Tuesday 12 May 2015

MAKALAH BUDIDAYA PANGAN

BAB I
PENDAHULUAN

1.      Latar belakang
a.      Kedelai
      Kedelai, atau kacang kedelai, adalah salah satu tanaman polong-polongan yang menjadi bahan dasar banyak makanan dari Asia Timur seperti kecap, tahu, dan tempe. Berdasarkan peninggalan arkeologi, tanaman ini telah dibudidayakan sejak 3500 tahun yang lalu di Asia Timur.  (Wikipedia,2014)
      Tanaman kedelai dapat tumbuh dengan baik pada jenis tanah alluvial, regosol, grumosol, latosol, atau andosol.Pertumbuhan tanaman kedelai kurang baik pada tanah pasir, dan pH tanah yang baik untuk pertumbuhan kedelai adalah 6-6,5.
      Sistem olah tanah adalah olah tanah intensif, olah tanah minimum, dan tanpa olah tanah. Perlakuan sistem olah tanah sebanyak 3 kali merupakan yang terbaik dalam meningkatkan tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah cabang produktif, jumlah polong, bobot 100 biji kering dan berat segar
brangkasan tanaman kedelai.
      Ketergantungan terhadap kedelai impor sangat memprihatinkan, karena seharusnya kita mampu mencukupinya sendiri. Ini karena produktivitas rendah dan semakin meningkatnya kebutuhan kedelai.
    
  Salah satu cara mengatasi masalah tersebut yaitu dengan merekayasa budidaya tanaman kedelai salah satunya yakni menggunakan pupuk organic seperti pupuk kandang sapi, pupuk kandang ayam dan pupuk organik kaya hara Santap NM-I dan NM-2 rakitan Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian (Bahtkabi) serta kombinasinya terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai.
b.      Talas
      Talas merupakan tanaman pangan berupa herba menahun. Talas termasuk dalam suku talas-talasan (Araceae), berperawakan tegak, tingginya 1 cm atau lebih dan merupakan tanaman semusim atau sepanjang tahun. Talas mempunyai beberapa nama umum yaitu Taro, Old cocoyam, ‘Dash(e)en’dan ‘Eddo (e)’. Di beberapa negara dikenal dengan nama lain, seperti: Abalong (Philipina), Taioba (Brazil), Arvi (India), Keladi(Malaya), Satoimo (Japan), Tayoba (Spanyol) dan Yu-tao(China).
      Karakteristik morfologi umbi talas, seperti bentuk, ukuran, warna umbi dan kenampakan terkait langsung terhadap rancangan suatu alat khusus atau 2 analisis perilaku produk. Ukuran dan bentuk komoditas sangat berpengaruh terhadap perhitungan energi dalam proses pendinginan dan pengeringan. Prinsip pengeringan talas adalah menguapkan air karena ada perbedaan kandungan uap air di antara udara dan bahan yang dikeringkan. Udara panas mempunyai kandungan uap air yang lebih kecil dari pada bahan sehingga dapat mengurangi uap air dari bahan yang dikeringkan. Salah satu faktor yang dapat mempercepat proses pengeringan adalah udara yang mengalir. Dengan adanya aliran udara maka udara yang sudah jenuh dapat diganti oleh udara kering sehingga proses pengeringan dapat berjalan secara terus menerus (Anonima, 2012).
      Talas terdiri dari banyak jenis dan warna daging umbinya bervariasi, yaitu putih, kuning muda, kuning atau oranye, merah, coklat, ungu, dan lainnya . Di Malang, banyak dijumpai talas dengan daging umbi berwarna kuning yang memiliki rasa enak dan tekstur yang pulen. Untuk memperpanjang umur simpan talas, talas dapat diolah menjadi tepung. Talas memiliki potensi untuk dapat digunakan sebagai bahan baku tepung-tepungan karena memiliki kandungan pati yang tinggi, yaitu sekitar 70-80% . Rendemen yang bisa didapatkan pun juga cukup tinggi, yaitu mencapai 28.7% . Tepung talas dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar dalam pembuatan cookies.
                        Menurut Dalimarta (1999), klasifikasi tanaman talas sebagai berikut:
                        Divisi : Spermatophyta
                        Subdivisi : Angiospermae
                        Kelas : Monocotyledoneae
                        Bangsa : Arales
                        Suku : Araceae
                        Marga : Colocasia
      Jenis : Colocasia esculenta L Schott

c.       Ubi jalar
      Ubi jalar atau ketela rambat (Ipomoea batatas L.) adalah sejenis tanaman budidaya. Bagian yang dimanfaatkan adalah akarnya yang membentuk umbi dengan kadar gizi (karbohidrat) yang tinggi. Di Afrika, umbi ubi jalar menjadi salah satu sumber makanan pokok yang penting. Di Asia, selain dimanfaatkan umbinya, daun muda ubi jalar juga dibuat sayuran. Terdapat pula ubi jalar yang dijadikan tanaman hias karena keindahan daunnya. (Wikipedia,2014)
Ubi jalar merupakan sumber karbohidrat dan kalori yang cukup tinggi yang banyak di konsumsi sebagai bahan pangan. Ubi jalar juga merupakan sumber vitamin dan mineral. Vitamin yang terkandung dalam ubi jalar antara lain : vitamin A, vitamin C, thiamin (B1) dan riboflavin (B2), sedangkan mineral yang terkandung dalamubi jalar antara lain : zat besi (Fe), fosfor (P), kalsium (Ca), dan natrium (Na). Terdapat beberapa jenis ubi jalar berdasarkan warna kulit serta warna umbi, antara lain ada yang berwarna putih, kuning, merah dan ungu. Ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.) mengandung pigmen antosianin yang lebih tinggi dari pada ubi jalar jenis lain. Antosianin bermanfaat bagi kesehatan tubuh karena dapat berfungsi sebagai antioksidan, antihipertensi, dan pencegah gangguan fungsi hati. Kandungan nutrisi ubi jalar ungu juga lebih tinggi dibandingkan ubi jalar jenis lain terutama kandungan lisin, Mg, K, dan Zn. Ubi jalar ungu banyak digunakan sebagai bahan baku produk dalam industri pewarna, es krim dan roti. Mutu produk pangan akan mengalami perubahan (penurunan) selama proses penyimpanan. Umur simpan produk pangan dapat diperpanjang dengan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi masa simpan produk. Salah satu upaya memperpanjang masa simpan dapat dilakukan dengan memperlambat laju penurunan mutu.


2.      Tujuan
1.      Mengetahui budidaya bahan pangan khususnya Kedelai, Talas, Ubi Jalar.
2.      Mengetahui kandungan dan manfaat apa saja yang ada pada Kedelai, Talas, Ubi Jalar.
3.      Mengetahui pengaruh pupuk organic terhadap produktivitas kedelai.
4.      mengetahui pengaruh sistem olah tanah terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai.
5.      Mengetahui model pengeringan lapisan tipis yang sesuai dengan karakteristik talas varietas Safira dan perubahan sifat fisik yang terjadi selama proses pengeringan berlangsung.
6.      Mengetahui pengaruh konsentrasi CaCl2 dan lama perendaman dalam larutan tersebut terhadap perubahan sifat fisiko kimia ubi jalar ungu, dan umur simpan ubi jalar ungu.
7.      Mengetahui pengaruh konsentrasi starter dan lama fermentasi terhadap total BAL, sifat fisikokimia dan organoleptik minuman sinbiotik dari ubi jalar ungu.
8.      Mengetahui kombinasi perlakuan terbaik antara konsentrasi starter dan lama fermentasi untuk memperoleh minuman sinbiotik dengan kualitas baik dan disukai oleh konsumen.
9.      Mampu menerapkan ilmu yang telah diketahui seperti budidaya dan pengolahan pasca panen.

BAB II
LANDASAN TEORI

1.      Budidaya
a.      Kedelai
1.      Syarat Tumbuh
     Tanaman kedelai merupakan tanaman semusim yang dapat tumbuh baik pada berbagai jenis tanah dengan syarat drainase tanah cukup baik serta ketersediaan air cukup selama pertumbuhan tanaman.
     Tanaman kedelai dapat tumbuh dengan baik pada jenis tanah alluvial, regosol, grumosol, latosol, atau andosol.Pertumbuhan tanaman kedelai kurang baik pada tanah pasir, dan pH tanah yang baik untuk pertumbuhan kedelai adalah 6-6,5.
a.        Benih
          Penggunaan benih kedelai bermutu merupakan kunci utama dalam memperoleh hasil yang tinggi. Agar diperoleh tanaman yang seragam dengan populasi optimal harus menggunakan benih yang bermutu tinggi.
Sifat-sifat benih kedelai yang bermutu tinggi adalah sebagai berikut :
1.      Mempunyai daya kecambah tinggi yaitu 80%
2.      Mempunyai vigor yang baik(benih tumbuh serentak cepat dan sehat)
3.      Murni, bersih, sehat, bernas, tidak keriput, atau luka bekas     serangga
4.      Benih baru
b.      Pengolahan tanah
          Pengolahan tanah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman karena dapat menciptakan struktur tanah yang remah, aerase tanah yang baik dan menghambat pertumbuhan tanaman pengganggu. Selanjutnya Mahmud at al (2002), mengatakan bahwa pengolahan tanah pada tanaman kedelai pada prinsipnya bertujuan untuk memperbaiki aerase dan drainase tanah, mengendalikan gulma, menggemburkan tanah sehingga kecambah mudah tumbuh, dan perakaran dapat berkembang sempurna. Selanjutnya menurut Adisarwanto (2000), dalam bercocok tanam kedelai persiapan lahan pertanaman dapat dilakukan dengan pengolahan tanah sebelum tanam (Maksimum Tillage) dan tanpa olah tanah (Zero Tillage) atau olah tanah minimum (Minimum Tillage). Perbedaan cara pengolahan tanah akan mempengaruhi kesuburan tanah sehingga akan berpengaruh juga terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai. Perlu tidaknya tanah diolah dapat dipengaruhi oleh tingkat kepadatan dan aerasi. Pada tingkat kepadatan yang tinggi akibat tidak pernah diolah mengakibatkan pertumbuhan akar terbatas, sehingga zona serapan akar menjadi sempit. Pengolahan tanah sebanyak 3 kali akan menambah rata-rata jumlah pertumbuhan daun sebesar 5 helai dari sistem pengolahan tanah sebanyak 1 kali dan 3 helai daun dari sistem pengolahan tanah sebanyak 2 kali. Sistem olah tanah sebanyak 2 kali akan menaikkan jumlah pertumbuhan daun sebesar 1.3 helai dari sistem olah tanah sebanyak 1 kali. Perlakuan sistem olah tanah mempengaruhi banyak sedikitnya jumlah daun dari setiap tanaman kedelai. Keadaan tanah yang gembur menghasilkan jumlah daun yang lebih banyak dari pada keadaan tanah yang padat. sistem olah tanah sempurna akan memberikan jumlah daun yang lebih banyak pada tanaman dari pada sistem tanpa olah tanah.(Ma’sumah,2002)
          Lahan tanah bekas tanaman padi tidak perlu melakukan pengolahan tanah. Kemasaman tanah dapat ditanggulangi dengan pemberian kapur sehingga kejenuhan alluminium dapat diturunkan, pH tanah dapat dinaikkkan dan ini erat kaitannya dengan tingkat efisiensi serapan hara oleh tanaman.
          Cara pengapuran yang efektif dan efisien dapat dilakukan, yaitu dengan memperhatikan beberapa faktor:
a)      Macam dan kualitas bahan kapur
b)      Kehalusan bahan kapur
c)      Waktu dan cara pemberian kapur.
Tinggi rendahnya tempat suatu tanaman yang di usahakan
sangat erat hubungannya dengan proses metabolisme. Kedelai dapat tumbuh baik sampai ketinggian 1500 m (dpl) tetapi yang paling baik sampai 650 m dpl, karena berpengaruh terhadap umur tanaman. Untuk dataran tinggi umur tanaman kedelai menjadi semakin panjang.
          Tersedianya air tanah selama pertumbuhan tanaman sangat menentukan daya hasil kedelai. Tanaman kedelai tidak akan berbunga bila lama penyinaran melampaui batas kritis karena kedelai merupakan tanaman hari pendek
c.       Waktu Tanam   
          Pemilihan waktu tanam yang tepat untuk masing-masing daerah amat penting,karna berhubungan erat dengan tersedianya air untuk pertumbuhan dan menghindari resiko kebanjiran terutama pada saat tanamanm masih muda selain itu juga untuk menekan atau menghindari berkembangnya populasi hama atau penyakit.waktu tanam yang tepat sangat berbeda untuk satu daerah dengan daerah lain.
d.      Penanaman
          Pada saat tanam tiba, hendaknya tanah cukup lembab agar benih cepat tumbuh. Cara penanaman dapat berbeda beda tergantung dari alat yang digunakan, tekhnik penanaman harus berpedoman dengan:
1.      Jarak tanam harus teratur agar ruang tumbuh tanaman seragam sehingga memudahkan pemeliharaan.
2.      Dalamnya penanaman. Benih kedelai ditanam sedalam 2-4cm agar dapat cepat berkecambah dan tanaman dapat tumbuh kokoh. Cara penanaman tanaman kedelai:
a)      Tanam dengan tugal
b)      Tanam dengan bajak
c)      Tanam sebar
d)     Tanam dengan mesin penanam
e.       Pemupukan
          Untuk produksi yang tinggi dianjurkan memupuk sebagai berikut:
1.      Pupuk dasar
a.       Diberikan pada saat tanam atau sehari sebelum tanamb
b.      Dosisnya yaitu 24,5-48,9 kg urea, 97,8kg TSP dan 49,9kg Kcl per hektar
2.      Pupuk susulan 1
Diberikan pada saat tanaman berumur 30 hari setelah tanam( menjelang tanaman berbunga) dosisnya hanya urea saja sebanyak 48,9kg per hektar
    Untuk meningkatkan produktivitas pada kedelai yaitu memupuk dengan pupuk organik seperti pupuk kandang sapi, pupuk kandang ayam dan pupuk organik kaya hara Santap NM-I dan NM-2 rakitan Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian (Bahtkabi) serta kombinasinya terhadap pertumbuhan kedelai. (Muzayanah,2014)
f.       Pengairan & Drainase
          Tanaman kedelai tidak tahan kekeringan namun juga tidak tahan terhadap genangan air. Untuk pertumbuhan kedelai yang baik dikehendaki air tanah yang dalam. Keadaan lahan lembab tetapi tidak becek sejak tanaman tumbuh hingga polong berisi penuh, kemudian lahan kering menjelang panen. Kekeringan pada saat pertumbuhan mengakibatkan tanaman kerdil, dan kekeringan pada saat berbunga atau pengisian polong dapat menggagalkan hasil. Tanda tanda kekeringan dapat berupa daun layu, pertumbuhan terhenti, bunga tidak mekar, polong kosong atau gugur, bila kekeringan lama tanaman akan mati.

