Wednesday 24 June 2015

DAMPAK PENGGUNANAAN STRYROFOAM TERHADAP KESEHATAN DAN LINGKUNGAN

TUGAS TERSTRUKTUR
EKONOMI SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN
“Dampak Penggunanaan Stryrofoam Terhadap Kesehatan Dan Lingkungan”









Oleh    :
Moch. Bachrul alam
A0A013078




KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2015



DAMPAK PENGGUNAAN STRYROFOAM TERHADAP KESEHATAN Dan LINGKUNGAN
Styrofoam merupakan salah satu pilihan yang paling popular untuk digunakan sebagai pengemas barang-barang yang rentan rusak maupun makanan sekalipun. Styrofoam memiliki keunggulan yaitu praktis dan tahan lama. Hal inilah yang menjadi daya tarik yang cukup kuat bagi para penjual maupun konsumen makanan untuk menggunakannya. Sampai saat ini belum banyak yang sadar bahaya dibalik penggunaan kemasan styrofoam.
Styrofoam sebagai kemasan makanan, sebaiknya penggunaannya bukan sekedar sebagai bungkus tetapi perlu diperhatikan keamanannya, karena fungsi dari kemasan makanan yaitu untuk kesehatan, pengawetan dan kemudahan. Menurut beberapa penelitian telah diketahui bahwa styrofoam berbahaya bagi kesehatan. Menurut Mulyanto (2013), bahaya styrofoam berasal dari butiran-butiran styrene, yang diproses dengan menggunakan benzana. Benzana inilah yang termasuk zat yang dapat menimbulkan banyak penyakit (Mulyanto, 2013).
Selain itu, Styrofoam juga terbukti tidak ramah lingkungan, karena tidak dapat diuraikan sama sekali. Bahkan pada proses produksinya sendiri menghasilkan limbah yang tidak sedikit sehingga dikategorikan sebagai penghasil limbah berbahaya ke-5 terbesar di dunia oleh EPA (Enviromental Protection Agency).
Penggunaan Styrofoam
Pengunaan styrofoam salah satunya adalah sebagai kemasan atau wadah makanan karena bahan ini memiliki beberapa kelebihan. Bahan tersebut mampu mencegah kebocoran dan tetap mempertahankan bentuknya saat dipegang, mampu mempertahankan panas dan dingin tetapi tetap nyaman dipegang, mempertahankan kesegaran dan keutuhan bahan yang dikemas, biaya murah, serta ringan.
Di Indonesia, penggunaan styrofoam sebagai wadah makanan makin menjamur karena barang ini sangat mudah ditemukan dimana-mana, mulai dari restoran siap saji sampai ke tukang-tukang makanan di pinggir jalan untuk menggunakan bahan ini sebagai pembungkus makanan mereka (Mulyatno, 2013).
Selain digunakan sebagai pembungkus makanan, penggunaannya digunakan untuk bahan pelindung dan penahan getaran barang yang rentan rusak seperti elektronik atau barang pecah belah lainnya.
Bahaya Penggunaan Styrofoam Terhadap Kesehatan
Styrofoam adalah jenis bahan kimia organik yang tidak bisa terurai oleh alam. Styrofoam terdiri dari butiran-butiran styrene yang diproses dengan mengunakan benzena. Sedangkan benzena adalah termasuk zat yang bisa menimbulkan banyak penyakit. Benzena ini menimbulkan masalah pada kelenjar tyroid, menganggu sistem syaraf sehingga menyebabkan kelelahan, mempercepat denyut jantung, sulit tidur, badan menjadi gemetar, dan menjadi mudah gelisah (Anjarimawati, 2010).
Hasil kajian Divisi Keamanan Pangan Jepang pada Juli 2001 mengungkapkan bahwa residu styrofoam dalam keamanan Pangan Kemasan Styrofoam sangat berbahaya. Residu itu dapat menyebabkan endokrin disrupter (EDC) suatu penyakit yang terjadi akibat adanya gangguan pada sistem endokrinologi dan reproduksi manusia akibat bahan kimia karsinogen dalam makanan. Hasil berbagai penelitian yang sudah dilakukan sejak tahun 1930-an, diketahui bahwa stiren, bahan dasar styrofoam, bersifat mutagenik (mampu mengubah gen) dan potensial karsinogen. Semakin lama waktu pengemasan dengan Styrofoam dan semakin tinggi suhu, semakin besar pula migrasi atau perpindahan bahan-bahan yang bersifat toksik tersebut ke dalam makanan atau minuman. Apalagi bila makanan atau minuman tersebut banyak mengandung lemak atau minyak. Toksisitas yang ditimbulkan memang tidak langsung tampak (Sulchan, 2007).
Hasil survei di AS pada tahun 1986 menunjukkan bahwa 100% jaringan lemak orang Amerika mengandung styrene yang berasal dari styrofoam. Penelitian dua tahun kemudian menyebutkan kandungan styrene sudah mencapai ambang batas yang bisa memunculkan gejala gangguan saraf. Faktor yang mempengaruhi perpindahan zat kimia pada Styrofoam ke dalam makanan, antara lain:
1.      Suhu yang tinggi
Semakin panas suatu makanan, semakin cepat pula migrasi bahan kimia styrofoam ke dalam makanan.
2.      Kadar lemak tinggi
Bahan kimia yang terkandung dalam styrofoam akan berpindah ke makanan dengan lebih cepat jika kadar lemak (fat) dalam suatu makanan atau minuman makin tinggi.
3.      Kadar alkohol dan asam yang tinggi
Bahan alkohol dan asam mempercepat laju perpindahan.
4.      Lama kontak
Semakin lama makanan disimpan dalam wadah Styrofoam semakin besar kemungkinan jumlah zat kimia yangbermigrasi ke dalam makanan.
Sifatnya akumulatif dan dalam jangka panjang baru timbul akibatnya. Sementara itu CFC sebagai bahan peniup pada pembuatan styrofoam merupakan gas yang tidak beracun dan mudah terbakar serta sangat stabil. Begitu stabilnya gas ini baru bisa terurai sekitar 65-130 tahun. Gas ini akan melayang di udara mencapai lapisan ozon di atmosfer dan akan terjadi reaksi serta akan menjebol lapisan pelindung bumi. Apabila lapisan ozon terkikis akan timbul efek rumah kaca. Bila suhu bumi meningkat, sinar ultraviolet matahari akan terus menembus bumi yang bisa menimbulkan kanker (Sulchan, 2007).
