalam larutan terhadap perubahan fisik dan kimia ubi jalar ungu selama
penyimpanan, dengan perlakuan terbaik terdapat pada perendaman dalam larutan
CaCl2
8%
selama 120 menit.
2.
Pemberian CaCl2
dapat
menghambat penguapan air dan dapat menghambat terjadinya pelunakan pada ubi.
Selain itu juga dapat mempertahankan warna ubi dan dapat menghambat hidrolisis
pati sehingga ubi lebih tahan lama.
3.
Ubi yang tidak direndam dalam CaCl2
(kontrol)
hanya dapat disimpan hingga 5 minggu, sedangkan dengan perendaman ubi dalam
larutan CaCl2 8% selama 120 menit maka ubi dapat
dapat disimpan hingga 7 minggu atau 2 minggu lebih lama dibandingkan kontrol.
Daftar Pustaka
http://tanonmandiritaniorganik.blogspot.com/2012/08/budidaya-ubijalar-ketela-rambat-ipomoea_2513.html BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
a.
Kedelai
Kedelai, atau kacang kedelai, adalah salah satu tanaman
polong-polongan yang menjadi bahan dasar banyak makanan dari Asia Timur seperti
kecap, tahu, dan tempe. Berdasarkan peninggalan arkeologi, tanaman ini telah
dibudidayakan sejak 3500 tahun yang lalu di Asia Timur. (Wikipedia,2014)
Tanaman kedelai dapat tumbuh dengan baik pada jenis tanah
alluvial, regosol, grumosol, latosol, atau andosol.Pertumbuhan tanaman kedelai
kurang baik pada tanah pasir, dan pH tanah yang baik untuk pertumbuhan kedelai
adalah 6-6,5.
Sistem olah tanah adalah olah tanah intensif, olah tanah
minimum, dan tanpa olah tanah. Perlakuan sistem olah tanah sebanyak 3 kali merupakan
yang terbaik dalam meningkatkan tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah cabang
produktif, jumlah polong, bobot 100 biji kering dan berat segar
brangkasan tanaman
kedelai.
Ketergantungan
terhadap kedelai impor sangat memprihatinkan, karena seharusnya kita mampu
mencukupinya sendiri. Ini karena produktivitas rendah dan semakin meningkatnya
kebutuhan kedelai.
Salah
satu cara mengatasi masalah tersebut yaitu dengan merekayasa budidaya tanaman
kedelai salah satunya yakni menggunakan pupuk organic seperti pupuk
kandang sapi, pupuk kandang ayam dan pupuk organik kaya hara Santap NM-I dan
NM-2 rakitan Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian
(Bahtkabi) serta kombinasinya terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai.
b.
Talas
Talas merupakan tanaman pangan berupa herba menahun. Talas
termasuk dalam suku talas-talasan (Araceae), berperawakan tegak,
tingginya 1 cm atau lebih dan merupakan tanaman semusim atau sepanjang tahun.
Talas mempunyai beberapa nama umum yaitu Taro, Old cocoyam, ‘Dash(e)en’dan
‘Eddo (e)’. Di beberapa negara dikenal dengan nama lain, seperti: Abalong
(Philipina), Taioba (Brazil), Arvi (India), Keladi(Malaya),
Satoimo (Japan), Tayoba (Spanyol) dan Yu-tao(China).
Karakteristik morfologi umbi talas, seperti bentuk, ukuran,
warna umbi dan kenampakan terkait langsung terhadap rancangan suatu alat khusus
atau 2 analisis perilaku produk. Ukuran dan bentuk komoditas sangat berpengaruh
terhadap perhitungan energi dalam proses pendinginan dan pengeringan. Prinsip
pengeringan talas adalah menguapkan air karena ada perbedaan kandungan uap air
di antara udara dan bahan yang dikeringkan. Udara panas mempunyai kandungan uap
air yang lebih kecil dari pada bahan sehingga dapat mengurangi uap air dari
bahan yang dikeringkan. Salah satu faktor yang dapat mempercepat proses
pengeringan adalah udara yang mengalir. Dengan adanya aliran udara maka udara
yang sudah jenuh dapat diganti oleh udara kering sehingga proses pengeringan
dapat berjalan secara terus menerus (Anonima, 2012).
Talas
terdiri dari banyak jenis dan warna daging umbinya bervariasi, yaitu putih,
kuning muda, kuning atau oranye, merah, coklat, ungu, dan lainnya . Di Malang,
banyak dijumpai talas dengan daging umbi berwarna kuning yang memiliki rasa
enak dan tekstur yang pulen. Untuk memperpanjang umur simpan talas, talas dapat
diolah menjadi tepung. Talas memiliki potensi untuk dapat digunakan sebagai
bahan baku tepung-tepungan karena memiliki kandungan pati yang tinggi, yaitu
sekitar 70-80% . Rendemen yang bisa didapatkan pun juga cukup tinggi, yaitu
mencapai 28.7% . Tepung talas dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar dalam
pembuatan cookies.
Menurut Dalimarta
(1999), klasifikasi tanaman talas sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Bangsa : Arales
Suku : Araceae
Marga : Colocasia
Jenis : Colocasia esculenta L Schott
c.
Ubi jalar
Ubi jalar
atau ketela rambat (Ipomoea
batatas L.) adalah sejenis tanaman
budidaya. Bagian yang dimanfaatkan adalah akarnya yang membentuk umbi dengan
kadar gizi
(karbohidrat)
yang tinggi. Di Afrika,
umbi ubi jalar menjadi salah satu sumber makanan pokok
yang penting. Di Asia, selain dimanfaatkan umbinya, daun muda ubi jalar juga
dibuat sayuran. Terdapat pula ubi jalar yang dijadikan tanaman hias
karena keindahan daunnya. (Wikipedia,2014)
Ubi jalar merupakan
sumber karbohidrat dan kalori yang cukup tinggi yang banyak di konsumsi sebagai
bahan pangan. Ubi jalar juga merupakan sumber vitamin dan mineral. Vitamin yang
terkandung dalam ubi jalar antara lain : vitamin A, vitamin C, thiamin (B1) dan
riboflavin (B2), sedangkan mineral yang terkandung dalamubi jalar antara lain :
zat besi (Fe), fosfor (P), kalsium (Ca), dan natrium (Na). Terdapat beberapa
jenis ubi jalar berdasarkan warna kulit serta warna umbi, antara lain ada yang berwarna
putih, kuning, merah dan ungu. Ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.)
mengandung pigmen antosianin yang lebih tinggi dari pada ubi jalar jenis lain.
Antosianin bermanfaat bagi kesehatan tubuh karena dapat berfungsi sebagai
antioksidan, antihipertensi, dan pencegah gangguan fungsi hati. Kandungan
nutrisi ubi jalar ungu juga lebih tinggi dibandingkan ubi jalar jenis lain
terutama kandungan lisin, Mg, K, dan Zn. Ubi jalar ungu banyak digunakan sebagai
bahan baku produk dalam industri pewarna, es krim dan roti. Mutu produk pangan
akan mengalami perubahan (penurunan) selama proses penyimpanan. Umur simpan
produk pangan dapat diperpanjang dengan mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi masa simpan produk. Salah satu upaya memperpanjang masa simpan
dapat dilakukan dengan memperlambat laju penurunan mutu.