g.       Penyiangan
          Tanpa penyiangan penurunan hasil dapat mencapai 10-50%. Jarak tanam yang rapat seperti 20x20cm pertumbuhan gulma dapat ditekan apabila daun tanaman kedelai telah menaungi permukaan tanah penyiangan pertama dilakukan pada saat tanaman berumur 2-4 minggu gulma perlu dihilangkan sampai bersih. Penyiangan kedua dilakukan pada saat tanaman berbunga yaitu berumur 45 hst untuk varietas berumur genjah atau 60 hari untuk varietas berumur dalam. Penyemprotan dengan herbisida dapat menggantikan penyiangan yang dilakukan dengan tangan. Herbisida yang cukup efektif saat ini adalah lasso dengan dosis 4 l/ hektar.
h.       Hama & Penyakit
    1. Aphis glycine
Kutu ini dapat dapat menularkan virus SMV (Soyabean Mosaik Virus). Menyerang pada awal pertumbuhan dan masa pertumbuhan bunga dan polong. Gejala: layu, pertumbuhannya terhambat. Pengendalian: (1) Jangan tanam tanaman inang seperti: terung-terungan, kapas-kapasan atau kacang-kacangan; (2) buang bagian tanaman terserang dan bakar, (3) gunakan musuh alami (predator maupun parasit); (4) semprot Natural BVR atau PESTONAdilakukan pada permukaan daun bagian bawah.
2. Kumbang daun tembukur (Phaedonia inclusa)
Bertubuh kecil, hitam bergaris kuning. Bertelur pada permukaan daun. Gejala: larva dan kumbang memakan daun, bunga, pucuk, polong muda, bahkan seluruh tanaman. Pengendalian: penyemprotan PESTONA.
3. Ulat polong (Ettiela zinchenella)
Gejala: pada buah terdapat lubang kecil. Waktu buah masih hijau, polong bagian luar berubah warna, di dalam polong terdapat ulat gemuk hijau dan kotorannya. Pengendalian : (1) tanam tepat waktu.
4. Kepik polong (Riptortis lincearis)
Gejala: polong bercak-bercak hitam dan menjadi hampa.
5. Lalat kacang (Ophiomyia phaseoli)
Menyerang tanaman muda yang baru tumbuh. Pengendalian : Saat benih ditanam, tanah diberi POC NASA, kemudian setelah benih ditanam, tanah ditutup dengan jerami . Satu minggu setelah benih menjadi kecambah dilakukan penyemprotan dengan PESTONA. Penyemprotan diulangi pada waktu kedelai berumur 1 bulan.
6. Kepik hijau (Nezara viridula)
Pagi hari berada di atas daun, saat matahari bersinar turun ke polong, memakan polong dan bertelur. Umur kepik dari telur hingga dewasa antara 1 sampai 6 bulan. Gejala: polong dan biji mengempis serta kering. Biji bagian dalam atau kulit polong berbintik coklat.
7. Ulat grayak (Spodoptera litura)
Gejala : kerusakan pada daun, ulat hidup bergerombol, memakan daun, dan berpencar mencari rumpun lain. Pengendalian : (1) dengan cara sanitasi; (2) disemprotkan pada sore/malam hari (saat ulat menyerang tanaman) beberapa Natural VITURA.
8. Penyakit Layu Bakteri (Pseudomonas sp.)
Gejala : layu mendadak bila kelembaban terlalu tinggi dan jarak tanam rapat. Pengendalian : Varietas tahan layu, sanitasi kebun, dan pergiliran tanaman.
Pengendalian : Pemberian Natural GLIO
9. Penyakit layu (Jamur tanah : Sclerotium Rolfsii)
Penyakit ini menyerang tanaman umur 2-3 minggu, saat udara lembab, dan tanaman berjarak tanam pendek. Gejala : daun sedikit demi sedikit layu, menguning. Penularan melalui tanah dan irigasi. Pengendalian; tanam varietas tahan dan tebarkan Natural GLIO di awal.
10. Anthracnose (Colletotrichum glycine )
Gejala: daun dan polong bintik-bintik kecil berwarna hitam, daun yang paling rendah rontok, polong muda yang terserang hama menjadi kosong dan isi polong tua menjadi kerdil. Pengendalian : (1) perhatikan pola pergiliran tanam yang tepat; (2) Pencegahan di awal dengan Natural GLIO.
11.Penyakit karat (Cendawan Phakospora phachyrizi)
Gejala: daun tampak bercak dan bintik coklat. Pengendalian: (1) cara menanam kedelai yang tahan terhadap penyakit; (2) semprotkan Natural GLIO + gula pasir.
12. Busuk batang (Cendawan Phytium Sp)
Gejala : batang menguning kecoklat-coklatan dan basah, kemudian membusuk dan mati. Pengendalian : (1) memperbaiki drainase lahan; (2) Tebarkan Natural GLIO di awal.


i.        Panen
1.        Umur panen
   umur panen yang tepat akan menghasilkan jumlah dan mutu produksi kedelai yang cukup tinggi. Panen terlalu awal mengakibatkan banyaknya biji muda yang akan menjadi butir keriput dalam kondisi kering, dan kurang tahan jika disimpan.
   Sedangkan panen terlambat dapat menimbulkan kerusakan di lapangan seperti berkecambah, berjamur, busuk, dan berkutu serta kehilangan biji yang disebabkan polong pecah. Pada kondisi normal, panen dapat dilakukan jika kadar air biji berkisar antara 20-24%.
   Kedua faktor ini juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan seperti musim, pada musim kemarau panen dapat dipercepat. Tanda tanda tanaman bisa di panen:
1.         Daun telah menguning
2.         Polong telah mengering dan berwarna coklat.
3.         Tanaman sudah matang yaitu  ≥ 90%
4.          Kulit polong mudah dikupas

b.      Talas
1.      Pengolahan Tanah
     Pengolahan tanah bisa menggunakan alat seperti cangkul, garpu, atau mesin traktor, tanah diolah sampai gembur dengan kedalaman 20-30 cm. selain itu, pengolahan tanah dimaksudkan untuk menyingkirkan rumput-rumput dan tanaman liar.
     Kemudian setelah proses pembajakan sebaiknya tanah dibiarkan selam 3 hari, hal ini supaya proses pelapukan dan oksidasi bahan organik berlangsung lebih sempurna. Setelah itu tanah kemudian diratakan dan sekaligus pemberian jarak tanam yang disesuaikan dengan luas lahan yang ada.
     Barisan sebaiknya mengarah ke timur agar matahari bisa menyinari tanaman secara merata. Barisan juga bisa dibuat bedengan dengan ketionggian gundukan 20 cm. (alfafa,2014)
2.      Pemilihan Benih
     Ada beberapa cara untuk mengembangbiakan talas, diantaranya : dari biji, jaringan, anakan dan stolon, bonggol, dan mata tunas umbi.


a.      Anakan dan Stolon
           Anakan bisa didapatkan dari tunas-tunas yang tumbuh berdekatan dengan pangkal pohon induk yang sudah dewasa atau dari ujung-ujung stolon. Anakan yang akan dijadikan bibit harus sudah cukup besar, umbinya sudah mulai berkembang dan tingginya 60-70 cm.
           Bibit lebih dahulu dipelihara di bedengan yang tanahnya diolah dengan baik dan diberi pupuk organic. Jarak tanam antar bibit berkisar 10-15 cm dan dirawat secara baik hingga berkembang agak besar dan siap ditanam di areal penanaman.
           Untuk menjaga kelembaban, keseluruhan bedengan bisa ditutup dengan dedaunan atau diberi atap dari plastic tembus padang. Cara lainnya adalah dengan menabur bibit-bibit kecil (setelah sebagian daun dan umbinya dipotong) dalam kantung-kantung plastic berdiameter 7,5 cm di persemaian yang terbuka. Jaraknya berdempetan dan dirawat hingga berdaun 3-4 helai dan mencapai ketinggian sekitar 50 cm.
b.      Bonggol
           Budidaya talas dengan menggunakan bibit bonggol paling sering dilakuka oleh para  petani Indonesia. Yang dimaksud dengan bonggol adalah potongan bagian kepala umbi utama lengkap dengan pakal pelepah daun sepanjang kira-kira 30 cm. dengan cara ini, satu pohon talas hanya menghasilkan satu bibit saja.
           Beberapa petani berpendapat bahwa pengembangbiakan melalui bonggol memberikan hasil yang lebih tinggi daripada melalui cara anakan dan stolon . namun cara ini tidak mampu memenuhi pola tanam secara luas, masal, dan komersial.
c.       Mata Tunas Umbi
           Letak mata tunas biasanya berada di permukaan umbi yang dilindungi oleh pelepah daun. Bila kuncup ujung dibuang atau mati, maka mata tunas berpeluang untuk berkembang.
           Mata tunas ini bisa dirangsang dan dijadikan bibit. Caranya, umbi talas dipotong-potong serta diusahakan agar setiap potongan minimal memiliki satu mata tunas dan bagian umbi yang besarnya memadai,sehingga berat keseluruhan menjadi 25 gram.
           Potongan umbi kemudian ditanam dalam nampan-nampan yang diisi tanah, pasir, dan pupuk kandang atau kompos dengan perbandingan 1 : 1 : 1. Untuk mencegah pembusukan, umbi dapat dibalur dengan fungisida dan diangin-anginkan selama  1-2 hari sebelum disemaikan.
           Alas nampan sebaiknya diberi lubang supaya terterjadi genangan air. Kemudioan calon bibit perlu dirawat dengan baik, disiram sehari sekali dan ditutup dengan plastic transparan untuk menjaga kelembaban, namun sinar matahari masih bisa menembus.
           Bila sudah muncul tunas sekitar 10-15 cm, sebaiknya segera dipindahkan ke persemaian dederan dengan jarak tanam 20-25 cm. bisa juga disemaikan dalam kantong plastic yang sesuai (berdiameter 7,5-10 cm) agar bisa tumbuuh pesat. Antar kantong diberi jarak agar bibit persemaian tumbuh sehat. Bibit bisa dipindahkan setelah mencapai ketinggian kira-kira 50 cm.
3.      Cara Penanaman
     Untuk penanaman bibit talas dilahan terbuka sebaiknya dilakukan pada waktu awal musim penghujan, karena tanaman talas sangat rentan dengan kekeringan. Apabila dalam penanam kekurangan air 2-3 hari maka bibit bisa mengalami kematian.
     Bibit cabutan (anakan yang dipotong daunnya) dapat dibenamkan langsung pada lubang tanam sedalam mungkin hingga mendekati dasar lubanng. Jika bibit yang disemaikan dalam kantong plastic, maka plastic harus dibuang terlebih dahulu agar umbi dan akar tidak terganggu.
     Untuk menjaga kelembaban tanah dan supaya tanah subur, maka lahan disekitar perakaran bisa diberi mulsa berupa jerami, potongan rumput kering, dedaunan, dan lain-lain.
     Jika tidak turun hujan maka talas harus disiram secara teratur. Jika kekurangan air, talas bisa terganggu pertumbuhannya dan sulit untuk dipulihkan lagi, meskipun disiram dengan air yang banyak.
4.      Pemupukan
     Pemupukan awal dilakukan sebelum bibit ditanam. Pupuk kandang atau kompos sangat baik untuk pupuk awal, berikan satu cangkul pupu pada setiap lubang. Pemupukan juga bisa  diberikan dengan pupuk anorganik yang mengandung fosfat (ISP, dll) kalium (KCl, dll) sebagai tambahan. Disis yang diberikan 125 kg TSP dan 150 kg KCl, selain itu pupuk dengan unsure P da K bisa diberikan.
     Pupuk kedua diberikan sekitar 4 minggu setelah penanaman, dengan pupuk urea dengan dosis sekitar 2 sendok makan per pohon atau 75 kg/ha. Pemupukan terakhir diberikan ketika tanaman  suda berumur 3 bulan dari penanaman. Pemupukan bisa diberikan pupuk urea dengan dosis 75 kg/ha dan KCl 150 kg/ha.
5.      Penyiangan dan Pembumbunan
     Penyiangan  sangat penting untuk menjaga proses pertumbuhan talas agar tetap baik, karena kalau gulma atau rumput disekitar tumbuh akan merebut jatah makanan tanaman talas. Proses penyiangan dilakukan 3 bulan setelah penanaman dilakukan.
6.      Pembuangan Anakan dan Stolon
     Pembuangan anakan atau stolon sangat penting dilakukan, hal ini untuk menjaga agar makanan induknya tidak terganggu. Akhirnya umbi pun tidak berkembang dengan maksimal.
     Pembuangan anakan dan stolon harus dilakukan dengan hati-hati menggunakan pisau yang tajam, supaya tidak mengenai indukan. Kalau mengenai indukan akan mengakibatkan tumbuhnya bakteri pada tanaman tersebut.
     Pembuangan anakan pada bagian umbi yang menempel, jauh sangat sulit dibanding dengan pembuangan stolon. Anakan pada umbi talas sangat banyak apabila menggunakan bibit talas bogor dibanding dengan bibit talas bentul yang lebih sedikit.
7.      Pembuangan Bunga
     Pembuangan bunga pada talas dimaksudkan untuk menjaga agar umbi yang dihasilkan dapat memiliki bentuk yang sempurna tidak cekung. Karena secara tidak langsung pembungaan yang diikuti terbentuknya buah akan menyedot cadangan makanan yang aada pada umbi.