Menurut Sulchan (2007) terdapat beberapa monomer yang dicurigai berbahaya adalah vynil khlorida, akri lonitril, meta crylonitril venylidine chloride serta shyrene. Bahan-bahan ini memiliki monomer-monomer yang cukup beracun dan diduga keras sebagai senyawa karsinogen. Kedua monomer tersebut dapat bereaksi dengan komponen-komponen DNA seperti vynl khlorida dengan guanine dan sitosin, sedangkan akrilonisil (vynil cyanida) dengan adenine monomer vinile khlorida mengalami metabolisme dalam tubuh melalui pembentukan hasil antara senyawa epoksi cloreshyan oksida. Senyawa epoksida ini sangat reaktif dan bersifat karsinogenik.
Selain itu, pada senyawa pembuat Styrofoam terdapat butil hidroksi toluene (BHT) atau n-butyl stearat. Kandungan zat ini menurut penelitian kimia LIPI dapat memicu timbulnya kanker dan penurunan daya pikir anak. Masalah kesehatan yang dapat muncul setelah terpapar jangka panjang yaitu menyebabkan gangguan pada sistem syaraf pusat, dengan gejala seperti sakit kepala, letih, depresi, disfungsi sistem syaraf pusat (waktu reaksi, memori, akurasi dan kecepatan visiomotor, fungsi intelektual), hilang pendengaran, dan neurofati periperal.
Bahaya Styrofoam terhadap Lingkungan
Selain berefek negatif bagi kesehatan, styrofoam juga tak ramah lingkungan. Karena tidak bisa diuraikan oleh alam, styrofoam akan menumpuk begitu saja dan mencemari lingkungan. Styrofoam yang terbawa ke laut, akan dapat merusak ekosistem dan biota laut. Beberapa perusahaan memang mendaur ulang styrofoam. Namun sebenarnya, yang dilakukan hanya menghancurkan styrofoam lama, membentuknya menjadi styrofoam baru dan menggunakannya kembali menjadi wadah makanan dan minuman.
Data EPA (Enviromental Protection Agency) di tahun 1986 menyebutkan, limbah berbahaya yang dihasilkan dari proses pembuatan styrofoam sangat banyak. Hal itu menyebabkan EPA mengategorikan proses pembuatan styrofoam sebagai penghasil limbah berbahaya ke-5 terbesar di dunia. Selain itu, proses pembuatan styrofoam menimbulkan bau yang tak sedap yang mengganggu pernapasan dan melepaskan 57 zat berbahaya ke udara (Mulyatno, 2013).
Setelah digunakan untuk waktu yang sangat singkat (hanya untuk menaruh membungkus makanan untuk sementara waktu atau melapisi barang elektronik sampai barang itu dibeli) styrofoam yang sudah diproduksi dalam jumlah banyak itu dibiarkan menumpuk dan mencemari lingkungan dan merusak keseimbangan kehidupan biota laut.
Styrofoam berpengaruh terhadap global warming karena senyawa Cloro Fluoro Carbon (CFC) sebagai bahan peniup pada pembuatan styrofoam merupakan gas yang tidak beracun dan mudah terbakar serta sangat stabil. Begitu stabilnya, gas ini baru bisa terurai sekitar 65-130 tahun. Gas CFC digunakan sebagai gas pengembang karena tidak bereaksi, tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berbahaya. Gas ini akan melayang di udara mencapai lapisan ozon diatmosfer dan akan terjadi reaksi serta akan menjebol lapisan pelindung bumi serta menimbulkan efek rumah kaca.
CFC adalah salah satu Gas Rumah Kaca, yang bila berada diatmosfer menyerap sinar inframerah yang dipantulkan oleh bumi. Peningkatan kadar gas rumah kaca akan meningkatkan efek rumah kaca yang dapat menyebabkan terjadinya pemanasan global. Pengaruh masing-masing gas rumah kaca terhadap terjadinya efek rumah kaca bergantung pada besarnya kadar gas rumah kaca di atmosfer, waktu tinggal di atmosfer dan kemampuan penyerapan energi. Makin panjang waktu tinggal gas di atmosfer, makin efektif pula pengaruhnya terhadap kenaikan suhu. Kemampuan gas-gas rumah kaca dalam penyerapan panas (sinar inframerah) seiring dengan lamanya waktu tinggal di atmosfer dikenal sebagai GWP, Greenhouse Warming Potential. GWP adalah suatu nilai relative dimana karbon dioksida diberi nilai 1 sebagai standar (Fadli, 2012).
Zat-zat chlorofluorocarbon, mempunyai nilai GWP lebih tinggi dari 10.000. Itu berarti bahwa satu molekul zat chlorofluorocarbon mempunyai efek rumah kaca lebih tinggi dari 10.000 molekul karbon dioksida. Dengan kata lain, makin tinggi nilai GWP suatu zat tertentu, makin efektif pula pengaruhnya terhadap kenaikan suhu. Kalau tidak ada lapisan ozon, radiasi cahaya ultraviolet mencapai permukaan bumi dan menyebabkan kematianorganisme, tumbuhan menjadi kerdil, ganggang di lautan mati,terjadi mutasi genetic, menyebabkan kanker kulit atau kankerretina mata. Menurut pengamatan melalui pesawat luar angkasa,lubang ozon di atas Kutub Selatan semakin lebar. Saat ini, lubangozon sudah meluas sampai tiga kali benua Eropa. Jika lubangozon melebar, sinar ultraviolet yang memasuki bumi semakintinggi intensitasnya. Ekosistem laut dan pertanian terganggu dan insiden penyakit kanker kulit meningkat. Karena itu penggunaan gas CFC harus dibatasi atau bahkan dihentikan (Fadli, 2012).
Solusi bagi Penggunaan Styrofoam
Seperti yang telah diuraikan di atas, styrofoam ini berdampak buruk terhadap kesehatan dan lingkungan, maka perlu dicari solusi agar penggunaannya dapat diminimalisir atau dihentikan sama sekali.
Beberapa tahun lalu, penyedia makanan siap saji dari Amerika mengumumkan akan mengganti wadah styrofoam dengan kertas. Para ahli lingkungan menyebutkan keputusan itu sebagai ”kemenangan lingkungan” karena styrofoam sangat berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan. Keputusan ini menyusul hal serupa oleh perusahaan-perusahaan makanan siap saji lainnya. (Mulyatno, 2013)
Beberapa cara yang telah diusahakan untuk mengurangi dampak buruk dari Styrofoam antara lain:
1. Fokus Pengemas baru yang ramah lingkungan
2. Menghentikan penggunaan Styrofoam
3. Menciptakan Kemasan Plastic Biodegradable
4. Memanfaatkan Limbah Styrofoam sebagai Bahan Bangunan
5. Upaya mendegradasi styrofoam