2.
Tujuan
1. Mengetahui
budidaya bahan pangan khususnya Kedelai, Talas, Ubi Jalar.
2. Mengetahui
kandungan dan manfaat apa saja yang ada pada Kedelai, Talas, Ubi Jalar.
3. Mengetahui
pengaruh pupuk organic terhadap produktivitas kedelai.
4. mengetahui
pengaruh sistem olah tanah terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai.
5. Mengetahui
model pengeringan lapisan tipis yang sesuai dengan karakteristik talas varietas
Safira dan
perubahan
sifat fisik yang terjadi selama proses pengeringan berlangsung.
6. Mengetahui
pengaruh konsentrasi CaCl2 dan lama perendaman dalam larutan tersebut terhadap
perubahan sifat fisiko kimia ubi jalar ungu, dan umur simpan ubi jalar ungu.
7. Mengetahui
pengaruh konsentrasi starter dan lama fermentasi terhadap total BAL, sifat
fisikokimia dan organoleptik minuman sinbiotik dari ubi jalar ungu.
8. Mengetahui
kombinasi perlakuan terbaik antara konsentrasi starter dan lama fermentasi
untuk memperoleh minuman sinbiotik dengan kualitas baik dan disukai oleh konsumen.
9. Mampu
menerapkan ilmu yang telah diketahui seperti budidaya dan pengolahan pasca
panen.
BAB
II
LANDASAN
TEORI
1.
Budidaya
a.
Kedelai
1.
Syarat
Tumbuh
Tanaman kedelai
merupakan tanaman semusim yang dapat tumbuh baik pada berbagai jenis tanah
dengan syarat drainase tanah cukup baik serta ketersediaan air cukup selama
pertumbuhan tanaman.
Tanaman kedelai dapat tumbuh dengan baik pada jenis tanah
alluvial, regosol, grumosol, latosol, atau andosol.Pertumbuhan tanaman kedelai
kurang baik pada tanah pasir, dan pH tanah yang baik untuk pertumbuhan kedelai
adalah 6-6,5.
a.
Benih
Penggunaan benih
kedelai bermutu merupakan kunci utama dalam memperoleh hasil yang tinggi. Agar
diperoleh tanaman yang seragam dengan populasi optimal harus menggunakan benih
yang bermutu tinggi.
Sifat-sifat benih
kedelai yang bermutu tinggi adalah sebagai berikut :
1. Mempunyai
daya kecambah tinggi yaitu 80%
2. Mempunyai
vigor yang baik(benih tumbuh serentak cepat dan sehat)
3. Murni,
bersih, sehat, bernas, tidak keriput, atau luka bekas serangga
4. Benih
baru
b.
Pengolahan
tanah
Pengolahan tanah
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman
karena dapat menciptakan struktur tanah yang remah, aerase tanah yang baik dan
menghambat pertumbuhan tanaman pengganggu. Selanjutnya Mahmud at al (2002),
mengatakan bahwa pengolahan tanah pada tanaman kedelai pada
prinsipnya bertujuan untuk memperbaiki aerase dan drainase tanah, mengendalikan
gulma, menggemburkan tanah sehingga kecambah mudah tumbuh, dan perakaran dapat
berkembang sempurna. Selanjutnya menurut Adisarwanto (2000), dalam bercocok
tanam kedelai persiapan lahan pertanaman dapat dilakukan dengan pengolahan
tanah sebelum tanam (Maksimum Tillage) dan tanpa olah tanah (Zero Tillage) atau
olah tanah minimum (Minimum Tillage). Perbedaan cara pengolahan tanah akan
mempengaruhi kesuburan tanah sehingga akan berpengaruh juga terhadap
pertumbuhan dan hasil kedelai. Perlu tidaknya tanah diolah dapat dipengaruhi
oleh tingkat kepadatan dan aerasi. Pada tingkat kepadatan yang tinggi akibat
tidak pernah diolah mengakibatkan pertumbuhan akar terbatas, sehingga zona
serapan akar menjadi sempit. Pengolahan tanah sebanyak 3 kali akan menambah
rata-rata jumlah pertumbuhan daun sebesar 5 helai dari sistem pengolahan tanah
sebanyak 1 kali dan 3 helai daun dari sistem pengolahan tanah sebanyak 2 kali.
Sistem olah tanah sebanyak 2 kali akan menaikkan jumlah pertumbuhan daun
sebesar 1.3 helai dari sistem olah tanah sebanyak 1 kali. Perlakuan sistem olah
tanah mempengaruhi banyak sedikitnya jumlah daun dari setiap tanaman kedelai.
Keadaan tanah yang gembur menghasilkan jumlah daun yang lebih banyak dari pada
keadaan tanah yang padat. sistem olah tanah sempurna akan memberikan jumlah
daun yang lebih banyak pada tanaman dari pada sistem tanpa olah tanah.(Ma’sumah,2002)
Lahan tanah bekas tanaman padi tidak perlu melakukan
pengolahan tanah. Kemasaman tanah dapat ditanggulangi dengan pemberian kapur
sehingga kejenuhan alluminium dapat diturunkan, pH tanah dapat dinaikkkan dan
ini erat kaitannya dengan tingkat efisiensi serapan hara oleh tanaman.
Cara pengapuran yang efektif dan efisien dapat dilakukan,
yaitu dengan memperhatikan beberapa faktor:
a) Macam
dan kualitas bahan kapur
b) Kehalusan
bahan kapur
c) Waktu
dan cara pemberian kapur.
Tinggi rendahnya tempat
suatu tanaman yang di usahakan
sangat erat hubungannya
dengan proses metabolisme. Kedelai dapat tumbuh baik sampai ketinggian 1500 m
(dpl) tetapi yang paling baik sampai 650 m dpl, karena berpengaruh terhadap
umur tanaman. Untuk dataran tinggi umur tanaman kedelai menjadi semakin
panjang.
Tersedianya air tanah selama pertumbuhan tanaman sangat
menentukan daya hasil kedelai. Tanaman kedelai tidak akan berbunga bila lama
penyinaran melampaui batas kritis karena kedelai merupakan tanaman hari pendek
c.
Waktu
Tanam
Pemilihan waktu
tanam yang tepat untuk masing-masing daerah amat penting,karna berhubungan erat
dengan tersedianya air untuk pertumbuhan dan menghindari resiko kebanjiran
terutama pada saat tanamanm masih muda selain itu juga untuk menekan atau
menghindari berkembangnya populasi hama atau penyakit.waktu tanam yang tepat
sangat berbeda untuk satu daerah dengan daerah lain.
d.