8.      Hama
     Belalang dau, penanggulangannya dengan menyemprotkan pestisida dan menjaga kebersihan di areal tanam.
     Ulat daun, penanggulangannya dengan menyemprotkkan pestisida, diantaranya Carbaryl, Dichorvos, Kuinalfos, Disulfan, dll.
     Tungau, penanggulanggannya dengan menyempprotkan pestisida, seperti Azodrin, Galectron, Benlate dll
Penyakit
     Hawar daun, penanggulangannya dengan menyemprotkan pestisida, menjaga kebersihan di area tanam, dan membakar daun yang terserang.
     Busuk umbi, penanggulangannya dengan memilih bibit yang sehat tidak infeksi, rendam bibit dalam air yang diberi fungisida, memisahkan tanaman yang sakit atau dimusnahkan, jangan mengambil air dari lahan yang terinfeksi, dan apabila serangan cukup hebat, maka lahan jangan ditanami talas selama 3 musim tanam.
9.      Panen
     Pemanen talas dilakukan setelah tanaman berumur 6-9 bulan, tetapi ada yang memanennya setelah berumur 1 tahun, dan ada pula kultivar yang 4-5 bulan sudah dapat dipanen; sebagai contoh: talas genjah masak cepat, talas kawara 5 bulan, dan talas lenvi dan talas dalam. Misalkan di kota Bogor ada talas bentul, dipanen setelah berumur 8-10 bulan dengan umbi yang relatif lebih besar dan berwarna lebih muda dan kekuning-kunigan dan masih ada lagi talas-talas lain, seperti: talas sutera yang dipanen pada umur 5-6 bulan, yang umbinya berwarna kecoklat-coklatan yang dapat berukuran sedang sampai besar dan masih banyak lagi talas yang ada di bogor (talas mentega atau talas gambir, talas ketan, dan talas balitung).
     Pemanenan dilakukan dengan cara menggali umbi talas, lalu pohon talas dicabut dan pelepahnya di potong sepanjang 20-30 cm dari pangkal umbi serta akarnya dibuang dan umbinya di bersihkan dari tanah yang melekat.
10.  Hasil panen/pasca panen
     Sangat banyak hasil yang didapatkan dari talas diantaranya yaitu tepung dalam pembuatan cookies. Cookies umumnya dikonsumsi sebagai makanan selingan dan dihidangkan saat hari raya besar keagamaan. Umumnya tepung terigu digunakan sebagai bahan dasar dalam pembuatan cookies. Sampai saat ini gandum masih sulit tumbuh di Indonesia sehingga tepung terigu masih harus diimpor dari negara lain. Tepung talas dapat menjadi salah satu alternatif bahan pengganti tepung terigu dalam pembuatan cookies sehingga dapat menurunkan jumlah tepung terigu yang diimpor.
11.  Prinsip dasar pengeringan
     Proses pengeringan masih banyak digunakan orang, salah satunya dengan menggunakan sinar matahari. Pengeringan juga bertujuan untuk meningkatkan mutu hasil pertanian. Salah satu penyebab terjadinya kerusakan produk pertanian ialah adanya akumulasi air di dalam atau sekitar hasil pertanian dan hal ini dapat dicegah dengan jalan mengalirkan udara pada sekeliling hasil pertanian untuk menjaga suhu yang seragam (Santoso, 2012).

c.       Ubi Jalar
1.      Syarat Pertumbuhan
a.     Tanaman ubi jalar membutuhkan hawa panas dan udara yang lembab.
b.    Daerah  yang paling ideal untuk budidaya ubi jalar adalah daerah yang bersuhu 21-27 derajat C.
c.     Daerah yang mendapat sinar matahari 11-12 jam/hari merupakan daerah yang  disukai.
d.    Pertumbuhan dan produksi yang optimal untuk usaha tani ubi jalar tercapai pada musim kering (kemarau).
e.     Di tanah yang kering (tegalan) waktu tanam yang baik untuk tanaman  ubi jalar yaitu pada waktu musim hujan, sedang pada tanah sawah waktu tanam yang baik yaitu sesudah tanaman padi dipanen.
f.     Tanaman ubi jalar dapat ditanam di daerah dengan curah hujan 500-5000  mm/tahun, optimalnya antara 750-1500 mm/tahun.
g.    Hampir setiap jenis tanah pertanian cocok untuk membudidayakan ubi jalar. Jenis tanah yang paling baik adalah pasir berlempung, gembur, banyak mengandung bahan organik, aerasi serta drainasenya baik.
h.     Penanaman ubi jalar pada tanah kering dan pecah-pecah sering menyebabkan ubi jalar mudah terserang hama penggerek (Cylas sp.). Sebaliknya, bila ditanam pada tanah yang mudah becek atau berdrainase yang jelek, dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman ubi jalar kerdil, ubi mudah busuk, kadar serat tinggi, dan bentuk ubi benjol.
i.      Derajat keasaman tanah adalah pH=5,5-7,5. Sewaktu muda memerlukan.




2.      Teknik budidaya
a.      Pembibitan
1.      Tanaman ubi jalar dapat diperbanyak secara generatif dengan biji dan secara vegetatif berupa stek batang atau stek pucuk.
2.      Perbanyakan tanaman secara generatif hanya dilakukan pada skala penelitian untuk menghasilkan varietas baru.
3.       Teknik perbanyakan tanaman ubi jalar yang sering dipraktekan adalah dengan stek batang atau stek pucuk.
4.      Bahan tanaman (bibit) berupa stek pucuk atau stek batang harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a.     Bibit berasal dari varietas atau klon unggul.
b.     Bahan tanaman berumur 2 bulan atau lebih.
c.      Pertumbuhan tanaman yang akan diambil steknya dalam keadaan sehat,  normal, tidak terlalu subur.
d.     Ukuran panjang stek batang atau stek pucuk antara 20-25 cm, ruas-ruasnya  rapat dan buku-bukunya tidak berakar.
e.     Mengalami masa penyimpanan di tempat yang teduh selama 1-7 hari.
5.      Bahan tanaman (stek) dapat berasal dari tanaman produksi dan dari tunas-tunas ubi yang secara khusus disemai atau melalui proses penunasan.
6.      Perbanyakan tanaman dengan stek batang atau stek pucuk secara terus-menerus mempunyai kecenderungan penurunan hasil pada generasi-generasi berikutnya.
7.      Oleh karena itu, setelah 3-5 generasi perbanyakan harus diperbaharui dengan cara menanam atau menunaskan umbi untuk bahan perbanyakan.
            Tata cara penyiapan bahan tanaman (bibit) ubi jalar dari tanaman produksi adalah sebagai berikut:
1.      Pilih tanaman ubi jalar yang sudah berumur 2 bulan atau lebih, keadaan  pertumbuhannya sehat dan normal.
2.      Potong batang tanaman untuk dijadikan stek batang atau stek pucuk sepanjang  20-25 cm dengan menggunakan pisau yang tajam, dan dilakukan pada pagi hari.
3.      Kumpulkan stek pada suatu tempat, kemudian buang sebagian daun-daunnya  untuk mengurangi penguapan yang berlebihan.
4.      Ikat bahan tanaman (bibit) rata-rata 100 stek/ikatan, lalu simpan di tempat yang  teduh selama 1-7 hari dengan tidak bertumpuk.

3.      Pengolahan Media Tanam
a.      Persiapan
     Penyiapan lahan bagi ubi jalar sebaiknya dilakukan pada saat tanah tidak terlalu basah atau tidak terlalu kering agar strukturnya tidak rusak, lengket, atau keras.

b.    Pembentukan Bedengan
     Jika tanah yang akan ditanami ubi jalar adalah tanah sawah maka pertama-tama jerami dibabat, lalu dibuat tumpukan selebar 60-100 cm.       Kalau tanah yang dipergunakan adalah tanah tegalan maka bedengan dibuat dengan jarak 1 meter.
     Apabila penanaman dilakukan pada tanah-tanah yang miring, maka pada musim hujan bedengan sebaiknya dibuat membujur sesuai dengan miringnya tanah.
     Ukuran guludan disesuaikan dengan keadaan tanah. Pada tanah yang ringan (pasir mengandung liat) ukuran guludan adalah lebar bawah ± 60 cm, tinggi 30-40 cm, dan jarak antar guludan 70-100 cm.
     Pada tanah pasir ukuran guludan adalah lebar bawah ±40 cm, tinggi 25-30 cm, dan jarak antar guludan 70-100 cm.
     Arah guludan sebaiknya memanjang utara-selatan, dan ukuran panjang guludan disesuaikan dengan keadaan lahan.
     Lahan ubi jalar dapat berupa tanah tegalan atau tanah sawah bekas tanaman padi.

c.    Penggunaan benih unggul
     Varietas unggul yang telah dilepas selain produktivitas tinggi, juga memiliki sifat agak tahan terhadap hama boleng (Cylas formicarius dan penyakit kudis Sphaceloma batatas seperti Sari, Boko, Sukuh, Jago dan Kidal, dll

4.      Penanaman
                        Penanaman ubi jalar di lahan kering biasanya dilakukan pada awal musim hujan (Oktober), atau awal musim kemarau (Maret) bila keadaan cuaca normal.
                        Dilahan sawah, waktu tanam yang paling tepat adalah segera setelah padi rendengan atau padi gadu, yakni pada awal musim kemarau.
                        Stek pucuk ditanam di guludan dengan jarak dalam barisan 20-30 cm, jarak antar guludan 100 cm, populasi tanaman sekitar 35.000-50.000 tanaman/ha.
                        Ubijalar dapat pula ditanam dalam sistem tumpangsari dengan tingkat naungan tidak lebih 30 %.
                        Sistem tanam ubi jalar dapat dilakukan secara tunggal (monokultur) dan tumpang sari dengan kacang tanah.
a.       Sistem Monokultur :
1.        Buat larikan-larikan dangkal arah memanjang di sepanjang puncak guludan dengan cangkul sedalam 10 cm, atau buat lubang dengan tugal, jarak antar lubang 25-30 cm.
2.        Buat larikan atau lubang tugal sejauh 7-10 cm di kiri dan kanan lubang tanam untuk tempat pupuk.
3.        Tanamkan bibit ubi jalar ke dalam lubang atau larikan hingga angkal batang (setek) terbenam tanah 1/2-2/3 bagian, kemudian padatkan tanah dekat pangkal setek (bibit).
4.        Masukkan pupuk dasar berupa urea 23 kg/ha,  Sp 36 7 kg/ha, ditambah KCl  15 kg/ha. 
b.      Sistem Tumpang Sari
1.      Tujuan sistem tumpang sari antara lain untuk meningkatkan produksi dan pendapatan per satuan luas lahan.
2.      Jenis tanaman yang serasi ditumpangsarikan dengan ubi jalar adalah kacang tanah.
3.      Tata cara penanaman sistem tumpang sari prinsipnya sama dengan sistem monokultur, hanya di antara barisan tanaman ubi jalar atau di sisi guludan ditanami kacang tanah.
4.      Jarak tanam ubi jalar 100 cm x 25-30 cm, dan jarak tanam kacang tanah 30 x 10 cm.
5.      Bibit yang telah disediakan dibawa ke kebun dan ditaruh di atas bedengan.
6.      Bibit dibenamkan kira-kira 2/3 bagian kemudian ditimbun dengan tanah kemudian disirami air.
7.      Bibit sebaiknya ditanam mendatar, dan semua pucuk diarahkan ke satu jurusan.
8.      Dalam satu alur ditanam satu batang, bagian batang yang ada daunnya tersembul di atas bedengan.
9.      Pada tiap bedengan ditanam 2 deretan dengan jarak kira-kira 30 cm.
10.  Masukkan pupuk dasar berupa urea 27 kg/ha,  Sp 36 7 kg/ha, ditambah KCl  15 kg/ha. 