DAFTAR PUSTAKA

Mulyanto, 2013. Bahaya Styrofoam Bagi Kesehatan. [Online]. Tersedia: http://www.itd.unair.ac.id/index.php?option=com_content&view=article.
Pahri. (2012). Penggunaan Styrofoam. [Online]. Tersedia: pajrimandalabloger.blogspot.com. (23 Mei 2015)
Sulchan, dkk. (2007). Keamanan Pangan Kemasan Plastik dan Styrofoam. Maj Kedokt Indon, Volum: 57, Nomor: 2, Pebruari 2007

Zamroni, A. (2002). Studi Pengaruh Radiasi Sinar Matahri terhadap Plastik Polisterina. [Online]. Tersedia: library.um.ac.id/free-contents/ (18 Oktober 2013)

TEORI PRODUKSI

I.                   PENDAHULUAN

Latar belakang
Produksi adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk menambah nilai guna suatu barang dan dapat pula diartikan sebagai upaya untuk mengubah input menjadi output. Produsen adalah mereka yang melakukan produksi.
Kegiatan produksi menjamin kelangsungan hidup masyarakat dan perusahaan.oleh karena itu harus dilakukan dalam keadaan apa pun baik oleh pemerintah maupun swasta. Namun produksi tidak mungkin bisa berjalan bila tidak ada bahan yang memungkinkan untuk dilakukan proses produksi itu sendiri. Untuk melakukan proses produksi memerlukan tenaga manusia, sumber-sumber daya alam, modal , serta keahlian. Yang semuanya itu biasa disebut faktor produksi.
Untuk melihat seluk beluk kegiatan perusahaan dalam memproduksi dan menawarkan barangnya diperlukan analisis keatas berbagai aspek kegiatan memproduksinya. Pertama-tama harus dianalisis sampai dimana faktor-faktor produksi akan digunakan untuk mengahasilkan barang yang akan diproduksikan. Sesudah itu perlu pula dilihat biaya produksi untuk menghasilkan barang-barang tersebut. Dan pada akhirnya perlu dianalisis bagaimana seorang pengusaha akan membandingkan hasil penjualan produksinya dengan biaya produksi yang dikeluarkannya, untuk menentukan tingkat produksi yang akan memberikan keuntungan yang maksimum kepadanya.