Penanaman
Pada saat tanam
tiba, hendaknya tanah cukup lembab agar benih cepat tumbuh. Cara penanaman
dapat berbeda beda tergantung dari alat yang digunakan, tekhnik penanaman harus
berpedoman dengan:
1. Jarak
tanam harus teratur agar ruang tumbuh tanaman seragam sehingga memudahkan
pemeliharaan.
2. Dalamnya
penanaman. Benih kedelai ditanam sedalam 2-4cm agar dapat cepat berkecambah dan
tanaman dapat tumbuh kokoh. Cara penanaman tanaman kedelai:
a) Tanam
dengan tugal
b) Tanam
dengan bajak
c) Tanam
sebar
d) Tanam
dengan mesin penanam
e.
Pemupukan
Untuk produksi
yang tinggi dianjurkan memupuk sebagai berikut:
1. Pupuk
dasar
a. Diberikan
pada saat tanam atau sehari sebelum tanamb
b. Dosisnya
yaitu 24,5-48,9 kg urea, 97,8kg TSP dan 49,9kg Kcl per hektar
2. Pupuk
susulan 1
Diberikan pada saat
tanaman berumur 30 hari setelah tanam( menjelang tanaman berbunga) dosisnya
hanya urea saja sebanyak 48,9kg per hektar
Untuk meningkatkan produktivitas pada kedelai yaitu memupuk
dengan pupuk organik seperti pupuk kandang sapi, pupuk kandang ayam dan pupuk
organik kaya hara Santap NM-I dan NM-2 rakitan Balai Penelitian Tanaman
Kacang-kacangan dan Umbi-umbian (Bahtkabi) serta kombinasinya terhadap
pertumbuhan kedelai. (Muzayanah,2014)
f.
Pengairan
& Drainase
Tanaman kedelai
tidak tahan kekeringan namun juga tidak tahan terhadap genangan air. Untuk
pertumbuhan kedelai yang baik dikehendaki air tanah yang dalam. Keadaan lahan
lembab tetapi tidak becek sejak tanaman tumbuh hingga polong berisi penuh,
kemudian lahan kering menjelang panen. Kekeringan pada saat pertumbuhan
mengakibatkan tanaman kerdil, dan kekeringan pada saat berbunga atau pengisian
polong dapat menggagalkan hasil. Tanda tanda kekeringan dapat berupa daun layu,
pertumbuhan terhenti, bunga tidak mekar, polong kosong atau gugur, bila
kekeringan lama tanaman akan mati.
g.
Penyiangan
Tanpa penyiangan
penurunan hasil dapat mencapai 10-50%. Jarak tanam yang rapat seperti 20x20cm
pertumbuhan gulma dapat ditekan apabila daun tanaman kedelai telah menaungi
permukaan tanah penyiangan pertama dilakukan pada saat tanaman berumur 2-4
minggu gulma perlu dihilangkan sampai bersih. Penyiangan kedua dilakukan pada
saat tanaman berbunga yaitu berumur 45 hst untuk varietas berumur genjah atau
60 hari untuk varietas berumur dalam. Penyemprotan dengan herbisida dapat
menggantikan penyiangan yang dilakukan dengan tangan. Herbisida yang cukup
efektif saat ini adalah lasso dengan dosis 4 l/ hektar.
h.
Hama & Penyakit
1. Aphis glycine
Kutu ini dapat dapat
menularkan virus SMV (Soyabean Mosaik Virus). Menyerang pada awal pertumbuhan
dan masa pertumbuhan bunga dan polong. Gejala: layu, pertumbuhannya terhambat.
Pengendalian: (1) Jangan tanam tanaman inang seperti: terung-terungan,
kapas-kapasan atau kacang-kacangan; (2) buang bagian tanaman terserang dan
bakar, (3) gunakan musuh alami (predator maupun parasit); (4) semprot Natural
BVR atau PESTONAdilakukan pada permukaan daun bagian bawah.
2. Kumbang daun
tembukur (Phaedonia inclusa)
Bertubuh kecil, hitam
bergaris kuning. Bertelur pada permukaan daun. Gejala: larva dan kumbang
memakan daun, bunga, pucuk, polong muda, bahkan seluruh tanaman. Pengendalian:
penyemprotan PESTONA.
3. Ulat polong (Ettiela
zinchenella)
Gejala: pada buah
terdapat lubang kecil. Waktu buah masih hijau, polong bagian luar berubah
warna, di dalam polong terdapat ulat gemuk hijau dan kotorannya. Pengendalian :
(1) tanam tepat waktu.
4. Kepik polong
(Riptortis lincearis)
Gejala: polong
bercak-bercak hitam dan menjadi hampa.
5. Lalat kacang
(Ophiomyia phaseoli)
Menyerang tanaman muda yang
baru tumbuh. Pengendalian : Saat benih ditanam, tanah diberi POC NASA, kemudian
setelah benih ditanam, tanah ditutup dengan jerami . Satu minggu setelah benih
menjadi kecambah dilakukan penyemprotan dengan PESTONA. Penyemprotan diulangi
pada waktu kedelai berumur 1 bulan.
6. Kepik hijau (Nezara
viridula)
Pagi hari berada di
atas daun, saat matahari bersinar turun ke polong, memakan polong dan bertelur.
Umur kepik dari telur hingga dewasa antara 1 sampai 6 bulan. Gejala: polong dan
biji mengempis serta kering. Biji bagian dalam atau kulit polong berbintik
coklat.
7. Ulat grayak
(Spodoptera litura)
Gejala : kerusakan pada
daun, ulat hidup bergerombol, memakan daun, dan berpencar mencari rumpun lain.
Pengendalian : (1) dengan cara sanitasi; (2) disemprotkan pada sore/malam hari
(saat ulat menyerang tanaman) beberapa Natural VITURA.
8. Penyakit Layu
Bakteri (Pseudomonas sp.)
Gejala : layu mendadak
bila kelembaban terlalu tinggi dan jarak tanam rapat. Pengendalian : Varietas
tahan layu, sanitasi kebun, dan pergiliran tanaman.
Pengendalian :
Pemberian Natural GLIO
9. Penyakit layu (Jamur
tanah : Sclerotium Rolfsii)
Penyakit ini menyerang
tanaman umur 2-3 minggu, saat udara lembab, dan tanaman berjarak tanam pendek.
Gejala : daun sedikit demi sedikit layu, menguning. Penularan melalui tanah dan
irigasi. Pengendalian; tanam varietas tahan dan tebarkan Natural GLIO di awal.
10. Anthracnose
(Colletotrichum glycine )
Gejala: daun dan polong
bintik-bintik kecil berwarna hitam, daun yang paling rendah rontok, polong muda
yang terserang hama menjadi kosong dan isi polong tua menjadi kerdil.
Pengendalian : (1) perhatikan pola pergiliran tanam yang tepat; (2) Pencegahan
di awal dengan Natural GLIO.
11.Penyakit karat
(Cendawan Phakospora phachyrizi)
Gejala: daun tampak
bercak dan bintik coklat. Pengendalian: (1) cara menanam kedelai yang tahan
terhadap penyakit; (2) semprotkan Natural GLIO + gula pasir.