5.     Pemupukan
a)       Zat hara yang terbawa atau terangkut pada saat panen ubi jalar cukup tinggi, yaitu terdiri dari 70 kg N (± 156 kg urea), 20 kg P2O5 (±42 kg TSP), dan 110 kg K2O (± 220 kg KCl) per hektar pada tingkat hasil 15 ton ubi basah.
b)       Pemupukan bertujuan menggantikan unsur hara yang terangkut saat panen, menambah kesuburan tanah, dan menyediakan unsur hara bagi tanaman.
c)       Dosis pupuk yang tepat harus berdasarkan hasil analisis tanah atau tanaman di daerah setempat.
d)       Dosis pupuk yang dianjurkan  secara umum adalah 45-90kg N/ha (100-200 kg urea/ha)  ditambah 25 kg P2O5/ha (±50 kg TSP/ha)  ditambah 50 kg K2O/ha (±100 kg KCl/ha).
e)       Pemupukan dapat dilakukan dengan sistem larikan (alur) dan sistem tugal.
f)        Pemupukan dengan sistem larikan mula-mula buat larikan (alur) kecil di sepanjang guludan sejauh 7-10 cm dari batang tanaman, sedalam 5-7 cm, kemudian sebarkan pupuk secara merata ke dalam larikan sambil ditimbun dengan tanah.

6.     Penjarangan dan Penyulaman
            Selama 3 (tiga) minggu setelah ditanam, penanaman ubi jalar harus harus diamati kontinu, terutama bibit yang mati atau tumbuh secara abnormal.  Bibit yang mati harus segera disulam. Cara menyulam adalah dengan mencabut bibit yang mati, kemudian diganti dengan bibit yang baru, dengan menanam sepertiga bagian pangkal setek ditimbun tanah. Penyulaman sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari, pada saat sinar matahari tidak terlalu terik dan suhu udara tidak terlalu panas. Bibit (setek) untuk penyulaman sebelumnya dipersiapkan atau ditanam ditempat yang teduh.

7.     Penyiangan & Pembubunan
            Pada sistem tanam tanpa mulsa jerami, lahan penanaman ubi jalar biasanya mudah ditumbuhi rumput liar (gulma). Gulma merupakan pesaing tanaman ubi jalar, terutama dalam pemenuhan kebutuhan akan air, unsur hara, dan sinar matahaari. Oleh karena itu, gulma harus segera disiangi. Bersama-sama kegiatan penyiangan dilakukan pembumbunan, yaitu menggemburkan tanah guludan, kemudian ditimbunkan pada guludan tersebut. Penyiangan dan pembubunan tanah biasanya dilakukan pada umur 1 bulan setelah tanam, kemudian diulang saat tanaman berumur 2 bulan.
            Tata cara penyiangan dan pembumbunan meliputi tahap-tahap sebagai berikut:
1.      Bersihkan rumput liar (gulma) dengan kored atau cangkul secara hati-hati agar  tidak merusak akar tanaman ubi jalar.
2.      Gemburkan tanah disekitar guludan dengan cara memotong lereng guludan,  kemudian tanahnya diturunkan ke dalam saluran antar guludan.
3.      Timbunkan kembali tanah ke guludan semula, kemudian lakukan pengairan  hingga tanah cukup basah. 

8.     Pengairan
a)       Meskipun tanaman ubi jalar tahan terhadap kekeringan, fase awal  pertumbuhan memerlukan ketersediaan air tanah yang memadai.
b)       Seusai tanam, tanah atau guludan tempat pertanaman ubi jalar harus diairi, selama 15-30 menit hingga tanah cukup basah, kemudian airnya dialirkan keseluruh pembuangan.
c)       Pengairan berikutnya masih diperlukan secara kontinu hingga tanaman ubi jalar berumur 1-2 bulan.
d)       Pada periode pembentukan dan perkembangan ubi, yaitu umur 2-3 minggu sebelum panen, pengairan dikurangi atau dihentikan.
e)       Waktu pengairan yang paling baik adalah pada pagi atau sore hari.
f)        Di daerah yang sumber airnya memadai, pengairan dapat dilakukan kontinu seminggu sekali.
g)       Hal Yang penting  diperhatikan dalam kegiatan pengairan adalah menghindari agar tanah tidak terlalu becek (air menggenang).
h)       Pada musim kemarau, pengairan merupakan kunci untuk mencapai produktivitas tinggi.
i)         Pengairan yang cukup dapat menghindarkan ubijalar dari serangan hama boleng (Cylas formicarius ).

9.     Hama Dan Penyakit
a.      Hama
     Penggerek Batang Ubi Jalar (Omphisa anastomasalis). Stadium hama yang merusak tanaman ubi jalar adalah larva (ulat). Cirinya adalah membuat lubang kecil memanjang (korek) pada batang hingga ke bagian ubi. Di dalam lubang tersebut dapat ditemukan larva ulat.
     Tikus (Rattus rattus sp) Hama tikus biasanya menyerang tanaman ubi jalar yang berumur cukup tua atau sudah pada stadium membentuk ubi. Hama Ini menyerang ubi dengan cara mengerat dan memakan daging ubi hingga menjadi rusak secara tidak beraturan. Bekas gigitan tikus menyebabkan infeksi pada ubi dan kadang-kadang diikuti dengan gejala pembusukan ubi. Pengendalian: sistem gerepyokan untuk menangkap tikus dan langsung dibunuh; penyiangan dilakukan sebaik mungkin agar tidak banyak sarang tikus disekitar ubi jalar; pemasangan umpan beracun, seperti Ramortal atau Klerat.

b.      Penyakit
     Kudis atau Scab. Penyebab: cendawan Elsinoe batatas. Gejala: adanya benjolan pada tangkai sereta urat daun, dan daun-daun berkerut seperti kerupuk. Tingkat serangan yang berat menyebabkan daun tidak produktif dalam melakukan fotosintesis sehingga hasil ubi menurun bahkan tidak menghasilkan sama sekali. Pengendalian: pergiliran/rotasi tanaman untuk memutus siklus hidup penyakit; penanaman ubi jalar bervarietas tahan penyakit kudis, seperti daya dan gedang; kultur teknik budi daya secara intensif; penggunaan bahan tanaman (bibit) yang sehat.

























BAB III
PEMBAHASAN

1.      Kedelai
     Hasil analisis ragam menunjukanbahwa sistem olah tanah berpengaruh sangat nyata terhadap peubah pengamatan tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah cabang produktif, jumlah polong, berat 100 biji kering dan berat segar brangkasan. pengolahan tanah sebanyak tiga kali memberikan hasil yang terbaik terhadap komponen pertumbuhan tinggi tanaman , jumlah daun, serta jumlah cabang produktif dan berbeda nyata dengan pengolahan tanah sebanyak dua kali dan pengolahan tanah sebanyak satu kali. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa setiap penambahan sistem olah tanah akan menaikkan pertumbuhan tinggi tanaman kedelai, jumlah daun dan jumlah cabang produktif tanaman kedelai. Pengolahan tanah sebanyak 2 kali dapat menaikkan rata-rata pertumbuhan tinggi tanaman sebesar 0.5 cm dari pengolahan tanah sebanyak 1 kali. Pengolahan tanah sebanyak 3 kali menaikkan pertumbuhan rata-rata tinggi tanaman kedelai sebesar 6.6 cm dari pengolahan tanah sebanyak 1 kali dan pertumbuhan rata-rata tinggi tanaman sebesar 6.2 cm dari pengolahan tanah sebanyak 2 kali. Hal ini disebabkan karena dengan pengolahan tanah sebanyak tiga kali menjadikan tanah semakin gembur sehingga akar tanaman lebih mudah masuk kedalam tanah dan lebih mudah menyerap unsur hara yang terdapat didalam tanah yang dipergunakan oleh tanaman untuk pertumbuhannya. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Suwardjono dan Dariah (1995), yang menyatakan bahwa struktur tanah yang baik menjadikan perakaran berkembang dengan baik sehingga semakin luas bidang serapan terhadap unsur hara. Selanjutnya menurut Rafiuddin et al (2006), menyatakan bahwa pengerjaan tanah untuk mendapatkan keadaan olah tanah yang baik mempunyai tujuan memberantas gulma, memasukkan dan mencampurkan sisa tanaman kedalam tanah dan menggemburkan tanah sehingga terdapat keadaan olah tanah sempurna yang diperlukan oleh akar tanaman dan akhirnya akan meningkatkan peredaran udara, infiltrasi air, pertumbuhan akar dan pengambilan unsure hara oleh akar. Menurut Situmpul dan Guritno (1995), tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang diterapkan. Ini didasarkan atas kenyataan bahwa tinggi tanaman merupakan ukuran pertumbuhan yang paling mudah dilihat Setiap penambahan sistem olah tanah akan menaikkan pertumbuha jumlah daun tanaman kedelai. Pengolahan tanah sebanyak 3 kali akan menambah rata-rata jumlah pertumbuhan daun sebesar 5 helai dari sistem pengolahan tanah sebanyak 1 kali dan 3 helai daun dari sistem pengolahan tanah sebanyak 2 kali. Sistem olah tanah sebanyak 2 kali akan menaikkan jumlah pertumbuhan daun sebesar 1.3 helai dari sistem olah tanah sebanyak 1 kali. Perlakuan sistem olah tanah mempengaruhi banyak sedikitnya jumlah daun dari setiap tanaman kedelai. Keadaan tanah yang gembur menghasilkan jumlah daun yang lebih banyak dari pada keadaan tanah yang padat. Menurut Ma’sumah (2002), sistem olah tanah sempurna akan memberikan jumlah daun yang lebih banyak pada tanaman dari pada sistem tanpa olah tanah. Daun memegang peranan yang sangat penting bagi poduktivitas suatu tanaman. Jumlah dan ukuran daun dipengaruhi oleh genotipe dan factor lingkungan. Faktor lingkungan yang berpengaruh adalah faktor tanah, air, cahaya dan unsur hara. Dwidjoseputro (1994), menyatakan bahwa daun merupakan bagian tanaman yang mempunyai fungsi sangat penting, karena semua fungsi yang lain tergantung pada daun secara langsung atau tidak langsung.
2.      Talas









BAB IV
KESIMPULAN

1.      Kedelai
a.         Perlakuan sistem olah tanah yang terbaik dalam meningkatkan tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah caban produktif, jumlah polong, bobot 100 biji kering dan berat segar brangkasan tanaman kedelai adalah sistem pengolahan tanah sebanyak 3 kali.
b.        Berdasarkan hasil uji, sistem olah tanah sebanyak 3 kali menunjukan hasil yang berbeda nyata sampai berbeda sangat nyata dengan sistem pengolahan tanah sebanyak 2 kali dan sistem olah tanah sebanyak 1 kali untuk semua peubah pengamatan.
2.      Talas
                 Faktor rasio tepung talas dengan pati jagung berpengaruh nyata (α = 5%) terhadap kadar pati, kadar air, daya kembang, kecerahan (L), kemerahan (a+), dan kekuningan (b+) cookies. Faktor penambahan margarin berpengaruh nyata (α = 5%) terhadap kadar lemak, daya patah, kecerahan (L), dan kekuningan (b+) cookies. Pada uji organoleptik mutu hedonik, faktor rasio tepung talas dengan pati jagung dan faktor penambahan margarin berpengaruh nyata (α = 5%) pada penilaian panelis terhadap penampakan, kehalusan tekstur, warna, dan kerenyahan cookies. Cookies perlakuan terbaik diperoleh dari perlakuan rasio tepung talas dengan pati jagung 60:40 dengan tingkat penambahan margarin 85%. Angka Kecukupan Gizi (AKG) per takaran saji pada cookies perlakuan terbaik antara lain: lemak 15,20%, protein 1,20%, karbohidrat 6,12%.
3.      Ubi Jalar
1.         Terdapat pengaruh konsentrasi larutan kalsium klorida (CaCl2) dan lama perendaman dalam larutan terhadap perubahan fisik dan kimia ubi jalar ungu selama penyimpanan, dengan perlakuan terbaik terdapat pada perendaman dalam larutan CaCl2 8% selama 120 menit.
2.         Pemberian CaCl2 dapat menghambat penguapan air dan dapat menghambat terjadinya pelunakan pada ubi. Selain itu juga dapat mempertahankan warna ubi dan dapat menghambat hidrolisis pati sehingga ubi lebih tahan lama.
3.         Ubi yang tidak direndam dalam CaCl2 (kontrol) hanya dapat disimpan hingga 5 minggu, sedangkan dengan perendaman ubi dalam larutan CaCl2 8% selama 120 menit maka ubi dapat dapat disimpan hingga 7 minggu atau 2 minggu lebih lama dibandingkan kontrol.