Wednesday 13 May 2015

LAPORAN PENGUKURAN INTENSITAS PENYAKIT TANAMAN DAN ANALISIS AGROEKOSISTEM

LAPORAN PRAKTIKUM
PENGENDALIAN HAMA PENYAKIT TERPADU

ACARA III
PENGUKURAN INTENSITAS PENYAKIT TANAMAN DAN ANALISIS AGROEKOSISTEM



images (1).jpg


Oleh    :
Moch. Bachrul alam
A0A013078


KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
LABORATORIUM PERLINDUNGAN TANAMAN
PURWOKERTO
2014


Tuesday 12 May 2015

LAPORAN PENGENALAN HAMA DAN GEJALA SERANGAN

LAPORAN PRAKTIKUM
PENGENDALIAN HAMA PENYAKIT TERPADU

ACARA II
PENGENALAN HAMA DAN GEJALA SERANGAN



images (1).jpg


Oleh    :
Moch. Bachrul alam
A0A013078


KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
LABORATORIUM PERLINDUNGAN TANAMAN
PURWOKERTO
2014

LAPORAN PENGENALAN PATOGEN DAN GEJALA PENYAKIT TANAMAN

LAPORAN PRAKTIKUM
PENGENDALIAN HAMA PENYAKIT TERPADU

ACARA I
PENGENALAN PATOGEN DAN GEJALA PENYAKIT TANAMAN



images (1).jpg


Oleh    :
Moch. Bachrul alam
A0A013078


KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
LABORATORIUM PERLINDUNGAN TANAMAN
PURWOKERTO
2014

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Patogen tanaman
Penyakit tanaman sebagian besar disebabkan oleh jamur. Lebih dari 250.000 spesies jamur sebagai pathogen tanaman. Hampir semua jamur dalam hidupnya pada tanaman inangnya dam sebagian dalam tanah dan sisa-sisa tanaman. Penyakit tanaman yang disebabkan oleh jamur sering dikenal dari bagian organ tanaman yang terinfeksi dan dari tipe gejala yang dihasilkan. Tipe umum penyakit tanaman yang disebabkan oleh jamur adalah damping-off (rebah kecambah), root rots ( busuk akar), vascular wilt(layu pembuluh), downy dan powdery mildew, leaf spot (bercak daun) dan bligh (hawar), rust (karat), smuts(gosong), antraknosa, gall, dieback (mati ujung) dan penyakit pasca panen.
a.       Jamur
Jamur adalah organisme heterotrof, tidak berklorofil, berinti sel, struktur somatiknya terdiri dari filament yang bercabang-cabang, dinding sel mengandung selulosa atau kitin atau keduanya bersama molekul organic lainnya. Umumnya berkembang biak dengan spora baiksecara seksusal maupun aseksual atau menggunakan bagian vegetative jamur.
Bagian vegetative jamur umumnya berupa benang-benang halus, memanjang, bersekat atau tidak bersekat yang disebut hifa, dan kumpulan benang-benang hifa tersebut disebut miselium. Miselium dapat dibedakan menjadi dua tipe pokok yaitu :
1.      Miselium yang tidak bersekat (coenocytic)
2.      Miselium yang bersekat (cellular
Didalam hidupnya, hifa-hifa tersebut dapat membentuk struktur khusus yang berfungsi tertentu, antara lain : haustorium, sklerotium, apresorium, stroma, dan alat reproduksi seperti : gametongium, sporangium dan sporangiofor, konidium dan konidiofor, klamidospora dan bermacam badan buah (apotesium, peritesium, kleistosium, aservulus, piknidium, sporodokium, koremium).
b.      Bakteri
Bakteri adalah mikroorganisme bersel satu (unisellular) yang tidak mempunyai klorofil dan berkembang biak dengan cara pembelahan (budding), hidup secara saprofitik atau parasitic dan memperoleh makanan dari bahan organic yang mati atau masik hidup.
Sel bakteri ada yang berbentuk bola (coccus), tongkat (bacilli) dan spiral (spirillus). Bakteri ada yang mempunyai organ untuk bergerak yang disebut flagella, dan ada pula yang tidak mempunyai flagella (atricus). Golongan yang mempunyai flagella ada yang mempunyai satu flagella pada bagian ujung sel bakteri dan disebut monotrichus (contoh : xanthomonas sp.), ada yang mempunyai seberkas flagella yang merata diseluruh permukaan tubuh disebut pritrishus,sedangkan yang mempunyai dua berkas flagella dikedua ujungnya disebut amfitrichus.
c.       Virus
Virus adalah suatu partikel atau zarah sub-mikroskopis yang terdiri dari protein kapsid di bagian luar protein kapsomer (coat)yang keduanya membungkus asam nukleat. Asam nukleat bersifat menular dalam bentuk salah satu yaitu asam ribonukleat (RNA) atau asam deoksorobonukleat (DNA). Asam nukleat virus memperbanyak diri (replikasi) dengan bantuan ribosom sel inang, mensintesis protein mantel virus dan menggunakan kemampuan sintetiknya untuk membuat cetakan dirinya membentuk lebih banyak RNA, kemudian penggabungan protein virus  dengan RNA hasil replikasi membentuk partikel virus baru (virion).
Ada perbedaan yang luas dalam morfologi dan ukuran virus, yang sangat membantu dalam klasifikasi khususnya dalam mendeteksi virus. Pada dasarnya virus tumbuhan dapat digolongkan ke dalam tiga bentuk spherical atau berbentuk bulat yang sering pula disebut polyhedral atau isometri, memanjang atau batang (elongate) dan bentuk benang (filament).
Ada beberapa kelompok virus :
1.      Partikel virus berbentuk isometric anatara lain tobacco necrosis virus, caulimovirus nm, reovirus tumbuhan 65-75nm, cucumovirus (contoh : cucumber mosaic virus 28-30nm).
2.      Partikel virus yang berbentuk batang memanjang antara lain : tobravirus 46-114nm dan 180-219 nm.
3.      Partikel virus berbentuk filament lentur antara lain kelompok potexvirus (potato virus x) mempunyai panjang 470-580 nm, lebar 11-13 nm, kelompok carlavirus (potato virus S) mempunyai panjang 620-700 nm dan lebar 12 nm, kelompok potyvirus (potato virus Y) kebanyakan mempunyai ukuran 11 nm dan lebar 680-900 nm, terpanjang adalah kelompok closterovirus yang sangat lentuk, mempunyai panjang 1.250-2500 nm.
Gejala Penyakit Tanaman
Gejala adalah keadaan penyakit yang merupakan perwujudan dari reaksi fisiologis dari tanaman terhadap kegiatan yang bersifat merusak yang disebabkan pathogen. Setiap penyakit pada tanaman tertentu akan memberikan gejala khusus, yang biasanya timbul dalam suatu rangkaian selama terjadinya penyakit.
Gejala yang dapat diamati secara langsung disebut juga gejala morfologis. Gejala ini dapat dilihat dengan mata tanpa bantuan alat, atau juga dapat dirasa, dibaui, diraba. Sedangkan gejala yang hanya diamati dengan bantuan alat seperti mikroskop disebut sebagai gejala histologist.
Gejala morfologis ada tiga macam yaitu : nekrosa, hipoplasia, hyperplasia. Nekrosa adalah gejla penyakit yang disebabkan oleh protoplas yang diikuti oleh kematian sel, jaringan, organ dan seluruh tanaman. Gejala nekrotik yang timbul sebelum kematian protoplas disebut plesionekrotik. Ada tiga gejala yang termasuk dalam plesionekrotik yaitu menguning (yellowing), layu (wilting), dan hidrosis (adanya jaringan yang Nampak bening). Gejala nekrotik yang ada setelah kematian protoplas disebut holonekrotik. Gejala holonekrotik dapat dibagi menjadi 3 berdasarkan tempat terjadinya, yaitu pada organ bahan penyimpanan (buah, biji, umbi dan akar). Pembusukan yang terjadi bersifat lunak atau basah disebut gejala bocor (leak), sedangkan yang kering disebut mumifikasi. Nekrosa pada jaringan tanaman yang hijau misalnya rebah kecambah (damping off), bercak (spot), bintik kecil (fleck), nekrotik pada batang dan tulang daun ( streak), nekrosa tanpa batas yang jelas karena kematian yang cepat dari seluruh tanaman atau bagian daun (hawar=blight), kematian mendadak dari kuncup yang belum membuka atau pembungaan (blast), rontoknya buah akibat nekrosis yang meluas (shelling) dan lain-lain. Nekrosa pada jaringan kayu yang sakit (bleeding).
Hipoplasia merupakan kegagalan tanaman atau organ untuk berkembang secara penuh, missal kerdil (dwarfing), kegagalan membentuk warna hijau dan hanya menghasilkan warna kuning (klorosis), daun bercorak warna hijau dan kuning ( mosaic).
Hyperplasia merupakan hasil dari perkembangan yang berlebihan baik ukuran dan warna atau juga perkembangan bagian organ yang terlalu dini secara tidak wajar, missal : pertumbuhan yang berlebihan (gigantisme), perkembangan warna yang berlebihan (hiperkronik), perubahan dari jaringan dari satu bentuk menjadi bentuk lain ( metaplastik), perkembangan pucuk yang premature dan mati pucuk (proleptik).