12. Busuk batang
(Cendawan Phytium Sp)
Gejala : batang
menguning kecoklat-coklatan dan basah, kemudian membusuk dan mati. Pengendalian
: (1) memperbaiki drainase lahan; (2) Tebarkan Natural GLIO di awal.
i.
Panen
1.
Umur panen
umur panen yang tepat akan menghasilkan jumlah dan mutu produksi
kedelai yang cukup tinggi. Panen terlalu awal mengakibatkan banyaknya biji muda
yang akan menjadi butir keriput dalam kondisi kering, dan kurang tahan jika
disimpan.
Sedangkan panen terlambat dapat menimbulkan kerusakan di lapangan
seperti berkecambah, berjamur, busuk, dan berkutu serta kehilangan biji yang
disebabkan polong pecah. Pada kondisi normal, panen dapat dilakukan jika kadar
air biji berkisar antara 20-24%.
Kedua faktor ini juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan seperti
musim, pada musim kemarau panen dapat dipercepat. Tanda tanda tanaman bisa di
panen:
1.
Daun telah menguning
2.
Polong telah mengering dan berwarna
coklat.
3.
Tanaman sudah matang yaitu ≥ 90%
4.
Kulit polong mudah dikupas
b.
Talas
1. Pengolahan
Tanah
Pengolahan tanah bisa menggunakan alat
seperti cangkul, garpu, atau mesin traktor, tanah diolah sampai gembur dengan
kedalaman 20-30 cm. selain itu, pengolahan tanah dimaksudkan untuk
menyingkirkan rumput-rumput dan tanaman liar.
Kemudian setelah proses pembajakan
sebaiknya tanah dibiarkan selam 3 hari, hal ini supaya proses pelapukan dan
oksidasi bahan organik berlangsung lebih sempurna. Setelah itu tanah kemudian
diratakan dan sekaligus pemberian jarak tanam yang disesuaikan dengan luas
lahan yang ada.
Barisan sebaiknya mengarah ke timur agar
matahari bisa menyinari tanaman secara merata. Barisan juga bisa dibuat
bedengan dengan ketionggian gundukan 20 cm. (alfafa,2014)
2. Pemilihan
Benih
Ada beberapa cara untuk mengembangbiakan
talas, diantaranya : dari biji, jaringan, anakan dan stolon, bonggol, dan mata
tunas umbi.
a. Anakan
dan Stolon
Anakan bisa didapatkan dari
tunas-tunas yang tumbuh berdekatan dengan pangkal pohon induk yang sudah dewasa
atau dari ujung-ujung stolon. Anakan yang akan dijadikan bibit harus sudah
cukup besar, umbinya sudah mulai berkembang dan tingginya 60-70 cm.
Bibit lebih dahulu dipelihara di
bedengan yang tanahnya diolah dengan baik dan diberi pupuk organic. Jarak tanam
antar bibit berkisar 10-15 cm dan dirawat secara baik hingga berkembang agak
besar dan siap ditanam di areal penanaman.
Untuk menjaga kelembaban, keseluruhan
bedengan bisa ditutup dengan dedaunan atau diberi atap dari plastic tembus
padang. Cara lainnya adalah dengan menabur bibit-bibit kecil (setelah sebagian
daun dan umbinya dipotong) dalam kantung-kantung plastic berdiameter 7,5 cm di
persemaian yang terbuka. Jaraknya berdempetan dan dirawat hingga berdaun 3-4
helai dan mencapai ketinggian sekitar 50 cm.
b. Bonggol
Budidaya talas dengan menggunakan
bibit bonggol paling sering dilakuka oleh para petani Indonesia. Yang
dimaksud dengan bonggol adalah potongan bagian kepala umbi utama lengkap dengan
pakal pelepah daun sepanjang kira-kira 30 cm. dengan cara ini, satu pohon talas
hanya menghasilkan satu bibit saja.
Beberapa petani berpendapat bahwa
pengembangbiakan melalui bonggol memberikan hasil yang lebih tinggi daripada
melalui cara anakan dan stolon . namun cara ini tidak mampu memenuhi pola tanam
secara luas, masal, dan komersial.
c. Mata
Tunas Umbi
Letak mata tunas biasanya berada di
permukaan umbi yang dilindungi oleh pelepah daun. Bila kuncup ujung dibuang
atau mati, maka mata tunas berpeluang untuk berkembang.
Mata tunas ini bisa dirangsang dan
dijadikan bibit. Caranya, umbi talas dipotong-potong serta diusahakan agar
setiap potongan minimal memiliki satu mata tunas dan bagian umbi yang besarnya
memadai,sehingga berat keseluruhan menjadi 25 gram.
Potongan umbi kemudian ditanam dalam
nampan-nampan yang diisi tanah, pasir, dan pupuk kandang atau kompos dengan
perbandingan 1 : 1 : 1. Untuk mencegah pembusukan, umbi dapat dibalur dengan
fungisida dan diangin-anginkan selama 1-2 hari sebelum disemaikan.
Alas nampan sebaiknya diberi lubang
supaya terterjadi genangan air. Kemudioan calon bibit perlu dirawat dengan
baik, disiram sehari sekali dan ditutup dengan plastic transparan untuk menjaga
kelembaban, namun sinar matahari masih bisa menembus.
Bila sudah muncul tunas sekitar 10-15
cm, sebaiknya segera dipindahkan ke persemaian dederan dengan jarak tanam 20-25
cm. bisa juga disemaikan dalam kantong plastic yang sesuai (berdiameter 7,5-10
cm) agar bisa tumbuuh pesat. Antar kantong diberi jarak agar bibit persemaian
tumbuh sehat. Bibit bisa dipindahkan setelah mencapai ketinggian kira-kira 50
cm.
3. Cara Penanaman
Untuk penanaman bibit talas dilahan terbuka
sebaiknya dilakukan pada waktu awal musim penghujan, karena tanaman talas
sangat rentan dengan kekeringan. Apabila dalam penanam kekurangan air 2-3 hari
maka bibit bisa mengalami kematian.
Bibit cabutan (anakan yang dipotong
daunnya) dapat dibenamkan langsung pada lubang tanam sedalam mungkin hingga
mendekati dasar lubanng. Jika bibit yang disemaikan dalam kantong plastic, maka
plastic harus dibuang terlebih dahulu agar umbi dan akar tidak terganggu.
Untuk menjaga kelembaban tanah dan supaya
tanah subur, maka lahan disekitar perakaran bisa diberi mulsa berupa jerami,
potongan rumput kering, dedaunan, dan lain-lain.
Jika tidak turun hujan maka talas harus
disiram secara teratur. Jika kekurangan air, talas bisa terganggu
pertumbuhannya dan sulit untuk dipulihkan lagi, meskipun disiram dengan air
yang banyak.