Daftar Pustaka

http://tanonmandiritaniorganik.blogspot.com/2012/08/budidaya-ubijalar-ketela-rambat-ipomoea_2513.htmlBAB I
PENDAHULUAN

1.      Latar belakang
a.      Kedelai
      Kedelai, atau kacang kedelai, adalah salah satu tanaman polong-polongan yang menjadi bahan dasar banyak makanan dari Asia Timur seperti kecap, tahu, dan tempe. Berdasarkan peninggalan arkeologi, tanaman ini telah dibudidayakan sejak 3500 tahun yang lalu di Asia Timur.  (Wikipedia,2014)
      Tanaman kedelai dapat tumbuh dengan baik pada jenis tanah alluvial, regosol, grumosol, latosol, atau andosol.Pertumbuhan tanaman kedelai kurang baik pada tanah pasir, dan pH tanah yang baik untuk pertumbuhan kedelai adalah 6-6,5.
      Sistem olah tanah adalah olah tanah intensif, olah tanah minimum, dan tanpa olah tanah. Perlakuan sistem olah tanah sebanyak 3 kali merupakan yang terbaik dalam meningkatkan tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah cabang produktif, jumlah polong, bobot 100 biji kering dan berat segar
brangkasan tanaman kedelai.
      Ketergantungan terhadap kedelai impor sangat memprihatinkan, karena seharusnya kita mampu mencukupinya sendiri. Ini karena produktivitas rendah dan semakin meningkatnya kebutuhan kedelai.
      Salah satu cara mengatasi masalah tersebut yaitu dengan merekayasa budidaya tanaman kedelai salah satunya yakni menggunakan pupuk organic seperti pupuk kandang sapi, pupuk kandang ayam dan pupuk organik kaya hara Santap NM-I dan NM-2 rakitan Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian (Bahtkabi) serta kombinasinya terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai.
b.      Talas
      Talas merupakan tanaman pangan berupa herba menahun. Talas termasuk dalam suku talas-talasan (Araceae), berperawakan tegak, tingginya 1 cm atau lebih dan merupakan tanaman semusim atau sepanjang tahun. Talas mempunyai beberapa nama umum yaitu Taro, Old cocoyam, ‘Dash(e)en’dan ‘Eddo (e)’. Di beberapa negara dikenal dengan nama lain, seperti: Abalong (Philipina), Taioba (Brazil), Arvi (India), Keladi(Malaya), Satoimo (Japan), Tayoba (Spanyol) dan Yu-tao(China).
      Karakteristik morfologi umbi talas, seperti bentuk, ukuran, warna umbi dan kenampakan terkait langsung terhadap rancangan suatu alat khusus atau 2 analisis perilaku produk. Ukuran dan bentuk komoditas sangat berpengaruh terhadap perhitungan energi dalam proses pendinginan dan pengeringan. Prinsip pengeringan talas adalah menguapkan air karena ada perbedaan kandungan uap air di antara udara dan bahan yang dikeringkan. Udara panas mempunyai kandungan uap air yang lebih kecil dari pada bahan sehingga dapat mengurangi uap air dari bahan yang dikeringkan. Salah satu faktor yang dapat mempercepat proses pengeringan adalah udara yang mengalir. Dengan adanya aliran udara maka udara yang sudah jenuh dapat diganti oleh udara kering sehingga proses pengeringan dapat berjalan secara terus menerus (Anonima, 2012).
      Talas terdiri dari banyak jenis dan warna daging umbinya bervariasi, yaitu putih, kuning muda, kuning atau oranye, merah, coklat, ungu, dan lainnya . Di Malang, banyak dijumpai talas dengan daging umbi berwarna kuning yang memiliki rasa enak dan tekstur yang pulen. Untuk memperpanjang umur simpan talas, talas dapat diolah menjadi tepung. Talas memiliki potensi untuk dapat digunakan sebagai bahan baku tepung-tepungan karena memiliki kandungan pati yang tinggi, yaitu sekitar 70-80% . Rendemen yang bisa didapatkan pun juga cukup tinggi, yaitu mencapai 28.7% . Tepung talas dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar dalam pembuatan cookies.
                        Menurut Dalimarta (1999), klasifikasi tanaman talas sebagai berikut:
                        Divisi : Spermatophyta
                        Subdivisi : Angiospermae
                        Kelas : Monocotyledoneae
                        Bangsa : Arales
                        Suku : Araceae
                        Marga : Colocasia
      Jenis : Colocasia esculenta L Schott

c.       Ubi jalar
      Ubi jalar atau ketela rambat (Ipomoea batatas L.) adalah sejenis tanaman budidaya. Bagian yang dimanfaatkan adalah akarnya yang membentuk umbi dengan kadar gizi (karbohidrat) yang tinggi. Di Afrika, umbi ubi jalar menjadi salah satu sumber makanan pokok yang penting. Di Asia, selain dimanfaatkan umbinya, daun muda ubi jalar juga dibuat sayuran. Terdapat pula ubi jalar yang dijadikan tanaman hias karena keindahan daunnya. (Wikipedia,2014)
Ubi jalar merupakan sumber karbohidrat dan kalori yang cukup tinggi yang banyak di konsumsi sebagai bahan pangan. Ubi jalar juga merupakan sumber vitamin dan mineral. Vitamin yang terkandung dalam ubi jalar antara lain : vitamin A, vitamin C, thiamin (B1) dan riboflavin (B2), sedangkan mineral yang terkandung dalamubi jalar antara lain : zat besi (Fe), fosfor (P), kalsium (Ca), dan natrium (Na). Terdapat beberapa jenis ubi jalar berdasarkan warna kulit serta warna umbi, antara lain ada yang berwarna putih, kuning, merah dan ungu. Ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L.) mengandung pigmen antosianin yang lebih tinggi dari pada ubi jalar jenis lain. Antosianin bermanfaat bagi kesehatan tubuh karena dapat berfungsi sebagai antioksidan, antihipertensi, dan pencegah gangguan fungsi hati. Kandungan nutrisi ubi jalar ungu juga lebih tinggi dibandingkan ubi jalar jenis lain terutama kandungan lisin, Mg, K, dan Zn. Ubi jalar ungu banyak digunakan sebagai bahan baku produk dalam industri pewarna, es krim dan roti. Mutu produk pangan akan mengalami perubahan (penurunan) selama proses penyimpanan. Umur simpan produk pangan dapat diperpanjang dengan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi masa simpan produk. Salah satu upaya memperpanjang masa simpan dapat dilakukan dengan memperlambat laju penurunan mutu.


2.      Tujuan
1.      Mengetahui budidaya bahan pangan khususnya Kedelai, Talas, Ubi Jalar.
2.      Mengetahui kandungan dan manfaat apa saja yang ada pada Kedelai, Talas, Ubi Jalar.
3.      Mengetahui pengaruh pupuk organic terhadap produktivitas kedelai.
4.      mengetahui pengaruh sistem olah tanah terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai.
5.      Mengetahui model pengeringan lapisan tipis yang sesuai dengan karakteristik talas varietas Safira dan perubahan sifat fisik yang terjadi selama proses pengeringan berlangsung.
6.      Mengetahui pengaruh konsentrasi CaCl2 dan lama perendaman dalam larutan tersebut terhadap perubahan sifat fisiko kimia ubi jalar ungu, dan umur simpan ubi jalar ungu.
7.      Mengetahui pengaruh konsentrasi starter dan lama fermentasi terhadap total BAL, sifat fisikokimia dan organoleptik minuman sinbiotik dari ubi jalar ungu.
8.      Mengetahui kombinasi perlakuan terbaik antara konsentrasi starter dan lama fermentasi untuk memperoleh minuman sinbiotik dengan kualitas baik dan disukai oleh konsumen.
9.      Mampu menerapkan ilmu yang telah diketahui seperti budidaya dan pengolahan pasca panen.

BAB II
LANDASAN TEORI

1.      Budidaya
a.      Kedelai
1.      Syarat Tumbuh
     Tanaman kedelai merupakan tanaman semusim yang dapat tumbuh baik pada berbagai jenis tanah dengan syarat drainase tanah cukup baik serta ketersediaan air cukup selama pertumbuhan tanaman.
     Tanaman kedelai dapat tumbuh dengan baik pada jenis tanah alluvial, regosol, grumosol, latosol, atau andosol.Pertumbuhan tanaman kedelai kurang baik pada tanah pasir, dan pH tanah yang baik untuk pertumbuhan kedelai adalah 6-6,5.
a.        Benih
          Penggunaan benih kedelai bermutu merupakan kunci utama dalam memperoleh hasil yang tinggi. Agar diperoleh tanaman yang seragam dengan populasi optimal harus menggunakan benih yang bermutu tinggi.
Sifat-sifat benih kedelai yang bermutu tinggi adalah sebagai berikut :
1.      Mempunyai daya kecambah tinggi yaitu 80%
2.      Mempunyai vigor yang baik(benih tumbuh serentak cepat dan sehat)
3.      Murni, bersih, sehat, bernas, tidak keriput, atau luka bekas     serangga
4.      Benih baru
b.      Pengolahan tanah
          Pengolahan tanah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman karena dapat menciptakan struktur tanah yang remah, aerase tanah yang baik dan menghambat pertumbuhan tanaman pengganggu. Selanjutnya Mahmud at al (2002), mengatakan bahwa pengolahan tanah pada tanaman kedelai pada prinsipnya bertujuan untuk memperbaiki aerase dan drainase tanah, mengendalikan gulma, menggemburkan tanah sehingga kecambah mudah tumbuh, dan perakaran dapat berkembang sempurna. Selanjutnya menurut Adisarwanto (2000), dalam bercocok tanam kedelai persiapan lahan pertanaman dapat dilakukan dengan pengolahan tanah sebelum tanam (Maksimum Tillage) dan tanpa olah tanah (Zero Tillage) atau olah tanah minimum (Minimum Tillage). Perbedaan cara pengolahan tanah akan mempengaruhi kesuburan tanah sehingga akan berpengaruh juga terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai. Perlu tidaknya tanah diolah dapat dipengaruhi oleh tingkat kepadatan dan aerasi. Pada tingkat kepadatan yang tinggi akibat tidak pernah diolah mengakibatkan pertumbuhan akar terbatas, sehingga zona serapan akar menjadi sempit. Pengolahan tanah sebanyak 3 kali akan menambah rata-rata jumlah pertumbuhan daun sebesar 5 helai dari sistem pengolahan tanah sebanyak 1 kali dan 3 helai daun dari sistem pengolahan tanah sebanyak 2 kali. Sistem olah tanah sebanyak 2 kali akan menaikkan jumlah pertumbuhan daun sebesar 1.3 helai dari sistem olah tanah sebanyak 1 kali. Perlakuan sistem olah tanah mempengaruhi banyak sedikitnya jumlah daun dari setiap tanaman kedelai. Keadaan tanah yang gembur menghasilkan jumlah daun yang lebih banyak dari pada keadaan tanah yang padat. sistem olah tanah sempurna akan memberikan jumlah daun yang lebih banyak pada tanaman dari pada sistem tanpa olah tanah.(Ma’sumah,2002)
          Lahan tanah bekas tanaman padi tidak perlu melakukan pengolahan tanah. Kemasaman tanah dapat ditanggulangi dengan pemberian kapur sehingga kejenuhan alluminium dapat diturunkan, pH tanah dapat dinaikkkan dan ini erat kaitannya dengan tingkat efisiensi serapan hara oleh tanaman.
          Cara pengapuran yang efektif dan efisien dapat dilakukan, yaitu dengan memperhatikan beberapa faktor:
a)      Macam dan kualitas bahan kapur
b)      Kehalusan bahan kapur
c)      Waktu dan cara pemberian kapur.
Tinggi rendahnya tempat suatu tanaman yang di usahakan
sangat erat hubungannya dengan proses metabolisme. Kedelai dapat tumbuh baik sampai ketinggian 1500 m (dpl) tetapi yang paling baik sampai 650 m dpl, karena berpengaruh terhadap umur tanaman. Untuk dataran tinggi umur tanaman kedelai menjadi semakin panjang.
          Tersedianya air tanah selama pertumbuhan tanaman sangat menentukan daya hasil kedelai. Tanaman kedelai tidak akan berbunga bila lama penyinaran melampaui batas kritis karena kedelai merupakan tanaman hari pendek
c.       Waktu Tanam   
          Pemilihan waktu tanam yang tepat untuk masing-masing daerah amat penting,karna berhubungan erat dengan tersedianya air untuk pertumbuhan dan menghindari resiko kebanjiran terutama pada saat tanamanm masih muda selain itu juga untuk menekan atau menghindari berkembangnya populasi hama atau penyakit.waktu tanam yang tepat sangat berbeda untuk satu daerah dengan daerah lain.
d.      Penanaman
          Pada saat tanam tiba, hendaknya tanah cukup lembab agar benih cepat tumbuh. Cara penanaman dapat berbeda beda tergantung dari alat yang digunakan, tekhnik penanaman harus berpedoman dengan:
1.      Jarak tanam harus teratur agar ruang tumbuh tanaman seragam sehingga memudahkan pemeliharaan.
2.      Dalamnya penanaman. Benih kedelai ditanam sedalam 2-4cm agar dapat cepat berkecambah dan tanaman dapat tumbuh kokoh. Cara penanaman tanaman kedelai:
a)      Tanam dengan tugal
b)      Tanam dengan bajak
c)      Tanam sebar
d)     Tanam dengan mesin penanam
e.       Pemupukan
          Untuk produksi yang tinggi dianjurkan memupuk sebagai berikut:
1.      Pupuk dasar
a.       Diberikan pada saat tanam atau sehari sebelum tanamb
b.      Dosisnya yaitu 24,5-48,9 kg urea, 97,8kg TSP dan 49,9kg Kcl per hektar
2.      Pupuk susulan 1
Diberikan pada saat tanaman berumur 30 hari setelah tanam( menjelang tanaman berbunga) dosisnya hanya urea saja sebanyak 48,9kg per hektar
    Untuk meningkatkan produktivitas pada kedelai yaitu memupuk dengan pupuk organik seperti pupuk kandang sapi, pupuk kandang ayam dan pupuk organik kaya hara Santap NM-I dan NM-2 rakitan Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian (Bahtkabi) serta kombinasinya terhadap pertumbuhan kedelai. (Muzayanah,2014)
f.       Pengairan & Drainase
          Tanaman kedelai tidak tahan kekeringan namun juga tidak tahan terhadap genangan air. Untuk pertumbuhan kedelai yang baik dikehendaki air tanah yang dalam. Keadaan lahan lembab tetapi tidak becek sejak tanaman tumbuh hingga polong berisi penuh, kemudian lahan kering menjelang panen. Kekeringan pada saat pertumbuhan mengakibatkan tanaman kerdil, dan kekeringan pada saat berbunga atau pengisian polong dapat menggagalkan hasil. Tanda tanda kekeringan dapat berupa daun layu, pertumbuhan terhenti, bunga tidak mekar, polong kosong atau gugur, bila kekeringan lama tanaman akan mati.