B.     Tujuan
1.      Mengenal dan mempelajari morfologi pathogen tanaman
2.      Mengenal gejala penyakit pada tanaman hortikultura, pangan, dan perkebunan.







BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pengenalan jenis - jenis penyakit pada tanaman dapat dilakukan dengan cara percobaan di lapang pada setiap fase pertumbuhan tanaman. Timbulnya penyakit dapat bervariasi tergantung dari fase pertumbuhan tanaman, musim, lokasi dan varietas. Kombinasi dari beberapa penyakit dapat terjadi misalnya kombinasi beberapa cendawan atau bahkan kombinasi dari cendawan, bakteri, dan virus (Wigenasanta, 2004).
Penyakit tanaman dapat didefinisikan sebagai penyimpangan sifat normal yang menyebabkan tanaman tidak dapat melakukan kegiatan fisiologis seperti biasanya (Martoredjo, 1989).
Penyakit tumbuhan dapat disebabkan oleh faktor biotik dan abiotik. Penyebab penyakit yang bersifat biotik umunya parasitik pada tumbuahn, dapat ditularkan, dan disebut penyakit biogenik. Adapun penyakit yang bersifat abiotik tidak parasit, tidak menular, dan biasa disebut penyakit fisiogenik. Penyebab yang parasitik terdiri dari beberapa golongan seperti virus, viroid, fitoplasma bakteri, cendawan, riketsia, protozoa, nematode dan tumbuhan tingkat tinggi (Sinaga, 2003).
Patogen dalam arti luas adalah tiap agen yang menyebabkan penyakit. Namun, istilah ini biasanya hanya digunakan untuk menunjukkan penyebab penyakit yang tergolong organisme yang hidup saja terutama, cendawan, bakteri, nematoda, virus, dan tumbuhan parasitik yang menyerang tumbuhan (Sinaga, 2003).
Patogen adalah sesuatu yang dapat menyebabkan penyakit. Patogen berasal dari bahasa Yunani,Pathos yang berarti menderita dan genesis yang berarti asal. Umumnya istilah patogen hanya dipakai untuk jasad yang dalamkeadaan sesuai dapat menimbulkan penyakit pada jasad lain (Semangun, 1996).
Penyakit akan terjadi apabila ada patogen yang ganas menyerang tanaman yang rentan, di dukung lingkungan yang mendukung patogen untuk menyerang tanaman yang rentan (Tjahjadi, 1989).
Penyakit bisa muncul karena disuatu tempat ada tanaman, pathogen serta lingkungan. Ini yang disebut segitiga penyakit dimana munculnya penyakit karena tiga faktor itu. Salah satu faktor tidak ada atau tidak memenuhi syarat maka penyakit tidak akan muncul. Syarat yang harus dipenuhi oleh ketiga faktor agar muncul penyakit adalah tanaman harus peka, penyebab penyakit harus virulen (fitdan ganas), dan lingkungan mendukung (Nasution, 2008).
Sebagian besar penyebab penyakit pada tumbuhan disebabkan oleh cendawan. Golongan cendawan patogen tumbuhan memiliki anggota yang sangat beragam. Oleh karena itu, kehadiran cendawan patogen tumbuhan perlu selalu diwaspadai (Sinaga, 2003).      
Penyakit tanaman merupakan adanya penurunan dari keadaan normal dari tanaman yang menyela atau memodifikasi fungsi-fungsi vitalnya. Penyakit tanaman sebagian besar disebabkan oleh jamur, bakteri, dan virus.  Penyakit tanaman lebih sering diklasifikasikan oleh gejala mereka daripada oleh agen penyakit, karena penemuan agen mikroskopis seperti bakteri tanggal hanya dari 19 persen ( Jackson, 2009).
Tanaman yang sakit adalah tanaman yang tidak dapat melakukan aktifitasfisiologis secara sempurna, yang akan mengakibatkan tidak sempurnanya produksi baik secara kualitas maupun kuantitas. Secara umum penyakit tanamandiakibatkan oleh faktor biotik dan abiotik. Faktor biotik adalah penyakit tanamanyang disebabkan oleh mikroorganisme (mahluk hidup) yang antara lain berupa jamur, bakteri, virus, nematoda, MLO dan lain-lain. Sedangkan faktor abiotik antara lain pengaruh dari suhu, kelembaban, defisiensi unsur hara atau keracunanunsur hara (Mynature-faiq, 2010).
Penyakit dapat dikenal dengan mata telanjang dari gejalanya. Penyakit tumbuhan yang belum ada campur tangan manusia merupakan hasil interaksi antara patogen, inang dan lingkungan. Konsep ini disebut dengan segitiga penyakit atau plant disease triangle, sedangkan penyakit tanaman yang terjadi setelah campur tangan manusia adalah interaksi antara patogen, inang, lingkungan dan manusia. Konsep ini disebut segi empat penyakit atau plant disease square(Triharso, 1996).






BAB III
                                               METODE PRAKTIKUM      
a.      Bahan dan Alat
Bahan dan alat yang digunakan dalam praktikum yaitu preparat pathogen, alcohol 70%, air steril, preparat awetan gejala penyakit tanaman, tanaman sakit dari lapangan, jarum ose, silet, pinset, jarum inokulasi, mikroskop, gliserin, lactophenol cooton blue, gelas benda.