4. Pemupukan
Pemupukan awal dilakukan sebelum bibit
ditanam. Pupuk kandang atau kompos sangat baik untuk pupuk awal, berikan satu
cangkul pupu pada setiap lubang. Pemupukan juga bisa diberikan dengan
pupuk anorganik yang mengandung fosfat (ISP, dll) kalium (KCl, dll) sebagai
tambahan. Disis yang diberikan 125 kg TSP dan 150 kg KCl, selain itu pupuk
dengan unsure P da K bisa diberikan.
Pupuk kedua diberikan sekitar 4 minggu
setelah penanaman, dengan pupuk urea dengan dosis sekitar 2 sendok makan per
pohon atau 75 kg/ha. Pemupukan terakhir diberikan ketika tanaman suda
berumur 3 bulan dari penanaman. Pemupukan bisa diberikan pupuk urea dengan
dosis 75 kg/ha dan KCl 150 kg/ha.
5. Penyiangan
dan Pembumbunan
Penyiangan sangat penting untuk
menjaga proses pertumbuhan talas agar tetap baik, karena kalau gulma atau
rumput disekitar tumbuh akan merebut jatah makanan tanaman talas. Proses
penyiangan dilakukan 3 bulan setelah penanaman dilakukan.
6. Pembuangan
Anakan dan Stolon
Pembuangan anakan atau stolon sangat
penting dilakukan, hal ini untuk menjaga agar makanan induknya tidak terganggu.
Akhirnya umbi pun tidak berkembang dengan maksimal.
Pembuangan anakan dan stolon harus
dilakukan dengan hati-hati menggunakan pisau yang tajam, supaya tidak mengenai
indukan. Kalau mengenai indukan akan mengakibatkan tumbuhnya bakteri pada
tanaman tersebut.
Pembuangan anakan pada bagian umbi yang
menempel, jauh sangat sulit dibanding dengan pembuangan stolon. Anakan pada
umbi talas sangat banyak apabila menggunakan bibit talas bogor dibanding dengan
bibit talas bentul yang lebih sedikit.
7. Pembuangan
Bunga
Pembuangan bunga pada talas dimaksudkan
untuk menjaga agar umbi yang dihasilkan dapat memiliki bentuk yang sempurna
tidak cekung. Karena secara tidak langsung pembungaan yang diikuti terbentuknya
buah akan menyedot cadangan makanan yang aada pada umbi.
8. Hama
Belalang dau, penanggulangannya dengan
menyemprotkan pestisida dan menjaga kebersihan di areal tanam.
Ulat daun, penanggulangannya dengan
menyemprotkkan pestisida, diantaranya Carbaryl, Dichorvos, Kuinalfos, Disulfan,
dll.
Tungau, penanggulanggannya dengan
menyempprotkan pestisida, seperti Azodrin, Galectron, Benlate dll
Penyakit
Hawar daun, penanggulangannya dengan
menyemprotkan pestisida, menjaga kebersihan di area tanam, dan membakar daun
yang terserang.
Busuk umbi, penanggulangannya dengan
memilih bibit yang sehat tidak infeksi, rendam bibit dalam air yang diberi
fungisida, memisahkan tanaman yang sakit atau dimusnahkan, jangan mengambil air
dari lahan yang terinfeksi, dan apabila serangan cukup hebat, maka lahan jangan
ditanami talas selama 3 musim tanam.
9. Panen
Pemanen talas dilakukan setelah tanaman
berumur 6-9 bulan, tetapi ada yang memanennya setelah berumur 1 tahun, dan ada
pula kultivar yang 4-5 bulan sudah dapat dipanen; sebagai contoh: talas genjah
masak cepat, talas kawara 5 bulan, dan talas lenvi dan talas dalam. Misalkan di
kota Bogor ada talas bentul, dipanen setelah berumur 8-10 bulan dengan umbi
yang relatif lebih besar dan berwarna lebih muda dan kekuning-kunigan dan masih
ada lagi talas-talas lain, seperti: talas sutera yang dipanen pada umur 5-6
bulan, yang umbinya berwarna kecoklat-coklatan yang dapat berukuran sedang
sampai besar dan masih banyak lagi talas yang ada di bogor (talas mentega atau
talas gambir, talas ketan, dan talas balitung).
Pemanenan dilakukan dengan cara menggali
umbi talas, lalu pohon talas dicabut dan pelepahnya di potong sepanjang 20-30
cm dari pangkal umbi serta akarnya dibuang dan umbinya di bersihkan dari tanah
yang melekat.
10. Hasil panen/pasca panen
Sangat banyak hasil yang
didapatkan dari talas diantaranya yaitu tepung dalam pembuatan cookies. Cookies
umumnya
dikonsumsi sebagai makanan selingan dan dihidangkan saat hari raya besar
keagamaan. Umumnya tepung terigu digunakan sebagai bahan dasar dalam pembuatan cookies.
Sampai saat ini gandum masih sulit tumbuh di Indonesia sehingga tepung terigu
masih harus diimpor dari negara lain. Tepung talas dapat menjadi salah satu
alternatif bahan pengganti tepung terigu dalam pembuatan cookies sehingga
dapat menurunkan jumlah tepung terigu yang diimpor.
11. Prinsip dasar pengeringan
Proses pengeringan
masih banyak digunakan orang, salah satunya dengan menggunakan sinar matahari.
Pengeringan juga bertujuan untuk meningkatkan mutu hasil pertanian. Salah satu
penyebab terjadinya kerusakan produk pertanian ialah adanya akumulasi air di
dalam atau sekitar hasil pertanian dan hal ini dapat dicegah dengan jalan
mengalirkan udara pada sekeliling
hasil pertanian untuk menjaga suhu yang seragam (Santoso, 2012).
c.
Ubi
Jalar
1.
Syarat
Pertumbuhan
a. Tanaman ubi jalar membutuhkan hawa
panas dan udara yang lembab.
b. Daerah yang paling ideal untuk
budidaya ubi jalar adalah daerah yang bersuhu 21-27 derajat C.
c. Daerah yang mendapat sinar matahari
11-12 jam/hari merupakan daerah yang disukai.
d. Pertumbuhan dan produksi yang
optimal untuk usaha tani ubi jalar tercapai pada musim kering (kemarau).
e. Di tanah yang kering (tegalan) waktu
tanam yang baik untuk tanaman ubi jalar
yaitu pada waktu musim hujan, sedang pada tanah sawah waktu tanam yang baik
yaitu sesudah tanaman padi dipanen.
f. Tanaman ubi jalar dapat ditanam di
daerah dengan curah hujan 500-5000 mm/tahun, optimalnya antara 750-1500
mm/tahun.
g. Hampir setiap jenis tanah pertanian
cocok untuk membudidayakan ubi jalar. Jenis tanah yang paling baik adalah pasir
berlempung, gembur, banyak mengandung bahan organik, aerasi serta drainasenya
baik.
h. Penanaman ubi jalar pada tanah
kering dan pecah-pecah sering menyebabkan ubi jalar mudah terserang hama
penggerek (Cylas sp.). Sebaliknya, bila ditanam pada tanah yang mudah becek
atau berdrainase yang jelek, dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman ubi jalar
kerdil, ubi mudah busuk, kadar serat tinggi, dan bentuk ubi benjol.
i. Derajat keasaman tanah adalah
pH=5,5-7,5. Sewaktu muda memerlukan.