g.       Penyiangan
          Tanpa penyiangan penurunan hasil dapat mencapai 10-50%. Jarak tanam yang rapat seperti 20x20cm pertumbuhan gulma dapat ditekan apabila daun tanaman kedelai telah menaungi permukaan tanah penyiangan pertama dilakukan pada saat tanaman berumur 2-4 minggu gulma perlu dihilangkan sampai bersih. Penyiangan kedua dilakukan pada saat tanaman berbunga yaitu berumur 45 hst untuk varietas berumur genjah atau 60 hari untuk varietas berumur dalam. Penyemprotan dengan herbisida dapat menggantikan penyiangan yang dilakukan dengan tangan. Herbisida yang cukup efektif saat ini adalah lasso dengan dosis 4 l/ hektar.
h.       Hama & Penyakit
    1. Aphis glycine
Kutu ini dapat dapat menularkan virus SMV (Soyabean Mosaik Virus). Menyerang pada awal pertumbuhan dan masa pertumbuhan bunga dan polong. Gejala: layu, pertumbuhannya terhambat. Pengendalian: (1) Jangan tanam tanaman inang seperti: terung-terungan, kapas-kapasan atau kacang-kacangan; (2) buang bagian tanaman terserang dan bakar, (3) gunakan musuh alami (predator maupun parasit); (4) semprot Natural BVR atau PESTONAdilakukan pada permukaan daun bagian bawah.
2. Kumbang daun tembukur (Phaedonia inclusa)
Bertubuh kecil, hitam bergaris kuning. Bertelur pada permukaan daun. Gejala: larva dan kumbang memakan daun, bunga, pucuk, polong muda, bahkan seluruh tanaman. Pengendalian: penyemprotan PESTONA.
3. Ulat polong (Ettiela zinchenella)
Gejala: pada buah terdapat lubang kecil. Waktu buah masih hijau, polong bagian luar berubah warna, di dalam polong terdapat ulat gemuk hijau dan kotorannya. Pengendalian : (1) tanam tepat waktu.
4. Kepik polong (Riptortis lincearis)
Gejala: polong bercak-bercak hitam dan menjadi hampa.
5. Lalat kacang (Ophiomyia phaseoli)
Menyerang tanaman muda yang baru tumbuh. Pengendalian : Saat benih ditanam, tanah diberi POC NASA, kemudian setelah benih ditanam, tanah ditutup dengan jerami . Satu minggu setelah benih menjadi kecambah dilakukan penyemprotan dengan PESTONA. Penyemprotan diulangi pada waktu kedelai berumur 1 bulan.
6. Kepik hijau (Nezara viridula)
Pagi hari berada di atas daun, saat matahari bersinar turun ke polong, memakan polong dan bertelur. Umur kepik dari telur hingga dewasa antara 1 sampai 6 bulan. Gejala: polong dan biji mengempis serta kering. Biji bagian dalam atau kulit polong berbintik coklat.
7. Ulat grayak (Spodoptera litura)
Gejala : kerusakan pada daun, ulat hidup bergerombol, memakan daun, dan berpencar mencari rumpun lain. Pengendalian : (1) dengan cara sanitasi; (2) disemprotkan pada sore/malam hari (saat ulat menyerang tanaman) beberapa Natural VITURA.
8. Penyakit Layu Bakteri (Pseudomonas sp.)
Gejala : layu mendadak bila kelembaban terlalu tinggi dan jarak tanam rapat. Pengendalian : Varietas tahan layu, sanitasi kebun, dan pergiliran tanaman.
Pengendalian : Pemberian Natural GLIO
9. Penyakit layu (Jamur tanah : Sclerotium Rolfsii)
Penyakit ini menyerang tanaman umur 2-3 minggu, saat udara lembab, dan tanaman berjarak tanam pendek. Gejala : daun sedikit demi sedikit layu, menguning. Penularan melalui tanah dan irigasi. Pengendalian; tanam varietas tahan dan tebarkan Natural GLIO di awal.
10. Anthracnose (Colletotrichum glycine )
Gejala: daun dan polong bintik-bintik kecil berwarna hitam, daun yang paling rendah rontok, polong muda yang terserang hama menjadi kosong dan isi polong tua menjadi kerdil. Pengendalian : (1) perhatikan pola pergiliran tanam yang tepat; (2) Pencegahan di awal dengan Natural GLIO.
11.Penyakit karat (Cendawan Phakospora phachyrizi)
Gejala: daun tampak bercak dan bintik coklat. Pengendalian: (1) cara menanam kedelai yang tahan terhadap penyakit; (2) semprotkan Natural GLIO + gula pasir.
12. Busuk batang (Cendawan Phytium Sp)
Gejala : batang menguning kecoklat-coklatan dan basah, kemudian membusuk dan mati. Pengendalian : (1) memperbaiki drainase lahan; (2) Tebarkan Natural GLIO di awal.


i.        Panen
1.        Umur panen
   umur panen yang tepat akan menghasilkan jumlah dan mutu produksi kedelai yang cukup tinggi. Panen terlalu awal mengakibatkan banyaknya biji muda yang akan menjadi butir keriput dalam kondisi kering, dan kurang tahan jika disimpan.
   Sedangkan panen terlambat dapat menimbulkan kerusakan di lapangan seperti berkecambah, berjamur, busuk, dan berkutu serta kehilangan biji yang disebabkan polong pecah. Pada kondisi normal, panen dapat dilakukan jika kadar air biji berkisar antara 20-24%.
   Kedua faktor ini juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan seperti musim, pada musim kemarau panen dapat dipercepat. Tanda tanda tanaman bisa di panen:
1.         Daun telah menguning
2.         Polong telah mengering dan berwarna coklat.
3.         Tanaman sudah matang yaitu  ≥ 90%
4.          Kulit polong mudah dikupas

b.      Talas
1.      Pengolahan Tanah
     Pengolahan tanah bisa menggunakan alat seperti cangkul, garpu, atau mesin traktor, tanah diolah sampai gembur dengan kedalaman 20-30 cm. selain itu, pengolahan tanah dimaksudkan untuk menyingkirkan rumput-rumput dan tanaman liar.
     Kemudian setelah proses pembajakan sebaiknya tanah dibiarkan selam 3 hari, hal ini supaya proses pelapukan dan oksidasi bahan organik berlangsung lebih sempurna. Setelah itu tanah kemudian diratakan dan sekaligus pemberian jarak tanam yang disesuaikan dengan luas lahan yang ada.
     Barisan sebaiknya mengarah ke timur agar matahari bisa menyinari tanaman secara merata. Barisan juga bisa dibuat bedengan dengan ketionggian gundukan 20 cm. (alfafa,2014)
2.      Pemilihan Benih
     Ada beberapa cara untuk mengembangbiakan talas, diantaranya : dari biji, jaringan, anakan dan stolon, bonggol, dan mata tunas umbi.


a.      Anakan dan Stolon
           Anakan bisa didapatkan dari tunas-tunas yang tumbuh berdekatan dengan pangkal pohon induk yang sudah dewasa atau dari ujung-ujung stolon. Anakan yang akan dijadikan bibit harus sudah cukup besar, umbinya sudah mulai berkembang dan tingginya 60-70 cm.
           Bibit lebih dahulu dipelihara di bedengan yang tanahnya diolah dengan baik dan diberi pupuk organic. Jarak tanam antar bibit berkisar 10-15 cm dan dirawat secara baik hingga berkembang agak besar dan siap ditanam di areal penanaman.
           Untuk menjaga kelembaban, keseluruhan bedengan bisa ditutup dengan dedaunan atau diberi atap dari plastic tembus padang. Cara lainnya adalah dengan menabur bibit-bibit kecil (setelah sebagian daun dan umbinya dipotong) dalam kantung-kantung plastic berdiameter 7,5 cm di persemaian yang terbuka. Jaraknya berdempetan dan dirawat hingga berdaun 3-4 helai dan mencapai ketinggian sekitar 50 cm.
b.      Bonggol
           Budidaya talas dengan menggunakan bibit bonggol paling sering dilakuka oleh para  petani Indonesia. Yang dimaksud dengan bonggol adalah potongan bagian kepala umbi utama lengkap dengan pakal pelepah daun sepanjang kira-kira 30 cm. dengan cara ini, satu pohon talas hanya menghasilkan satu bibit saja.
           Beberapa petani berpendapat bahwa pengembangbiakan melalui bonggol memberikan hasil yang lebih tinggi daripada melalui cara anakan dan stolon . namun cara ini tidak mampu memenuhi pola tanam secara luas, masal, dan komersial.
c.       Mata Tunas Umbi
           Letak mata tunas biasanya berada di permukaan umbi yang dilindungi oleh pelepah daun. Bila kuncup ujung dibuang atau mati, maka mata tunas berpeluang untuk berkembang.
           Mata tunas ini bisa dirangsang dan dijadikan bibit. Caranya, umbi talas dipotong-potong serta diusahakan agar setiap potongan minimal memiliki satu mata tunas dan bagian umbi yang besarnya memadai,sehingga berat keseluruhan menjadi 25 gram.
           Potongan umbi kemudian ditanam dalam nampan-nampan yang diisi tanah, pasir, dan pupuk kandang atau kompos dengan perbandingan 1 : 1 : 1. Untuk mencegah pembusukan, umbi dapat dibalur dengan fungisida dan diangin-anginkan selama  1-2 hari sebelum disemaikan.
           Alas nampan sebaiknya diberi lubang supaya terterjadi genangan air. Kemudioan calon bibit perlu dirawat dengan baik, disiram sehari sekali dan ditutup dengan plastic transparan untuk menjaga kelembaban, namun sinar matahari masih bisa menembus.
           Bila sudah muncul tunas sekitar 10-15 cm, sebaiknya segera dipindahkan ke persemaian dederan dengan jarak tanam 20-25 cm. bisa juga disemaikan dalam kantong plastic yang sesuai (berdiameter 7,5-10 cm) agar bisa tumbuuh pesat. Antar kantong diberi jarak agar bibit persemaian tumbuh sehat. Bibit bisa dipindahkan setelah mencapai ketinggian kira-kira 50 cm.
3.      Cara Penanaman
     Untuk penanaman bibit talas dilahan terbuka sebaiknya dilakukan pada waktu awal musim penghujan, karena tanaman talas sangat rentan dengan kekeringan. Apabila dalam penanam kekurangan air 2-3 hari maka bibit bisa mengalami kematian.
     Bibit cabutan (anakan yang dipotong daunnya) dapat dibenamkan langsung pada lubang tanam sedalam mungkin hingga mendekati dasar lubanng. Jika bibit yang disemaikan dalam kantong plastic, maka plastic harus dibuang terlebih dahulu agar umbi dan akar tidak terganggu.
     Untuk menjaga kelembaban tanah dan supaya tanah subur, maka lahan disekitar perakaran bisa diberi mulsa berupa jerami, potongan rumput kering, dedaunan, dan lain-lain.
     Jika tidak turun hujan maka talas harus disiram secara teratur. Jika kekurangan air, talas bisa terganggu pertumbuhannya dan sulit untuk dipulihkan lagi, meskipun disiram dengan air yang banyak.
4.      Pemupukan
     Pemupukan awal dilakukan sebelum bibit ditanam. Pupuk kandang atau kompos sangat baik untuk pupuk awal, berikan satu cangkul pupu pada setiap lubang. Pemupukan juga bisa  diberikan dengan pupuk anorganik yang mengandung fosfat (ISP, dll) kalium (KCl, dll) sebagai tambahan. Disis yang diberikan 125 kg TSP dan 150 kg KCl, selain itu pupuk dengan unsure P da K bisa diberikan.
     Pupuk kedua diberikan sekitar 4 minggu setelah penanaman, dengan pupuk urea dengan dosis sekitar 2 sendok makan per pohon atau 75 kg/ha. Pemupukan terakhir diberikan ketika tanaman  suda berumur 3 bulan dari penanaman. Pemupukan bisa diberikan pupuk urea dengan dosis 75 kg/ha dan KCl 150 kg/ha.
5.      Penyiangan dan Pembumbunan
     Penyiangan  sangat penting untuk menjaga proses pertumbuhan talas agar tetap baik, karena kalau gulma atau rumput disekitar tumbuh akan merebut jatah makanan tanaman talas. Proses penyiangan dilakukan 3 bulan setelah penanaman dilakukan.
6.      Pembuangan Anakan dan Stolon
     Pembuangan anakan atau stolon sangat penting dilakukan, hal ini untuk menjaga agar makanan induknya tidak terganggu. Akhirnya umbi pun tidak berkembang dengan maksimal.
     Pembuangan anakan dan stolon harus dilakukan dengan hati-hati menggunakan pisau yang tajam, supaya tidak mengenai indukan. Kalau mengenai indukan akan mengakibatkan tumbuhnya bakteri pada tanaman tersebut.
     Pembuangan anakan pada bagian umbi yang menempel, jauh sangat sulit dibanding dengan pembuangan stolon. Anakan pada umbi talas sangat banyak apabila menggunakan bibit talas bogor dibanding dengan bibit talas bentul yang lebih sedikit.
7.      Pembuangan Bunga
     Pembuangan bunga pada talas dimaksudkan untuk menjaga agar umbi yang dihasilkan dapat memiliki bentuk yang sempurna tidak cekung. Karena secara tidak langsung pembungaan yang diikuti terbentuknya buah akan menyedot cadangan makanan yang aada pada umbi.