b.      Prosedur Kerja
1.      Pemeriksaan preparat pathogen tanaman
a.       Periksalah dan amati setiap bentukan pathogen atau bagian pathogen yang tersedia
b.      Gambarlah dengan jelas bentuk-bentuk tersebut dan berilah keterangan secukupnya mengenai nama specimen, betuk, warna, ada atau tidak adanya sekat, jumlah sekat, jumlah sel, dan dinding sel.
2.      Identifikasi pathogen
a.       Amati gejala dan tanda penyakit tanaman karena jamur pada bagian daun, batang, buah dan akar.
b.      Cocokkan dengan buku rujukan mengenai gejala dan patogennya
c.       Lakukan pemeriksaan secara mikriskopik, dengan bagian tanaman atau tanda penyakit pada gejala tersebut pada gelas benda yang sudah ditetesi gliserin atau laktofenol cotton blue, dan ditutup dengan gelas penutup. Cara penyiapan specimen ini dapat dilakukan dengan menggunakan selotip.
d.      Amati morfologi jamurnya yaitu : bentuk spora, warna, hifa, miselium, struktur pembawa spora, klamidospora, sporangium, kolumela, askus, askospora, basidiospora, basidium, jumlah sekat konodium, jumlah sel, ketebalan dinding sel, dan badan buah yang Nampak, samakan dengan buku rujukan. Selain itu, pengamatan tambahan yang diperlukan jika jamur dari hasil isolasi (biakan)seperti : warna dan keragamannya, kualitas permukaan koloni (seperti kapas, mengkerut, cembung), tepi koloni (tak beraturan, rata), pola (menjari, membunga, seperti jari laba-laba), zat warna yang dikeluarkan, dan organ yang dibentuk ( sklerotium, seta, sinema).
e.       Buatlah posisi taksonomi secara lengkap dari jamur yang sudah diidentifikasi.
f.       Gambar gejala dan pathogen.
3.      Gejala penyakit tanaman
a.       Gambarlah dengan jelas gejala penyakit pada contoh bagian tanaman yang telah disediakan serta berikan penjelasan pada gambar yang dibuat.
b.      Berikan keterangan dengan tepat menganai gejala penyakit tersebut, yaitu :
a.       Nama inang           :
b.      Nama pathogen     :
c.       Tipe gejala             :
d.      Keterangan            :
Bagian yang sehat : warna
Bagian yang sakit  :warna, bentuk, perubahan yang terjadi




BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.    Hasil
Terlampir
B.     Pembahasan
Penyakit tanaman dapat didefinisikan sebagai penyimpangan sifat normal yang menyebabkan tanaman tidak dapat melakukan kegiatan fisiologis seperti biasanya (Martoredjo, 1989).
Penyakit tumbuhan dapat disebabkan oleh faktor biotik dan abiotik. Penyebab penyakit yang bersifat biotik umunya parasitik pada tumbuahn, dapat ditularkan, dan disebut penyakit biogenik. Adapun penyakit yang bersifat abiotik tidak parasit, tidak menular, dan biasa disebut penyakit fisiogenik. Penyebab yang parasitik terdiri dari beberapa golongan seperti virus, viroid, fitoplasma bakteri, cendawan, riketsia, protozoa, nematode dan tumbuhan tingkat tinggi (Sinaga, 2003).
Bakteri (dari kata Latin bacterium; jamak: bacteria) adalah kelompok organisme yang tidak memiliki membran inti sel. Organisme ini termasuk ke dalam domain prokariota dan berukuran sangat kecil (mikroskopik), serta memiliki peran besar dalam kehidupan di bumi. Beberapa kelompok bakteri dikenal sebagai agen penyebab infeksi dan penyakit, sedangkan kelompok lainnya dapat memberikan manfaat dibidang pangan, pengobatan, dan industri. Struktur sel bakteri relatif sederhana: tanpa nukleus/inti sel, kerangka sel, dan organel-organel lain seperti mitokondria dan kloroplas. Hal inilah yang menjadi dasar perbedaan antara sel prokariot dengan sel eukariot yang lebih kompleks.
Berdasarkan bentuknya, bakteri dibagi menjadi tiga golongan besar, yaitu:
1.      Kokus (Coccus) adalah bakteri yang berbentuk bulat seperti bola dan mempunyai beberapa variasi sebagai berikut:
a.       Mikrococcus, jika kecil dan tunggal
b.      Diplococcus, jka berganda dua-dua
c.       Tetracoccus, jika bergandengan empat dan membentuk bujur sangkar
d.      Sarcina, jika bergerombol membentuk kubus
e.       Staphylococcus, jika bergerombol
f.       Streptococcus, jika bergandengan membentuk rantai
2.      Basil (Bacillus) adalah kelompok bakteri yang berbentuk batang atau silinder, dan mempunyai variasi sebagai berikut:
a.       Diplobacillus, jika bergandengan dua-dua
b.      Streptobacillus, jika bergandengan membentuk rantai
3.      Spiral (Spirilum) adalah bakteri yang berbentuk lengkung dan mempunyai variasi sebagai berikut:
a.       Vibrio, (bentuk koma), jika lengkung kurang dari setengah lingkaran (bentuk koma)
b.      Spiral, jika lengkung lebih dari setengah lingkaran
c.       Spirochete, jika lengkung membentuk struktur yang fleksibel.
Bentuk tubuh/morfologi bakteri dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, medium, dan usia. Walaupun secara morfologi berbeda-beda, bakteri tetap merupakan sel tunggal yang dapat hidup mandiri bahkan saat terpisah dari koloninya.
Pada saat praktikum, kami mempelajari beberapa virus diantaranya adalah Rhabdovirus.
Rhabdovirus berasal dari bahasa Yunani yaitu Rhabdo yang berarti berbentuk
batang dan Virus yang berarti virus. Jadi Rhabdovirus merupakan virus yang mempunyai bentuk seperti batang.
Klasifikasi
Order : Mononegavirales, Famili : Rhabdoviridae, Genom :Lyssavirus, Spesies : Rhabdovirus (Virus Rabies).
Virus rabies atau Rhabdovirus merupakan salah satu virus yang mempunyai sifat morfologik dan biokimiawi yang lazim dengan virus somatis vesikuler sapi dan beberapa virus hewan, tanaman, dan serangga. Virus rabies dan jenis virus lainnya terdiri dari dua komponen dasar, yaitu sebuah inti dari asam nukleat yang disebut genom dan yang mengelilingi protein yang disebut kapsid.
Rhabdovirus merupakan partikel berbentuk batang atau peluru berdiameter 75 nm x panjang 180 nm. Partikel dikelilingi oleh selubung selaput dengan duri yang menonjol yang panjangnya 10 nm, dan terdiri dari glikoprotein tunggal. Genom beruntai tunggal, RNA negative-sense (12 kb; BM 4,6 x 106) yang berbentuk linear dan tidak bersegmen. Sebuah virus rabies yang lengkap diluar inang (virion) mengandung polimerase RNA. Komposisi dari virus rabies ini adalah RNA sebanyak 4%, protein sebanyak 67%, lipid sebanyak 26%, dan karbohidrat sebanyak 3%. Rhabdovirus melakukan replikasi dalam sitoplasma dan virion bertunas dari selaput plasma. Karakter yang menonjol dari Rhabdovirus ini merupakan virus yang bersusun luas dengan rentang inang yang lebar. Virus ini merupakan jenis virus uang mematikan. Kapsid melindungi genom dan juga memberikan bentuk pada virus.
Pada saat praktikum penyakit yang disebabkan oleh jamur yang kami amati yaitu bercak daun garis coklat (Cescospora oryzae), trotol atau bercak ungu (Alternaria pori), puru akar akar (Lycopersicon escultentum L), antraknosa (Gloesporium piperatum), gosong pada jagung (Ustilago mayais).
a.       Penyakit bercak daun garis coklat
Penyakit bercak daun cercospora sering disebut bercak coklat sempit (narrow brown leaf spot) disebabkan oleh jamur Cercospora oryzae Miyake.Gejala penyakit timbul pada daun berupa bercak-bercak sempit memanjang, berwarna coklat kemerahan, sejajar dengan ibu tulang daun, dengan ukuran panjang kurang lebih 5 mm dan lebar 1-1,5 mm. Banyaknya bercak makin meningkat pada waktu tanaman membentuk anakan. Pada serangan yang berat bercak-bercak terdapat pada upih daun, batang, dan bunga. Pada saat tanaman mulai masak gejala yang berat mulai terlihat pada daun bendera dan gejala paling berat menyebabkan daun mengering. Infeksi yang terjadi pada pelepah dan batang meyebabkan batang dan pelepah daun busuk sehingga tanaman menjadi rebah.
b.      Penyakit trotol atau bercak ungu
Kingdom : Fungi, Philum: Ascomycota, Kelas: Dothideomycetes, Subklas            : Pleosporomycetidae, Ordo: Pleosporales, Famili: Pleosporaceae : Genus              : Alternaria, Spesies: Alternaria porri
Gejala pertama terjadi bercak kecil, melekuk, berwarna putih hingga kelabu. Jika membesar bercak tampak bercincin-cincin danwarnanya agak keunguan. Tepinya agak kemerahan atau keunguan dan dikelilingi oleh zone berwarna kuning, yang dapat meluas agak jauh di atas atau di bawah bercak. Pada cuaca lembah bercak tertutupi oleh konidiofurdan konidium jamur yang berwarna coklat sampai hitam. Ujung daun yang sakit mongering. Bercak lebih banyak terdapat pada daun yang sudah tua.
Infeksi pada umbi lapis biasanya terjadi saat panen atau sesudanya. Umbi yang membusuk agak berair. Pembusukan mulai dari leher, dan ini mudah dikenal dari warna yang kuning sampai merah kecoklatan. Jika benang-benang jamur yang berwarna gelap itu berkembang. Jaringan yang sakit akan mongering, berwarna gelap dan berstrutur seperti kertas.
c.       Puru akar
Penyebab penyakit puru akar yaitu Meloidogyne spp. merupakan nematoda yang berkembang sangat cepat dan mempunyai daya tekan tinggi terhadap pertumbuhan tanaman dengan gejala khas terlihat pada akar, yaitu berupa bintil-bintil yang disebut dengan puru akar (Whitehead, 1998). Selain terbentuknya gall atau puru pada sistem perakarannya, tanaman yang terserang Meloidogyne spp daunnya mengalami klorosis, tanaman kerdil, daunnya layu dan banyak yang gugur, akar lebih sedikit, dan bila tanaman yang terserang hebat atau parah maka tanaman yang terserang akan mati (Taylor and Sasser, 1978).
d.      Penyakit patek atau antraknosa