2.
Teknik budidaya
a.
Pembibitan
1.
Tanaman
ubi jalar dapat diperbanyak secara generatif dengan biji dan secara vegetatif
berupa stek batang atau stek pucuk.
2.
Perbanyakan
tanaman secara generatif hanya dilakukan pada skala penelitian untuk
menghasilkan varietas baru.
3.
Teknik perbanyakan tanaman ubi jalar yang sering dipraktekan
adalah dengan stek batang atau stek pucuk.
4.
Bahan
tanaman (bibit) berupa stek pucuk atau stek batang harus memenuhi syarat
sebagai berikut:
a. Bibit berasal dari varietas atau
klon unggul.
b. Bahan tanaman berumur 2 bulan atau
lebih.
c. Pertumbuhan tanaman yang akan
diambil steknya dalam keadaan sehat, normal, tidak terlalu subur.
d. Ukuran panjang stek batang atau stek
pucuk antara 20-25 cm, ruas-ruasnya rapat dan buku-bukunya tidak berakar.
e. Mengalami masa penyimpanan di tempat
yang teduh selama 1-7 hari.
5.
Bahan
tanaman (stek) dapat berasal dari tanaman produksi dan dari tunas-tunas ubi
yang secara khusus disemai atau melalui proses penunasan.
6.
Perbanyakan
tanaman dengan stek batang atau stek pucuk secara terus-menerus mempunyai
kecenderungan penurunan hasil pada generasi-generasi berikutnya.
7.
Oleh
karena itu, setelah 3-5 generasi perbanyakan harus diperbaharui dengan cara
menanam atau menunaskan umbi untuk bahan perbanyakan.
Tata cara penyiapan bahan tanaman
(bibit) ubi jalar dari tanaman produksi adalah sebagai berikut:
1. Pilih tanaman ubi jalar yang sudah
berumur 2 bulan atau lebih, keadaan pertumbuhannya sehat dan normal.
2. Potong batang tanaman untuk
dijadikan stek batang atau stek pucuk sepanjang 20-25 cm dengan
menggunakan pisau yang tajam, dan dilakukan pada pagi hari.
3. Kumpulkan stek pada suatu tempat,
kemudian buang sebagian daun-daunnya untuk mengurangi penguapan yang
berlebihan.
4. Ikat bahan tanaman (bibit) rata-rata
100 stek/ikatan, lalu simpan di tempat yang teduh selama 1-7 hari dengan
tidak bertumpuk.
3.
Pengolahan
Media Tanam
a. Persiapan
Penyiapan lahan bagi ubi jalar
sebaiknya dilakukan pada saat tanah tidak terlalu basah atau tidak terlalu
kering agar strukturnya tidak rusak, lengket, atau keras.
b.
Pembentukan
Bedengan
Jika tanah yang akan ditanami ubi
jalar adalah tanah sawah maka pertama-tama jerami dibabat, lalu dibuat
tumpukan selebar 60-100 cm. Kalau
tanah yang dipergunakan adalah tanah tegalan maka bedengan dibuat dengan
jarak 1 meter.
Apabila penanaman dilakukan pada tanah-tanah
yang miring, maka pada musim hujan bedengan sebaiknya dibuat membujur
sesuai dengan miringnya tanah.
Ukuran guludan disesuaikan dengan keadaan
tanah. Pada tanah yang ringan (pasir mengandung liat) ukuran guludan adalah
lebar bawah ± 60 cm, tinggi 30-40 cm, dan jarak antar guludan 70-100 cm.
Pada tanah pasir ukuran guludan
adalah lebar bawah ±40 cm, tinggi 25-30 cm, dan jarak antar guludan 70-100 cm.
Arah guludan sebaiknya memanjang
utara-selatan, dan ukuran panjang guludan disesuaikan dengan keadaan lahan.
Lahan ubi jalar dapat berupa tanah tegalan
atau tanah sawah bekas tanaman padi.
c. Penggunaan
benih unggul
Varietas unggul yang telah dilepas
selain produktivitas tinggi, juga memiliki sifat agak tahan terhadap hama
boleng (Cylas formicarius dan penyakit kudis Sphaceloma batatas
seperti Sari, Boko, Sukuh, Jago dan Kidal, dll
4.
Penanaman
Penanaman ubi jalar di lahan kering
biasanya dilakukan pada awal musim hujan (Oktober), atau awal musim kemarau
(Maret) bila keadaan cuaca normal.
Dilahan sawah, waktu
tanam yang paling tepat adalah segera setelah padi rendengan atau padi gadu,
yakni pada awal musim kemarau.
Stek pucuk ditanam di
guludan dengan jarak dalam barisan 20-30 cm, jarak antar guludan 100 cm,
populasi tanaman sekitar 35.000-50.000 tanaman/ha.
Ubijalar dapat pula
ditanam dalam sistem tumpangsari dengan tingkat naungan tidak lebih 30 %.
Sistem tanam ubi jalar
dapat dilakukan secara tunggal (monokultur) dan tumpang sari dengan kacang
tanah.
a. Sistem
Monokultur :
1.
Buat
larikan-larikan dangkal arah memanjang di sepanjang puncak guludan dengan
cangkul sedalam 10 cm, atau buat lubang dengan tugal, jarak antar lubang 25-30
cm.
2.
Buat
larikan atau lubang tugal sejauh 7-10 cm di kiri dan kanan lubang tanam untuk
tempat pupuk.
3.
Tanamkan
bibit ubi jalar ke dalam lubang atau larikan hingga angkal batang (setek)
terbenam tanah 1/2-2/3 bagian, kemudian padatkan tanah dekat pangkal setek
(bibit).
4.
Masukkan
pupuk dasar berupa urea 23 kg/ha, Sp 36 7 kg/ha, ditambah KCl 15
kg/ha.
b. Sistem
Tumpang Sari
1. Tujuan sistem tumpang sari antara
lain untuk meningkatkan produksi dan pendapatan per satuan luas lahan.
2. Jenis tanaman yang serasi
ditumpangsarikan dengan ubi jalar adalah kacang tanah.
3. Tata cara penanaman sistem tumpang
sari prinsipnya sama dengan sistem monokultur, hanya di antara barisan tanaman
ubi jalar atau di sisi guludan ditanami kacang tanah.
4. Jarak tanam ubi jalar 100 cm x 25-30
cm, dan jarak tanam kacang tanah 30 x 10 cm.
5. Bibit yang telah disediakan dibawa
ke kebun dan ditaruh di atas bedengan.
6. Bibit dibenamkan kira-kira 2/3
bagian kemudian ditimbun dengan tanah kemudian disirami air.
7. Bibit sebaiknya ditanam mendatar,
dan semua pucuk diarahkan ke satu jurusan.
8. Dalam satu alur ditanam satu batang,
bagian batang yang ada daunnya tersembul di atas bedengan.