8.      Hama
     Belalang dau, penanggulangannya dengan menyemprotkan pestisida dan menjaga kebersihan di areal tanam.
     Ulat daun, penanggulangannya dengan menyemprotkkan pestisida, diantaranya Carbaryl, Dichorvos, Kuinalfos, Disulfan, dll.
     Tungau, penanggulanggannya dengan menyempprotkan pestisida, seperti Azodrin, Galectron, Benlate dll
Penyakit
     Hawar daun, penanggulangannya dengan menyemprotkan pestisida, menjaga kebersihan di area tanam, dan membakar daun yang terserang.
     Busuk umbi, penanggulangannya dengan memilih bibit yang sehat tidak infeksi, rendam bibit dalam air yang diberi fungisida, memisahkan tanaman yang sakit atau dimusnahkan, jangan mengambil air dari lahan yang terinfeksi, dan apabila serangan cukup hebat, maka lahan jangan ditanami talas selama 3 musim tanam.
9.      Panen
     Pemanen talas dilakukan setelah tanaman berumur 6-9 bulan, tetapi ada yang memanennya setelah berumur 1 tahun, dan ada pula kultivar yang 4-5 bulan sudah dapat dipanen; sebagai contoh: talas genjah masak cepat, talas kawara 5 bulan, dan talas lenvi dan talas dalam. Misalkan di kota Bogor ada talas bentul, dipanen setelah berumur 8-10 bulan dengan umbi yang relatif lebih besar dan berwarna lebih muda dan kekuning-kunigan dan masih ada lagi talas-talas lain, seperti: talas sutera yang dipanen pada umur 5-6 bulan, yang umbinya berwarna kecoklat-coklatan yang dapat berukuran sedang sampai besar dan masih banyak lagi talas yang ada di bogor (talas mentega atau talas gambir, talas ketan, dan talas balitung).
     Pemanenan dilakukan dengan cara menggali umbi talas, lalu pohon talas dicabut dan pelepahnya di potong sepanjang 20-30 cm dari pangkal umbi serta akarnya dibuang dan umbinya di bersihkan dari tanah yang melekat.
10.  Hasil panen/pasca panen
     Sangat banyak hasil yang didapatkan dari talas diantaranya yaitu tepung dalam pembuatan cookies. Cookies umumnya dikonsumsi sebagai makanan selingan dan dihidangkan saat hari raya besar keagamaan. Umumnya tepung terigu digunakan sebagai bahan dasar dalam pembuatan cookies. Sampai saat ini gandum masih sulit tumbuh di Indonesia sehingga tepung terigu masih harus diimpor dari negara lain. Tepung talas dapat menjadi salah satu alternatif bahan pengganti tepung terigu dalam pembuatan cookies sehingga dapat menurunkan jumlah tepung terigu yang diimpor.
11.  Prinsip dasar pengeringan
     Proses pengeringan masih banyak digunakan orang, salah satunya dengan menggunakan sinar matahari. Pengeringan juga bertujuan untuk meningkatkan mutu hasil pertanian. Salah satu penyebab terjadinya kerusakan produk pertanian ialah adanya akumulasi air di dalam atau sekitar hasil pertanian dan hal ini dapat dicegah dengan jalan mengalirkan udara pada sekeliling hasil pertanian untuk menjaga suhu yang seragam (Santoso, 2012).

c.       Ubi Jalar
1.      Syarat Pertumbuhan
a.     Tanaman ubi jalar membutuhkan hawa panas dan udara yang lembab.
b.    Daerah  yang paling ideal untuk budidaya ubi jalar adalah daerah yang bersuhu 21-27 derajat C.
c.     Daerah yang mendapat sinar matahari 11-12 jam/hari merupakan daerah yang  disukai.
d.    Pertumbuhan dan produksi yang optimal untuk usaha tani ubi jalar tercapai pada musim kering (kemarau).
e.     Di tanah yang kering (tegalan) waktu tanam yang baik untuk tanaman  ubi jalar yaitu pada waktu musim hujan, sedang pada tanah sawah waktu tanam yang baik yaitu sesudah tanaman padi dipanen.
f.     Tanaman ubi jalar dapat ditanam di daerah dengan curah hujan 500-5000  mm/tahun, optimalnya antara 750-1500 mm/tahun.
g.    Hampir setiap jenis tanah pertanian cocok untuk membudidayakan ubi jalar. Jenis tanah yang paling baik adalah pasir berlempung, gembur, banyak mengandung bahan organik, aerasi serta drainasenya baik.
h.     Penanaman ubi jalar pada tanah kering dan pecah-pecah sering menyebabkan ubi jalar mudah terserang hama penggerek (Cylas sp.). Sebaliknya, bila ditanam pada tanah yang mudah becek atau berdrainase yang jelek, dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman ubi jalar kerdil, ubi mudah busuk, kadar serat tinggi, dan bentuk ubi benjol.
i.      Derajat keasaman tanah adalah pH=5,5-7,5. Sewaktu muda memerlukan.




2.      Teknik budidaya
a.      Pembibitan
1.      Tanaman ubi jalar dapat diperbanyak secara generatif dengan biji dan secara vegetatif berupa stek batang atau stek pucuk.
2.      Perbanyakan tanaman secara generatif hanya dilakukan pada skala penelitian untuk menghasilkan varietas baru.
3.       Teknik perbanyakan tanaman ubi jalar yang sering dipraktekan adalah dengan stek batang atau stek pucuk.
4.      Bahan tanaman (bibit) berupa stek pucuk atau stek batang harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a.     Bibit berasal dari varietas atau klon unggul.
b.     Bahan tanaman berumur 2 bulan atau lebih.
c.      Pertumbuhan tanaman yang akan diambil steknya dalam keadaan sehat,  normal, tidak terlalu subur.
d.     Ukuran panjang stek batang atau stek pucuk antara 20-25 cm, ruas-ruasnya  rapat dan buku-bukunya tidak berakar.
e.     Mengalami masa penyimpanan di tempat yang teduh selama 1-7 hari.
5.      Bahan tanaman (stek) dapat berasal dari tanaman produksi dan dari tunas-tunas ubi yang secara khusus disemai atau melalui proses penunasan.
6.      Perbanyakan tanaman dengan stek batang atau stek pucuk secara terus-menerus mempunyai kecenderungan penurunan hasil pada generasi-generasi berikutnya.
7.      Oleh karena itu, setelah 3-5 generasi perbanyakan harus diperbaharui dengan cara menanam atau menunaskan umbi untuk bahan perbanyakan.
            Tata cara penyiapan bahan tanaman (bibit) ubi jalar dari tanaman produksi adalah sebagai berikut:
1.      Pilih tanaman ubi jalar yang sudah berumur 2 bulan atau lebih, keadaan  pertumbuhannya sehat dan normal.
2.      Potong batang tanaman untuk dijadikan stek batang atau stek pucuk sepanjang  20-25 cm dengan menggunakan pisau yang tajam, dan dilakukan pada pagi hari.
3.      Kumpulkan stek pada suatu tempat, kemudian buang sebagian daun-daunnya  untuk mengurangi penguapan yang berlebihan.
4.      Ikat bahan tanaman (bibit) rata-rata 100 stek/ikatan, lalu simpan di tempat yang  teduh selama 1-7 hari dengan tidak bertumpuk.

3.      Pengolahan Media Tanam
a.      Persiapan
     Penyiapan lahan bagi ubi jalar sebaiknya dilakukan pada saat tanah tidak terlalu basah atau tidak terlalu kering agar strukturnya tidak rusak, lengket, atau keras.

b.    Pembentukan Bedengan
     Jika tanah yang akan ditanami ubi jalar adalah tanah sawah maka pertama-tama jerami dibabat, lalu dibuat tumpukan selebar 60-100 cm.       Kalau tanah yang dipergunakan adalah tanah tegalan maka bedengan dibuat dengan jarak 1 meter.
     Apabila penanaman dilakukan pada tanah-tanah yang miring, maka pada musim hujan bedengan sebaiknya dibuat membujur sesuai dengan miringnya tanah.
     Ukuran guludan disesuaikan dengan keadaan tanah. Pada tanah yang ringan (pasir mengandung liat) ukuran guludan adalah lebar bawah ± 60 cm, tinggi 30-40 cm, dan jarak antar guludan 70-100 cm.
     Pada tanah pasir ukuran guludan adalah lebar bawah ±40 cm, tinggi 25-30 cm, dan jarak antar guludan 70-100 cm.
     Arah guludan sebaiknya memanjang utara-selatan, dan ukuran panjang guludan disesuaikan dengan keadaan lahan.
     Lahan ubi jalar dapat berupa tanah tegalan atau tanah sawah bekas tanaman padi.

c.    Penggunaan benih unggul
     Varietas unggul yang telah dilepas selain produktivitas tinggi, juga memiliki sifat agak tahan terhadap hama boleng (Cylas formicarius dan penyakit kudis Sphaceloma batatas seperti Sari, Boko, Sukuh, Jago dan Kidal, dll

4.      Penanaman
                        Penanaman ubi jalar di lahan kering biasanya dilakukan pada awal musim hujan (Oktober), atau awal musim kemarau (Maret) bila keadaan cuaca normal.
                        Dilahan sawah, waktu tanam yang paling tepat adalah segera setelah padi rendengan atau padi gadu, yakni pada awal musim kemarau.
                        Stek pucuk ditanam di guludan dengan jarak dalam barisan 20-30 cm, jarak antar guludan 100 cm, populasi tanaman sekitar 35.000-50.000 tanaman/ha.
                        Ubijalar dapat pula ditanam dalam sistem tumpangsari dengan tingkat naungan tidak lebih 30 %.
                        Sistem tanam ubi jalar dapat dilakukan secara tunggal (monokultur) dan tumpang sari dengan kacang tanah.
a.       Sistem Monokultur :
1.        Buat larikan-larikan dangkal arah memanjang di sepanjang puncak guludan dengan cangkul sedalam 10 cm, atau buat lubang dengan tugal, jarak antar lubang 25-30 cm.
2.        Buat larikan atau lubang tugal sejauh 7-10 cm di kiri dan kanan lubang tanam untuk tempat pupuk.
3.        Tanamkan bibit ubi jalar ke dalam lubang atau larikan hingga angkal batang (setek) terbenam tanah 1/2-2/3 bagian, kemudian padatkan tanah dekat pangkal setek (bibit).
4.        Masukkan pupuk dasar berupa urea 23 kg/ha,  Sp 36 7 kg/ha, ditambah KCl  15 kg/ha. 
b.      Sistem Tumpang Sari
1.      Tujuan sistem tumpang sari antara lain untuk meningkatkan produksi dan pendapatan per satuan luas lahan.
2.      Jenis tanaman yang serasi ditumpangsarikan dengan ubi jalar adalah kacang tanah.
3.      Tata cara penanaman sistem tumpang sari prinsipnya sama dengan sistem monokultur, hanya di antara barisan tanaman ubi jalar atau di sisi guludan ditanami kacang tanah.
4.      Jarak tanam ubi jalar 100 cm x 25-30 cm, dan jarak tanam kacang tanah 30 x 10 cm.
5.      Bibit yang telah disediakan dibawa ke kebun dan ditaruh di atas bedengan.
6.      Bibit dibenamkan kira-kira 2/3 bagian kemudian ditimbun dengan tanah kemudian disirami air.
7.      Bibit sebaiknya ditanam mendatar, dan semua pucuk diarahkan ke satu jurusan.
8.      Dalam satu alur ditanam satu batang, bagian batang yang ada daunnya tersembul di atas bedengan.
9.      Pada tiap bedengan ditanam 2 deretan dengan jarak kira-kira 30 cm.
10.  Masukkan pupuk dasar berupa urea 27 kg/ha,  Sp 36 7 kg/ha, ditambah KCl  15 kg/ha. 