Penyakit patek atau antraknosa sangat ditakuti terutama oleh petani cabai. Serangan patek atau antraknosa ini mampu membuyarkan impian petani untuk memetik hasil yang besar, bahkan tidak jarang justru menimbulkan kerugian meskipun harga cabai sedang tinggi. Tanaman yang terserang penyakit patek atau antraknosa yang disebabkan oleh infeksi cendawan Colletrotichum sp. menunjukkan gejala bercak cokelat kehitaman yang kemudian akan meluas menjadi busuk lunak. Pada bagian tengah bercak terdapat kumpulan titik-titik hitam yang merupakan koloni cendawan. Sedangkan tanaman yang terserang patek atau antraknosa akibat infeksi cendawan Gloesperium sp. menunjukkan bercak cokelat dengan bintik-bintik berlekuk. Pada bagian tepi bintik-bintik tersebut berwarna kuning membesar dan memanjang. Jika kelembaban tinggi, cendawan akan membentuk lingkaran memusat atau konsentris berwarna merah jambu. Serangan pada buah cabai biasanya diawali dari bagian ujung buah yang mengakibatkan dieback atau mati ujung.
e.       Penyakit gosong bengkak (Corn smut/boil smut)
Penyebab: cendawan Ustilago maydis (DC) Cda, Ustilago zeae (Schw) Ung, Uredo zeae Schw, Uredo maydis DC.
Gejala:
1.      masuknya cendawan ini ke dalam biji pada tongkol sehingga terjadi pembengkakan pada biji jagung
2.      mula-mula berwarna putih, lama-kelamaan biji jagung yang bengkak berwarna hitam
3.      Klobot yang membungkus jagung akan terdesak kesamping, sehingga sebagian biji jagung yang bengkak tersembul keluar
4.      akhirnya biji jagung akan pecah, dan tersebarlah spora yang berwarna hitam berhamburan dan mengeluarkan kelenjar (gall)
Pertumbuhan dan penyebarn pathogen cocok pada kondisi kering disertai suhu tinggi pada awal pertumbuhannya. Penyebaran pathogen melalui benih (seed borne), tanah, aliran air, dan angin.
Pengamatan yang dilakukan dibawah miskroskop yaitu pada jamur atrenari pori, colletotrichum, fusarium ozusporum, phakopsora pachyrhizi syd.
a.       atrenari pori
klasifikasi :
kingdom: Fungi, Phylum: Ascomycota, Class: Dothideomycetes, Subclass: Pleosporomycetidae, Order: Pleosporales, Family: Pleosporaceae, Genus: Alternaria, Species: Altenaria porri
b.      Morfologi
Alternaria porri Ell. Cif. Misellium jamur berwarna cokelat, konidium dan konidofor berwarna hitam atau cokelat, konidium berbentuk gada yang bersekat-sekat, pada salah satu ujungnya membesar dan tumpul, ujung lainnya menyempit dan agak panjang. Konidium dapat disebarkan oleh angin dan menginfeksi tanaman melalui stomata atau luka yang terjadi pada tanaman. Patogen dapat bertahan dari musim ke musim pada sisa – sisa tanaman (Direktorat Perlindungan Tanaman, 2006).
c.       Fusarium oxyporum
Klasifikasi
Fusarium oxyporum yang menyerang tanaman termasuk Kingdom Fungi, Divisi Amastigomycota, Sub Divisi Deuteromycota, Kelas Deuteromycetes, Ordo Moniliales, Famili Tuberculariaceae dan Genus Fusarium, Spesies            Fusarium oxysporum f. sp. Lycopersici Snyd. Et Hans (Roma, 2009)
Morfologi
Fusarium oxysporum , jamur ini mempunyai ukuran tubuh yang sangat kecil dan hidupnya bersifat parasitoit pada organism lain serta didukung oleh suhu tanah yang hangat dan kelembaban tanah yang rendah sekali Populasi akan meningkat jika di tempat yang sama ditanam tanaman yang merupakan inangnya serta jamur ini menginfeksi tanaman melalui jaringan meristem pada ujung akar (Pracaya, 2007).
d.      Colletotrichum capsici
Klasifikasi
Klasifikasi Colletotrichum capsici yang menyerang tanaman Cabai (Capsicum annum) yaitu Kingdom Fungi, Divisio Ascomycota, Kelas Sodariomycetes, Ordo Phyllachorales, Famili Phyllachoraceae, GenusColletotrichum, Spesies Colletotrichum capsici (Irzayanti, 2009).
Ciri Mofologi:
Jamur Colletotrichum capsici ini mempunyai ciri morfologi yang struktur tubuhnya sangat kecil dan hidupnya sebagai parasit obligat merupakan sifat jamur yang hanya dapat hidup pada inangnya saja, serta mempunyai habitat yang sangat luas penyebarannya sampai keseluruh bagian tumbuhan (Roma, 2009).
e.       Phakopsora pachyrhizi Syd.
Ciri-ciri
Mempunyai  uredium pada sisi bawah dan atas daun coklat muda sampai coklat, bergaris tengah 100-200 μm, sering kali tersebar merata memenuhi permukaan daun.
Parafisa pangkalnya bersatu, membentuk penutup yang mirip dengan kubah di atas uredium. Parafisa membengkok, berbentuk gada atau mempunyai ujung membengkak, hialin atau berwarna jerami dengan ruang sel sempit. Ujungnya berukuran 7,5-1,5 μm, dengan panjang 20-47 μm.
Kerugian
Phakopsora pachyrhizi Syd. Menyebabkan Penyakit karat pada tanaman kedelai umumnya belum tua, dan bisa menyebakan hampanya polong. Pada serangan yang berat, daun-daunnya rontok. Apabila tanaman yang terserang ini disentuh, sporanya akan beterbangan, kemudian akhirnya hinggap menyerang tanaman yang masih sehat. Di samping karena sentuhan, spora tersebut bisa terbawa oleh angin.
BAB V
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Patogen adalah sesuatu yang dapat menyebabkan penyakit.
Penyakit pada tanaman biasanya disebabkan oleh jamur, bakteri dan virus.
a.       Jamur adalah organisme heterotrof, tidak berklorofil, berinti sel, struktur somatiknya terdiri dari filament yang bercabang-cabang, dinding sel mengandung selulosa atau kitin atau keduanya bersama molekul organic lainnya. Umumnya berkembang biak dengan spora baiksecara seksusal maupun aseksual atau menggunakan bagian vegetative jamur.
b.      Bakteri adalah mikroorganisme bersel satu (unisellular) yang tidak mempunyai klorofil dan berkembang biak dengan cara pembelahan (budding), hidup secara saprofitik atau parasitic dan memperoleh makanan dari bahan organic yang mati atau masik hidup.
c.       Virus adalah suatu partikel atau zarah sub-mikroskopis yang terdiri dari protein kapsid di bagian luar protein kapsomer (coat)yang keduanya membungkus asam nukleat. Asam nukleat bersifat menular dalam bentuk salah satu yaitu asam ribonukleat (RNA) atau asam deoksorobonukleat (DNA). Asam nukleat virus memperbanyak diri (replikasi) dengan bantuan ribosom sel inang, mensintesis protein mantel virus dan menggunakan kemampuan sintetiknya untuk membuat cetakan dirinya membentuk lebih banyak RNA, kemudian penggabungan protein virus  dengan RNA hasil replikasi membentuk partikel virus baru (virion).

B.     Saran
Alat dan bahannya diperbanyak lagi agar tiap anak dapat membuatnya satu orang satu.

                                                                                                           



DAFTAR PUSTAKA

Carolina State University Graphics. 107 page.
Jackson RW (editor). (2009). Plant Pathogenic Bacteria: Genomics and Molecular Biology. Caister Academic Press.
Martoredjo, T, 1989. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan Bagian Dari Perlindungan Tanaman. Andi Offset, Yogyakarta.
Nasution, Ahmad Sanusi. 2008. Pengenalan Patologi/Penyakit Tumbuhan.http://sanoesi.wordpress.com/2008/12/17/pengenalan-patologipenyakit-tumbuhan/ Diakses 07 Desember 2014.
Semangun, H. 1996. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Taylor, A.L. and J.N. Sasser. 1978. Biologi, identification and control of root knot nematodes (Meloidogyne spp) International Carolina Meloidogyne Project. Printed by Nor
Tjahjadi, Nur. 1989. Hama dan Penyakit Tanaman. Palembang: Kanisius
Triharso. 1996. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. Gadjah Mada UniversityPress, Yogyakarta.

Whitehead, A.G. 1998. Plant Nematode Control. CAB International, London.