9. Pada tiap bedengan ditanam 2 deretan
dengan jarak kira-kira 30 cm.
10. Masukkan pupuk dasar berupa urea 27
kg/ha, Sp 36 7 kg/ha, ditambah KCl 15 kg/ha.
5.
Pemupukan
a)
Zat
hara yang terbawa atau terangkut pada saat panen ubi jalar cukup tinggi, yaitu
terdiri dari 70 kg N (± 156 kg urea), 20 kg P2O5 (±42 kg TSP), dan 110 kg K2O
(± 220 kg KCl) per hektar pada tingkat hasil 15 ton ubi basah.
b)
Pemupukan
bertujuan menggantikan unsur hara yang terangkut saat panen, menambah kesuburan
tanah, dan menyediakan unsur hara bagi tanaman.
c)
Dosis
pupuk yang tepat harus berdasarkan hasil analisis tanah atau tanaman di daerah
setempat.
d)
Dosis
pupuk yang dianjurkan secara umum adalah 45-90kg N/ha (100-200 kg
urea/ha) ditambah 25 kg P2O5/ha (±50 kg TSP/ha) ditambah 50 kg
K2O/ha (±100 kg KCl/ha).
e)
Pemupukan
dapat dilakukan dengan sistem larikan (alur) dan sistem tugal.
f)
Pemupukan
dengan sistem larikan mula-mula buat larikan (alur) kecil di sepanjang guludan
sejauh 7-10 cm dari batang tanaman, sedalam 5-7 cm, kemudian sebarkan pupuk
secara merata ke dalam larikan sambil ditimbun dengan tanah.
6.
Penjarangan
dan Penyulaman
Selama 3 (tiga) minggu setelah
ditanam, penanaman ubi jalar harus harus diamati kontinu, terutama bibit yang
mati atau tumbuh secara abnormal. Bibit yang mati harus segera disulam. Cara menyulam adalah
dengan mencabut bibit yang mati, kemudian diganti dengan bibit yang baru,
dengan menanam sepertiga bagian pangkal setek ditimbun tanah. Penyulaman
sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari, pada saat sinar matahari tidak
terlalu terik dan suhu udara tidak terlalu panas. Bibit (setek) untuk
penyulaman sebelumnya dipersiapkan atau ditanam ditempat yang teduh.
7.
Penyiangan
& Pembubunan
Pada sistem tanam tanpa mulsa
jerami, lahan penanaman ubi jalar biasanya mudah ditumbuhi rumput liar (gulma).
Gulma merupakan pesaing tanaman ubi jalar, terutama dalam pemenuhan kebutuhan
akan air, unsur hara, dan sinar matahaari. Oleh karena itu, gulma harus segera
disiangi. Bersama-sama kegiatan penyiangan dilakukan pembumbunan, yaitu
menggemburkan tanah guludan, kemudian ditimbunkan pada guludan tersebut. Penyiangan dan pembubunan tanah biasanya dilakukan pada umur
1 bulan setelah tanam, kemudian diulang saat tanaman berumur 2 bulan.
Tata
cara penyiangan dan pembumbunan meliputi tahap-tahap sebagai berikut:
1. Bersihkan rumput liar (gulma) dengan
kored atau cangkul secara hati-hati agar tidak merusak akar tanaman ubi
jalar.
2. Gemburkan tanah disekitar guludan
dengan cara memotong lereng guludan, kemudian tanahnya diturunkan ke
dalam saluran antar guludan.
3. Timbunkan kembali tanah ke guludan
semula, kemudian lakukan pengairan hingga tanah cukup basah.
8.
Pengairan
a)
Meskipun
tanaman ubi jalar tahan terhadap kekeringan, fase awal pertumbuhan
memerlukan ketersediaan air tanah yang memadai.
b)
Seusai
tanam, tanah atau guludan tempat pertanaman ubi jalar harus diairi, selama
15-30 menit hingga tanah cukup basah, kemudian airnya dialirkan keseluruh
pembuangan.
c)
Pengairan
berikutnya masih diperlukan secara kontinu hingga tanaman ubi jalar berumur
1-2 bulan.
d)
Pada
periode pembentukan dan perkembangan ubi, yaitu umur 2-3 minggu sebelum panen,
pengairan dikurangi atau dihentikan.
e)
Waktu
pengairan yang paling baik adalah pada pagi atau sore hari.
f)
Di
daerah yang sumber airnya memadai, pengairan dapat dilakukan kontinu seminggu
sekali.
g)
Hal
Yang penting diperhatikan dalam kegiatan pengairan adalah menghindari
agar tanah tidak terlalu becek (air menggenang).
h)
Pada
musim kemarau, pengairan merupakan kunci untuk mencapai produktivitas tinggi.
i)
Pengairan
yang cukup dapat menghindarkan ubijalar dari serangan hama boleng (Cylas
formicarius ).
9.
Hama
Dan Penyakit
a.
Hama
Penggerek Batang Ubi Jalar (Omphisa
anastomasalis). Stadium
hama yang merusak tanaman ubi jalar adalah larva (ulat). Cirinya adalah membuat
lubang kecil memanjang (korek) pada batang hingga ke bagian ubi. Di dalam
lubang tersebut dapat ditemukan larva ulat.
Tikus (Rattus
rattus sp) Hama
tikus biasanya menyerang tanaman ubi jalar yang berumur cukup tua atau sudah
pada stadium membentuk ubi. Hama Ini menyerang ubi dengan cara mengerat dan
memakan daging ubi hingga menjadi rusak secara tidak beraturan. Bekas gigitan
tikus menyebabkan infeksi pada ubi dan kadang-kadang diikuti dengan gejala
pembusukan ubi. Pengendalian:
sistem gerepyokan untuk menangkap tikus dan langsung dibunuh; penyiangan
dilakukan sebaik mungkin agar tidak banyak sarang tikus disekitar ubi jalar;
pemasangan umpan beracun, seperti Ramortal atau Klerat.
b.
Penyakit
Kudis atau Scab. Penyebab: cendawan Elsinoe batatas. Gejala: adanya benjolan pada
tangkai sereta urat daun, dan daun-daun berkerut seperti kerupuk. Tingkat
serangan yang berat menyebabkan daun tidak produktif dalam melakukan
fotosintesis sehingga hasil ubi menurun bahkan tidak menghasilkan sama sekali. Pengendalian: pergiliran/rotasi
tanaman untuk memutus siklus hidup penyakit; penanaman ubi jalar bervarietas
tahan penyakit kudis, seperti daya dan gedang; kultur teknik budi daya secara
intensif; penggunaan bahan tanaman (bibit) yang sehat.
BAB
III
PEMBAHASAN
1.