5.     Pemupukan
a)       Zat hara yang terbawa atau terangkut pada saat panen ubi jalar cukup tinggi, yaitu terdiri dari 70 kg N (± 156 kg urea), 20 kg P2O5 (±42 kg TSP), dan 110 kg K2O (± 220 kg KCl) per hektar pada tingkat hasil 15 ton ubi basah.
b)       Pemupukan bertujuan menggantikan unsur hara yang terangkut saat panen, menambah kesuburan tanah, dan menyediakan unsur hara bagi tanaman.
c)       Dosis pupuk yang tepat harus berdasarkan hasil analisis tanah atau tanaman di daerah setempat.
d)       Dosis pupuk yang dianjurkan  secara umum adalah 45-90kg N/ha (100-200 kg urea/ha)  ditambah 25 kg P2O5/ha (±50 kg TSP/ha)  ditambah 50 kg K2O/ha (±100 kg KCl/ha).
e)       Pemupukan dapat dilakukan dengan sistem larikan (alur) dan sistem tugal.
f)        Pemupukan dengan sistem larikan mula-mula buat larikan (alur) kecil di sepanjang guludan sejauh 7-10 cm dari batang tanaman, sedalam 5-7 cm, kemudian sebarkan pupuk secara merata ke dalam larikan sambil ditimbun dengan tanah.

6.     Penjarangan dan Penyulaman
            Selama 3 (tiga) minggu setelah ditanam, penanaman ubi jalar harus harus diamati kontinu, terutama bibit yang mati atau tumbuh secara abnormal.  Bibit yang mati harus segera disulam. Cara menyulam adalah dengan mencabut bibit yang mati, kemudian diganti dengan bibit yang baru, dengan menanam sepertiga bagian pangkal setek ditimbun tanah. Penyulaman sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari, pada saat sinar matahari tidak terlalu terik dan suhu udara tidak terlalu panas. Bibit (setek) untuk penyulaman sebelumnya dipersiapkan atau ditanam ditempat yang teduh.

7.     Penyiangan & Pembubunan
            Pada sistem tanam tanpa mulsa jerami, lahan penanaman ubi jalar biasanya mudah ditumbuhi rumput liar (gulma). Gulma merupakan pesaing tanaman ubi jalar, terutama dalam pemenuhan kebutuhan akan air, unsur hara, dan sinar matahaari. Oleh karena itu, gulma harus segera disiangi. Bersama-sama kegiatan penyiangan dilakukan pembumbunan, yaitu menggemburkan tanah guludan, kemudian ditimbunkan pada guludan tersebut. Penyiangan dan pembubunan tanah biasanya dilakukan pada umur 1 bulan setelah tanam, kemudian diulang saat tanaman berumur 2 bulan.
            Tata cara penyiangan dan pembumbunan meliputi tahap-tahap sebagai berikut:
1.      Bersihkan rumput liar (gulma) dengan kored atau cangkul secara hati-hati agar  tidak merusak akar tanaman ubi jalar.
2.      Gemburkan tanah disekitar guludan dengan cara memotong lereng guludan,  kemudian tanahnya diturunkan ke dalam saluran antar guludan.
3.      Timbunkan kembali tanah ke guludan semula, kemudian lakukan pengairan  hingga tanah cukup basah. 

8.     Pengairan
a)       Meskipun tanaman ubi jalar tahan terhadap kekeringan, fase awal  pertumbuhan memerlukan ketersediaan air tanah yang memadai.
b)       Seusai tanam, tanah atau guludan tempat pertanaman ubi jalar harus diairi, selama 15-30 menit hingga tanah cukup basah, kemudian airnya dialirkan keseluruh pembuangan.
c)       Pengairan berikutnya masih diperlukan secara kontinu hingga tanaman ubi jalar berumur 1-2 bulan.
d)       Pada periode pembentukan dan perkembangan ubi, yaitu umur 2-3 minggu sebelum panen, pengairan dikurangi atau dihentikan.
e)       Waktu pengairan yang paling baik adalah pada pagi atau sore hari.
f)        Di daerah yang sumber airnya memadai, pengairan dapat dilakukan kontinu seminggu sekali.
g)       Hal Yang penting  diperhatikan dalam kegiatan pengairan adalah menghindari agar tanah tidak terlalu becek (air menggenang).
h)       Pada musim kemarau, pengairan merupakan kunci untuk mencapai produktivitas tinggi.
i)         Pengairan yang cukup dapat menghindarkan ubijalar dari serangan hama boleng (Cylas formicarius ).

9.     Hama Dan Penyakit
a.      Hama
     Penggerek Batang Ubi Jalar (Omphisa anastomasalis). Stadium hama yang merusak tanaman ubi jalar adalah larva (ulat). Cirinya adalah membuat lubang kecil memanjang (korek) pada batang hingga ke bagian ubi. Di dalam lubang tersebut dapat ditemukan larva ulat.
     Tikus (Rattus rattus sp) Hama tikus biasanya menyerang tanaman ubi jalar yang berumur cukup tua atau sudah pada stadium membentuk ubi. Hama Ini menyerang ubi dengan cara mengerat dan memakan daging ubi hingga menjadi rusak secara tidak beraturan. Bekas gigitan tikus menyebabkan infeksi pada ubi dan kadang-kadang diikuti dengan gejala pembusukan ubi. Pengendalian: sistem gerepyokan untuk menangkap tikus dan langsung dibunuh; penyiangan dilakukan sebaik mungkin agar tidak banyak sarang tikus disekitar ubi jalar; pemasangan umpan beracun, seperti Ramortal atau Klerat.

b.      Penyakit
     Kudis atau Scab. Penyebab: cendawan Elsinoe batatas. Gejala: adanya benjolan pada tangkai sereta urat daun, dan daun-daun berkerut seperti kerupuk. Tingkat serangan yang berat menyebabkan daun tidak produktif dalam melakukan fotosintesis sehingga hasil ubi menurun bahkan tidak menghasilkan sama sekali. Pengendalian: pergiliran/rotasi tanaman untuk memutus siklus hidup penyakit; penanaman ubi jalar bervarietas tahan penyakit kudis, seperti daya dan gedang; kultur teknik budi daya secara intensif; penggunaan bahan tanaman (bibit) yang sehat.

























BAB III
PEMBAHASAN

1.      Kedelai
     Hasil analisis ragam menunjukanbahwa sistem olah tanah berpengaruh sangat nyata terhadap peubah pengamatan tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah cabang produktif, jumlah polong, berat 100 biji kering dan berat segar brangkasan. pengolahan tanah sebanyak tiga kali memberikan hasil yang terbaik terhadap komponen pertumbuhan tinggi tanaman , jumlah daun, serta jumlah cabang produktif dan berbeda nyata dengan pengolahan tanah sebanyak dua kali dan pengolahan tanah sebanyak satu kali. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa setiap penambahan sistem olah tanah akan menaikkan pertumbuhan tinggi tanaman kedelai, jumlah daun dan jumlah cabang produktif tanaman kedelai. Pengolahan tanah sebanyak 2 kali dapat menaikkan rata-rata pertumbuhan tinggi tanaman sebesar 0.5 cm dari pengolahan tanah sebanyak 1 kali. Pengolahan tanah sebanyak 3 kali menaikkan pertumbuhan rata-rata tinggi tanaman kedelai sebesar 6.6 cm dari pengolahan tanah sebanyak 1 kali dan pertumbuhan rata-rata tinggi tanaman sebesar 6.2 cm dari pengolahan tanah sebanyak 2 kali. Hal ini disebabkan karena dengan pengolahan tanah sebanyak tiga kali menjadikan tanah semakin gembur sehingga akar tanaman lebih mudah masuk kedalam tanah dan lebih mudah menyerap unsur hara yang terdapat didalam tanah yang dipergunakan oleh tanaman untuk pertumbuhannya. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Suwardjono dan Dariah (1995), yang menyatakan bahwa struktur tanah yang baik menjadikan perakaran berkembang dengan baik sehingga semakin luas bidang serapan terhadap unsur hara. Selanjutnya menurut Rafiuddin et al (2006), menyatakan bahwa pengerjaan tanah untuk mendapatkan keadaan olah tanah yang baik mempunyai tujuan memberantas gulma, memasukkan dan mencampurkan sisa tanaman kedalam tanah dan menggemburkan tanah sehingga terdapat keadaan olah tanah sempurna yang diperlukan oleh akar tanaman dan akhirnya akan meningkatkan peredaran udara, infiltrasi air, pertumbuhan akar dan pengambilan unsure hara oleh akar. Menurut Situmpul dan Guritno (1995), tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang diterapkan. Ini didasarkan atas kenyataan bahwa tinggi tanaman merupakan ukuran pertumbuhan yang paling mudah dilihat Setiap penambahan sistem olah tanah akan menaikkan pertumbuha jumlah daun tanaman kedelai. Pengolahan tanah sebanyak 3 kali akan menambah rata-rata jumlah pertumbuhan daun sebesar 5 helai dari sistem pengolahan tanah sebanyak 1 kali dan 3 helai daun dari sistem pengolahan tanah sebanyak 2 kali. Sistem olah tanah sebanyak 2 kali akan menaikkan jumlah pertumbuhan daun sebesar 1.3 helai dari sistem olah tanah sebanyak 1 kali. Perlakuan sistem olah tanah mempengaruhi banyak sedikitnya jumlah daun dari setiap tanaman kedelai. Keadaan tanah yang gembur menghasilkan jumlah daun yang lebih banyak dari pada keadaan tanah yang padat. Menurut Ma’sumah (2002), sistem olah tanah sempurna akan memberikan jumlah daun yang lebih banyak pada tanaman dari pada sistem tanpa olah tanah. Daun memegang peranan yang sangat penting bagi poduktivitas suatu tanaman. Jumlah dan ukuran daun dipengaruhi oleh genotipe dan factor lingkungan. Faktor lingkungan yang berpengaruh adalah faktor tanah, air, cahaya dan unsur hara. Dwidjoseputro (1994), menyatakan bahwa daun merupakan bagian tanaman yang mempunyai fungsi sangat penting, karena semua fungsi yang lain tergantung pada daun secara langsung atau tidak langsung.
2.      Talas









BAB IV
KESIMPULAN

1.      Kedelai
a.         Perlakuan sistem olah tanah yang terbaik dalam meningkatkan tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah caban produktif, jumlah polong, bobot 100 biji kering dan berat segar brangkasan tanaman kedelai adalah sistem pengolahan tanah sebanyak 3 kali.
b.        Berdasarkan hasil uji, sistem olah tanah sebanyak 3 kali menunjukan hasil yang berbeda nyata sampai berbeda sangat nyata dengan sistem pengolahan tanah sebanyak 2 kali dan sistem olah tanah sebanyak 1 kali untuk semua peubah pengamatan.
2.      Talas
                 Faktor rasio tepung talas dengan pati jagung berpengaruh nyata (α = 5%) terhadap kadar pati, kadar air, daya kembang, kecerahan (L), kemerahan (a+), dan kekuningan (b+) cookies. Faktor penambahan margarin berpengaruh nyata (α = 5%) terhadap kadar lemak, daya patah, kecerahan (L), dan kekuningan (b+) cookies. Pada uji organoleptik mutu hedonik, faktor rasio tepung talas dengan pati jagung dan faktor penambahan margarin berpengaruh nyata (α = 5%) pada penilaian panelis terhadap penampakan, kehalusan tekstur, warna, dan kerenyahan cookies. Cookies perlakuan terbaik diperoleh dari perlakuan rasio tepung talas dengan pati jagung 60:40 dengan tingkat penambahan margarin 85%. Angka Kecukupan Gizi (AKG) per takaran saji pada cookies perlakuan terbaik antara lain: lemak 15,20%, protein 1,20%, karbohidrat 6,12%.
3.      Ubi Jalar
1.         Terdapat pengaruh konsentrasi larutan kalsium klorida (CaCl2) dan lama perendaman dalam larutan terhadap perubahan fisik dan kimia ubi jalar ungu selama penyimpanan, dengan perlakuan terbaik terdapat pada perendaman dalam larutan CaCl2 8% selama 120 menit.
2.         Pemberian CaCl2 dapat menghambat penguapan air dan dapat menghambat terjadinya pelunakan pada ubi. Selain itu juga dapat mempertahankan warna ubi dan dapat menghambat hidrolisis pati sehingga ubi lebih tahan lama.
3.         Ubi yang tidak direndam dalam CaCl2 (kontrol) hanya dapat disimpan hingga 5 minggu, sedangkan dengan perendaman ubi dalam larutan CaCl2 8% selama 120 menit maka ubi dapat dapat disimpan hingga 7 minggu atau 2 minggu lebih lama dibandingkan kontrol.














Daftar Pustaka
http://tanonmandiritaniorganik.blogspot.com/2012/08/budidaya-ubijalar-ketela-rambat-ipomoea_2513.html

No comments:

Post a Comment