Kedelai
Hasil analisis ragam
menunjukanbahwa sistem olah tanah berpengaruh sangat nyata terhadap peubah
pengamatan tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah cabang produktif, jumlah polong,
berat 100 biji kering dan berat segar brangkasan. pengolahan tanah sebanyak
tiga kali memberikan hasil yang terbaik terhadap komponen pertumbuhan tinggi
tanaman , jumlah daun, serta jumlah cabang produktif dan berbeda nyata dengan
pengolahan tanah sebanyak dua kali dan pengolahan tanah sebanyak satu kali. Dengan
demikian dapat dinyatakan bahwa setiap penambahan sistem olah tanah akan
menaikkan pertumbuhan tinggi tanaman kedelai, jumlah daun dan jumlah cabang
produktif tanaman kedelai. Pengolahan tanah sebanyak 2 kali dapat menaikkan
rata-rata pertumbuhan tinggi tanaman sebesar 0.5 cm dari pengolahan tanah
sebanyak 1 kali. Pengolahan tanah sebanyak 3 kali menaikkan pertumbuhan
rata-rata tinggi tanaman kedelai sebesar 6.6 cm dari pengolahan tanah sebanyak
1 kali dan pertumbuhan rata-rata tinggi tanaman sebesar 6.2 cm dari pengolahan
tanah sebanyak 2 kali. Hal ini disebabkan karena dengan pengolahan tanah
sebanyak tiga kali menjadikan tanah semakin gembur sehingga akar tanaman lebih
mudah masuk kedalam tanah dan lebih mudah menyerap unsur hara yang terdapat didalam
tanah yang dipergunakan oleh tanaman untuk pertumbuhannya. Hal ini sesuai
dengan yang dikemukakan oleh Suwardjono dan Dariah (1995), yang menyatakan
bahwa struktur tanah yang baik menjadikan perakaran berkembang dengan baik
sehingga semakin luas bidang serapan terhadap unsur hara. Selanjutnya menurut Rafiuddin et al (2006), menyatakan bahwa pengerjaan tanah untuk mendapatkan keadaan olah tanah yang baik mempunyai tujuan memberantas gulma, memasukkan dan mencampurkan sisa tanaman kedalam tanah dan menggemburkan tanah
sehingga terdapat keadaan olah tanah
sempurna yang diperlukan oleh akar tanaman
dan akhirnya akan meningkatkan peredaran
udara, infiltrasi air, pertumbuhan
akar dan pengambilan unsure hara
oleh akar. Menurut Situmpul dan
Guritno (1995), tinggi tanaman
merupakan ukuran tanaman yang sering
diamati baik sebagai indikator
pertumbuhan maupun sebagai parameter
yang digunakan untuk mengukur
pengaruh lingkungan atau perlakuan
yang diterapkan. Ini didasarkan atas
kenyataan bahwa tinggi tanaman merupakan
ukuran pertumbuhan yang paling mudah
dilihat Setiap penambahan sistem
olah tanah akan menaikkan pertumbuha
jumlah daun tanaman kedelai. Pengolahan tanah
sebanyak 3 kali akan menambah rata-rata
jumlah pertumbuhan daun sebesar 5 helai dari sistem pengolahan tanah sebanyak 1
kali dan 3 helai daun dari sistem pengolahan tanah sebanyak 2 kali. Sistem olah
tanah sebanyak 2 kali akan menaikkan jumlah pertumbuhan daun sebesar 1.3 helai
dari sistem olah tanah sebanyak 1 kali. Perlakuan sistem olah tanah mempengaruhi
banyak sedikitnya jumlah daun dari setiap tanaman kedelai. Keadaan tanah yang
gembur menghasilkan jumlah daun yang lebih banyak dari pada keadaan tanah yang
padat. Menurut Ma’sumah (2002), sistem olah tanah sempurna akan memberikan
jumlah daun yang lebih banyak pada tanaman dari pada sistem tanpa olah tanah.
Daun memegang peranan yang sangat penting bagi poduktivitas suatu tanaman.
Jumlah dan ukuran daun dipengaruhi oleh genotipe dan factor lingkungan. Faktor
lingkungan yang berpengaruh adalah faktor tanah, air, cahaya dan unsur hara.
Dwidjoseputro (1994), menyatakan bahwa daun merupakan bagian tanaman yang
mempunyai fungsi sangat penting, karena semua fungsi yang lain tergantung pada
daun secara langsung atau tidak langsung.
2.
Talas
BAB
IV
KESIMPULAN
1.
Kedelai
a.
Perlakuan sistem olah tanah yang terbaik dalam meningkatkan tinggi
tanaman, jumlah daun, jumlah caban produktif, jumlah polong, bobot 100 biji kering dan berat segar brangkasan
tanaman kedelai adalah sistem pengolahan
tanah sebanyak 3 kali.
b.
Berdasarkan hasil uji, sistem olah tanah sebanyak 3 kali menunjukan hasil yang berbeda nyata sampai berbeda sangat nyata dengan sistem pengolahan tanah sebanyak 2 kali dan sistem olah tanah sebanyak 1 kali untuk semua peubah pengamatan.
2.
Talas
Faktor rasio tepung talas
dengan pati jagung berpengaruh nyata (α = 5%) terhadap kadar pati, kadar air,
daya kembang, kecerahan (L), kemerahan (a+), dan kekuningan (b+) cookies. Faktor
penambahan margarin berpengaruh nyata (α = 5%) terhadap kadar lemak, daya patah,
kecerahan (L), dan kekuningan (b+) cookies. Pada uji organoleptik mutu
hedonik, faktor rasio tepung talas dengan pati jagung dan faktor penambahan
margarin berpengaruh nyata (α = 5%) pada penilaian panelis terhadap penampakan,
kehalusan tekstur, warna, dan kerenyahan cookies. Cookies perlakuan
terbaik diperoleh dari perlakuan rasio tepung talas dengan pati jagung 60:40
dengan tingkat penambahan margarin 85%. Angka Kecukupan Gizi (AKG) per takaran
saji pada cookies perlakuan terbaik antara lain: lemak 15,20%, protein
1,20%, karbohidrat 6,12%.
3.
Ubi Jalar
1.
Terdapat pengaruh konsentrasi larutan
kalsium klorida (CaCl2) dan lama perendaman
dalam larutan terhadap perubahan fisik dan kimia ubi jalar ungu selama
penyimpanan, dengan perlakuan terbaik terdapat pada perendaman dalam larutan
CaCl2
8%
selama 120 menit.
2.
Pemberian CaCl2
dapat
menghambat penguapan air dan dapat menghambat terjadinya pelunakan pada ubi.
Selain itu juga dapat mempertahankan warna ubi dan dapat menghambat hidrolisis
pati sehingga ubi lebih tahan lama.
3.
Ubi yang tidak direndam dalam CaCl2
(kontrol)
hanya dapat disimpan hingga 5 minggu, sedangkan dengan perendaman ubi dalam
larutan CaCl2 8% selama 120 menit maka ubi dapat
dapat disimpan hingga 7 minggu atau 2 minggu lebih lama dibandingkan kontrol.
Daftar Pustaka
http://tanonmandiritaniorganik.blogspot.com/2012/08/budidaya-ubijalar-ketela-rambat-ipomoea_2513.html
No comments:
Post a Comment